Selasa, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 26 April 2016 10:20 wib
8.927 views
Timbangan yang Rusak
(Jawaban atas peryataan saudara)
Oleh: Mursidi Abdilah (Kader IMM UIKA Bogor)
Ada yang bilang “Lebih baik pemimpin kafir jujur, dari pada pemimpin muslim yang korup” begitulah kira-kira bahasa sederhananya yang disampaikan disetiap kesempatan oleh sesosok yang tak bertanggung jawab. Jujur saya tidak sanggup untuk menyebut namanya. Saat mendengar kata-kata ini seakan-akan dunia mendung dan meneteskan air mata. Bagaimana tidak? Yang mengatakan itu bukan orang lain, apalagi musuh, bukan. Dia saudara kita, dia muslim, percaya sama Allah dan Rasulnya. Sepenggal kata itu meski sangat pendek dan simple tapi, dampak darinya saya tidak bisa bayangkan.
Dia bilang “Lebih baik pemimpin kafir jujur, dari pada pemimpin muslim yang korup” aku geli mendengarnya, aku risih dengan kata-katanya, bahkan ini menjadikan kegalauan tersendiri bagiku, sepintas kata-kata ini benar, sekilas pernyataan ini tidak ada yang salah, tidak perlu dikoreksi. Namun, ini hanya sepintas dan sekilas.
Dia berkata lagi “Lebih baik pemimpin kafir jujur, dari pada pemimpin muslim yang korup” perkataan ini semakin hari, semakin jadi. Entah dari siluman menjadi simulan, aku kurang cakap dalam menganologikan hal itu. Tapi pernyataan ini disampaikan dimana-mana, ditambah dukungan media yang ambisius menyerukan dengan kepiawaiannya mengubah cuaca ( yang benar seolah-olah salah dan yang salah seakan-akan benar) itulah media.
Media, lagi-lagi media, saat ini seakan kehidupan telah bergeser dari dunia nyata kedunia maya, tapi sayang media saat ini kebanyakan cenderung pada kepentingan bukan pada kebenaran. Aku heran tapi itulah kenyataan. Hanya sedikit saat ini media yang masih utuh dan adil dalam menyajikan informasinya.
Dia berkata lagi dan lagi “Lebih baik pemimpin kafir yang jujur, dari pada pemimpin muslim yang korup ” tadinya aku ingin menggunakan kata “Saya” dalam tulisan ini, karna dalam bahasa indonesia kata “saya” lebih pas. Tapi tidaklah. Soalnya aku lagi bingung dengan orang yang menyatakan hal diatas.
Sepintas terlihat sosok intelek dan bijak, tapi ada yang kurang dan janggal. Coba kita balik pernyataan itu bukan lagi “Lebih baik pemimpin kafir jujur, dari pada pemimpin muslim yang korup ” sekarang kita balik “Lebih baik pemimpin muslim jujur, dari pada pemimpin kafir yang korup ” gimana ?
Dia tetap ngotot mengatakan “Lebih baik pemimpin kafir jujur, dari pada pemimpin muslim yang korup” ya sudahlah, kalau dia tetap kekeh atas pernyataannya, biarlah aku kasih sedikit rahasia, sebenarnya pernyataannya tidak salah-salah amat sih. Tapi juga, tak bisa dibenarkan karena dia pakai timbanggan yang rusak dan berat sebelah, kalau mau menimbang ya harus pakai timbangan yang benar dong, biar hasilnya tidak memihak. Kita harus adil dan jujur dalam membandingkan sesuatu. Jujur vs jujur dan korup vs korup. Jangan jujur dengan korup ya jelas berat sebelah dong.
Sekarang aku aja yang bilang deh “Lebih baik pemimpin muslim jujur, dari pada pemimpin non muslim yang korup”. Yah dia teriak lagi kawan! Akutak adil katanya saudara, timbangan yang aku pakai rusak katanya. Ternyata dia sadar juga kalau timbangan yang dia pakai selama ini juga rusak, syukurlah aku cuma mengingatkan saja.Kalau pemimpin muslim jujur, jauh lebih baik dari pada pemimpin kafir ditambah korupsi lagi. Hehe…tetapi aku harus adil juga sih, ya sudahlah sekarang kita putuskan bersama dengan penuh kesadaran, keimanan dan sebagai warga negara Indonesia yang mayoritas muslim. Saya yakin anda muslim dan saya juga muslim menyatakan “Lebih baik pemimpin muslim jujur, amanah, dan semangat mengujudkan kesejahteraan rakyat, dari pada pemimpin non muslim ”.
