Ahad, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Desember 2016 17:43 wib
8.536 views
Kenapa Ada Polemik Setiap 25 Desember?
Tahun ini hiruk-pikuk polemik seputar ucapan selamat natal tidak begitu ramai muncul di laman media sosial. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi karena banyak isu heboh lainnya seiring dengan hadirnya tanggal 25 Desember. Mulai dari semangat 212 tuntutan untuk menghukum si penista agama, boikot metro TV dan Sari Roti, hingga penangkapan banyak aktivis Islam yang mendapat gelar ‘teroris’ bahkan ada yang di-dor di tempat. Belum lagi isu telolet yang sama sekali tidak penting tapi mendominasi berita di mana-mana.
Bisa jadi juga umat lelah dengan isu 25 Desember karena bagaimana pun dijelaskan tentang dalil maupun alasan logis pengharaman ucapan selamat natal, orang yang itu-itu juga tetep keukeuh dengan pendiriannya. Bahkan mereka seolah memunyai bahan untuk mengolok dan menyindir sesama Muslim dengan status-status medsos yang jauh dari lucu. Para fans-nya pun jadi punya panggung untuk mengolok dan menghina Islam dan umatnya di kolom komentar.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Saya ingin mengutip tulisan salah satu mantan pemanggul salib yang sudah berbalik arah. Tulisan tersebut cukup keras sehingga bisa membuat orang-orang yang dimaksud merasa tertampar atau minimal tersentil.
Kenapa Ada Polemik dalam Mengucapkan Selamat Natal?
Karena umat Islam tidak memahami kebencian mutlak para musuh Allah yang memerangi mereka.
Kebanyakan umat Islam masih seperti anjing yang berharap tulang dari orang-orang kafir, sehingga tidak berani tegas menghadapi mereka.
Kenapa ngotot mau mengucapkan selamat natal? Karena kau punya kepentingan sama orang-orang kafir itu. Cuma kau sembunyikan kepentingan itu dengan kata-kata indah toleransi dan dakwah. Kalau kau tak punya kepentingan dengan orang-orang kafir, tak mungkin kau bermanis muka dengan mereka dengan cara menggadaikan akidah demi satu kalimat selamat natal.
Tanyakan sama orang yang pernah mendapatkan ‘ucapan selamat natal’ dari orang-orang Islam. Silakan tanya kepada teman-teman yang berlatar belakang mualaf, apa penilaian mereka (saat masih kafir) pada orang-orang Islam yang pernah ‘mengucapkan selamat natal’ pada mereka.
Demi Allah! Tidak ada sedikit pun simpati mereka pada orang-orang Islam yang mengucapkan selamat natal. Karena mereka tahu hal itu keluar dari mulut para penjilat.
...Kenapa ngotot mau mengucapkan selamat natal? Karena kau punya kepentingan sama orang-orang kafir itu. Cuma kau sembunyikan kepentingan itu dengan kata-kata indah toleransi dan dakwah...
Bagi kita yang muslim sejak lahir, mungkin ada rasa terhenyak dengan pernyataan di atas. Oh...begitukah yang ada dalam pikiran orang kafir saat kita mengucapkan selamat natal? Saya sendiri jauh sebelum memahami dien ini dengan lebih baik, pernah menjadi barisan orang-orang yang sok bersembunyi di balik kata toleransi untuk membenarkan ucapan tersebut. Tak pernah terbayangkan, apa yang tersembunyi di benak orang-orang kafir tersebut.
Tulisan di atas membuka satu lapisan baru tentang hal ini. Apalagi di area tempat saya tinggal, para misionaries sangat rajin mencari domba yang kata mereka tersesat itu. Alhamdulillah, saya bukan domba jadi aman. Tetapi bagaimana dengan tetangga-tetangga saya? Miris, beberapa di antara mereka mendombakan dirinya dan berpindah keyakinan. Ah, tentang ini kapan-kapan saja kita bahas dalam bahasan tersendiri, insya Allah.
Intinya, semoga tulisan sederhana ini bisa membuka kesadaran mereka yang mau untuk disadarkan. Sedangkan bagi mereka yang tidak mau sadar dan terus bangga dengan olok-olok di medsos, ya biar saja dilanjutkan kalau itu membuat mereka bahagia. Tugas kita hanya menyampaikan, diterima atau tidak itu memang berkaitan dengan hidayah Allah yang menyapa hati-hati yang mau untuk menerima kebenaran. Bila tidak mau, let it go. Biarkan saja.
Bila tidak kuat membaca ejekan mereka di medsos, lewati. Bila kuat, jadikan itu pembelajaran bahwa saat ini mereka tertawa, ada saatnya nanti mereka menangis. Dan semoga kita tidak menjadi bagian yang menangis karena tidak mendapat rahmat Allah dengan menjadikan agamaNya sebagai olok-olok. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Catatan: Beberapa kata yang sangat vulgar dalam tulisan asli si mantan pemanggul salib saya edit demi kenyamanan semua pihak.
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!