Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Maret 2016 22:43 wib
9.679 views
Mendamba Ortu Pengertian, Remaja Tak Bisa Lepas Tangan
“Males ada di rumah. Dikit-dikit dimarahin ortu. Mending main di sini saja, bisa istirahat sejenak dari omelan di rumah.”
“Apapun yang dilakukan adek, selalu benar. Aku sebagai kakak, selalu dianggap salah, dimarahi bahkan dibentak.”
“Susah ngomong sama ortu, maunya omongannya didengerin tapi anaknya ngomong dicuekin.”
Dan banyak lagi curhatan remaja yang intinya menurut mereka ortu tidak bisa mengerti dan memahami anak-anaknya.
Eh, jangan salah. Terlepas dari curhatan di atas, ada juga loh remaja yang menganggap ortunya itu tipe asik untuk diajak curhat. Selain itu ortu juga memahami dunia remaja sehingga mereka asik-asik saja menjadi teman bagi anak-anaknya.
Sobat remaja yang dirahmati Allah, hubungan anak-ortu memang susah-susah gampang, dan gampang-gampang susah. Kenapa bisa begitu? Coba perhatikan, ortu di usianya yang sekarang itu memunyai dunia yang berbeda sama sekali dengan kamu, anak-anak usia remaja. Dunia yang berbeda ini bukan semacam antara jin dan manusia yang memunyai alam berbeda ya, tapi memang generasi atau zaman yang dilewati sudah tidak sama. Alhasil kalau tidak disikapi dengan bijak maka akan timbul gesekan antara ortu dan anak.
Lalu gimana dong supaya terjalin hubungan yang harmonis antara ortu dan anak sehingga tak lagi ada anak terutama remaja yang merasa tidak dimengeri oleh ortunya?
...Komunikasi yang paling efektif dengan ortu adalah berusaha menuruti apa yang menjadi keinginan mereka selama itu bukan dalam hal kemaksiatan atau keharaman...
Sebagai remaja, kamu jangan cuma bisa menuntut agar ortu mengerti atau memahami kamu, keinginanmu serta pernak-pernik duniamu. Cobalah sesekali tempatkan dirimu pada posisi ortu. Dengan segala permasalahan yang dipunyai orang dewasa, ortu masih harus memikirkan anak-anaknya dan masa depan mereka.
Pantas saja bila mereka gampang khawatir, cemas, dan bingung. Rasa-rasa negatif itu terwujud dalam bentuk suka marah, ngomel, bentakan, dan sebagainya. Kalau ortu mengalami kesulitan untuk menjalin komunikasi dengan kamu sebagai anak, maka cobalah dibalik. Kamu sebagai anaklah yang berusaha untuk membuka pintu komunikasi dengan ortu.
Canggung? Kagok? Tentu, karena baru pertama kali dilakukan. Bayangkan saja ibarat naik sepeda pertama kalinya, pasti banyak goyang atau bahkan jatuh kan? Begitu juga membangung komunikasi dengan ortu. Mungkin sekali dua kali gagal. Jangan patah semangat. Terus usahakan untuk menjalin komunikasi dengan mereka.
Komunikasi yang paling efektif dengan ortu adalah berusaha menuruti apa yang menjadi keinginan mereka selama itu bukan dalam hal kemaksiatan atau keharaman. Ingat-ingat apa yang menjadikan ortu senang. Mungkin ketika kamu belajar tanpa disuruh. Atau membantu menemani adek main tanpa harus menggodanya sampai nangis. Atau bisa juga bersih-bersih rumah karena memang tak punya ART (asisten rumah tangga) sehingga ibu pun berkurang bebannya.
Kamu bisa juga langsung sigap membuatkan ayah teh hangat ketika baru pulang dari kerja. Ketika melihat ibu sibuk di dapur, segera datangi dan tawarkan bantuan padanya. Dijamin, ortu bakal bahagia memunyai anak yang sigap dan tanggap saat ortu membutuhkan. Dan banyak hal lain untuk membangun komunikasi dan memulai hubungan yang harmonis dengan ortu. Intinya, kamu kudu berperan aktif ya untuk memulai hubungan yang asik antara anak dan ortu. Sip deh! (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!