Rabu, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Oktober 2015 05:00 wib
12.433 views
Ganteng-Ganteng Bukan Muhrimku
Oleh: Anastasia
(Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung)
Sahabat VOA-Islam yang Shalih dan Shalihah...
Sungguh menyedihkan remaja sekarang, hidup di bawah sistem kebebasaan, warna dunia remaja identik dengan permasalahan pergaulan, narkoba, kriminal hingga kekerasan yang berujung pembunuhan, besarnya arus globalisasi tidak sebanding dengan baiknya sikap seseorang dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi media sosial, tak sedikit kemudahan akses berselancar mencari teman menjadi bomerang tindak kriminal yang mengancam keselamatan.
Komnas Perlindungan Anak mencatat ada 2.508 kasus kekerasan terhadap anak di Jabodetabek, meningkat dari tahun 2010 yang tercatat 2.413 kasus. Sebagian besar atau sekitar 62,7 persen merupakan kasus kekerasan seksual. Yang sangat memprihatinkan, dalam bukti temuan Komnas PA sepanjang 2011 tercatat 1.851 kasus tindak kriminal dilakukan oleh anak-anak.
Dari jumlah tersebut, 52 persen anak melakukan tindak pidana pencurian. Disusul dengan kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian dan penganiayaan. Mirisnya dari 1.851 pelaku kejahatan anak-anak, 89 persen harus berakhir di penjara. Di sisi lain harus diakui negara tidak becus mengurusi hak siar televisi menyajikan acara tidak berkualitas, program televisi telah menjebak masyarakat kita dengan tontonan yang tidak mendidik, industri hiburan yang menyajikan gejolak fenomena “remaja gaul” seperti maraknya serial drama genre percintaan anak muda dengan cerita di luar nalar, seolah menjadi “latah” tersendiri.
Aliando CC misalnya dan pasukan seragam rok sekolah mininya, memicu stasiun televisi lainnya berlomba mendapatkan ratting tinggi mengadopsi cerita yang sama, namun apa efek besarnya terhadap remaja kita adalah penyaluran potensi hidup yang keliru mengikuti hawa nafsu
Aliando CC misalnya dan pasukan seragam rok sekolah mininya, memicu stasiun televisi lainnya berlomba mendapatkan ratting tinggi mengadopsi cerita yang sama, namun apa efek besarnya terhadap remaja kita adalah penyaluran potensi hidup yang keliru mengikuti hawa nafsu, yaitu kepada tindak pergaulan yang lebih bebas, kekerasan, cara berpakaian serba terbuka, dan budaya pacaran.
Virus ganteng-ganteng bukan muhrimku membius remaja dengan eforia kehidupan dunia “gaulnya”. Tentu sebuah tonton kering jauh dari nilai kesadaran kepada Tuhan-Nya, padahal Islam telah menjabarkan aturan main dalam pergaulan, yang mana diperuntukkan untuk kehormatan hambanya, perempuan wajib menutup aurat, anjuran penahan pandangan dan menjaga kemauluannya, peran orangtua pun tak kalah penting dalam menyiapkan fase baligh kepada anaknya, supaya remaja paham keberadaan di dunia hakekatnya untuk menyembah Allah Swt.
Namun apa monster besar pencetus lahirnya virus ganteng-ganteng bukan muhrimku adalah negara yang kekeh mempertahankan sistem sekulerisme membebaskan siapa saja yang punya modal untuk memproduksi tontonan yang tidak berkualitas. Wallahu’Alam. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!