Ada sifat yang sepesial dari sosok muslim taat yang tidak akan dimiliki selainnya dari pemeluk agama yang ada. Muslim yang taat mempunyai sifat muraqobah yang tinggi, dia selalu merasa diawasi dan di control oleh Dzad yang Maha Mengetahui. Sehingga, ketika menjadi pemimpin dia akan selalu berusaha jujur, amanah, dan semangat mengujudkan masyarakat yang sejahtera. Yaitu membangun baldatun tayyibah wa rabbun ghafur.
Pemimpin muslim yang taat dia bekerja bukan hanya sekedar bekerja, dia bekerja penuh kehati-hatian dengan semangat mencapai ridha Ilahi. Bukan pencitraan semata, apalagi hanya mencari pujian manusia. Dia bekerja sebagai pemimpin dengan sungguh-sungguh. karena, dia sangat sadar menjadi seorang pemimpin berarti telah menerima sebuah amanah yang sangat besar. Dia sadar dia akan dimintai pertanggung-jawaban atas amanah itu. Baik pertanggung jawaban didunia dan yang lebih ia khawatirkan ketika ia harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah subhanah.
Pemimpin muslim yang taat, dia akan selalu jujur dalam perkataannya, lembut tutur katanya, dan apa yang dikatakan sesuai dengan perbuatannya. Dia akan tetap bekerja meski media tidak pernah meliputnya, dia akan tetap bekerja meski ia tidak pernah dipuji manusia. Dia bukan tipe pemimpin yang hanya sekedar mengejar pencitraan semata. Sehingga, setiap apa yang dikerjakan harus dipubliksikan. “Bulusukan katanya.”
Pemimpin muslim yang taat adalah pemimpin sebaik-baik pemimpin. Lihatlah Rasulullah, beliau sebagi kepala negara adalah sosok yang dirindukan oleh masyaraktnya baik yang muslim dan non muslim, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beliau sebagai pemimpin mengayomi dan melindungi hak-hak semua warga negaranya. Lihatlah Abu Bakar As Shiddiq sebagai khalifah dengan sifat lembut dan adilnya tidak pernah mengeluarkan kebijakan yang merugikan sedikitpun bagi rakyatnya, lihatlah Umar Ibn Khattab. Dia adalah khalifah yang amanah, blusukan tiap malam bukan sekedar pencitraan apalagi hanya untuk dipublikasikan. Karena dia tahu bahwa itu merupakan kewajiban seorang pemimpin untuk selalu tahu kondisi rakyatnya.
Pernah diceritakn pada saat beliau blusukan terdengarlah suara tangis anak-anak. Kemudian beliau menghampiri suara itu, ternyata ada seorang ibu sedang memasak, bukan nasi yang ia masak, tapi dalam pancinya hanya ada air dan batu, sedangkan anak-anaknya semakin keras nagisnya menahan kelaparan.
Lalu Umar pulang untuk mengambil satu karung gandum,hebatnya sekarung gandum itu ia panggul sendiri. KemudianUmar menghidupkan api untuk memasak bagi anak-anak itu. Ketika matang dan anak-anak itu tidur karena sudah kenyang ibunya berkata : Sungguh kau lebih baik dari pada Amiril mu’min yang tidak peduli dengan kondisi masyarakatnya. Umar hanya tersenyum mendengarkan perkataan itu, lalu pergi.
Ini hanyalah bagian kecil dari cerita Umar. Bayangkan, pada saat itu ia merupakan khalifah kurang lebih bagi 21 Negara. Lihatlah Umar sebagai pemimpin,ia rela memanggul gandum sendiri dan memasak untuk ibu yang mencacinya. Tapi itulah sosok Umar pemimpin muslim yang setiap malam turun dan blusukan bukan untuk mencari pencitraan apalagi hanya sekedar dipublikasikan. Dia bekerja memang ikhlas bekerja sebagai seorang muslim yang hanya menginginkan ridha Ilahi.
Dia adalah Uar pemimpin Muslim, khalifah yang kedua pernah berkata:
“Seandainya seekor keledai terperosok di Kota Baghdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah Ta’ala, ‘Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?. Itulah sosok pemimpin muslim. Dan masih banyak sosok pemimpin muslim jujur dan amanah sebagi pemimpin sampai saat ini. Jadi timbangan dan perbandingan yang benar dan adil adalah “ l\Lebih baik pemimpin muslim jujur, amanah, dan semangat mengujudkan kesejahteraan rakyat, dari pada pemimpin kafir”.
Wallahu A’lam bissawab. [syahid/voa-islam.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!