Senin, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 1 Desember 2014 08:10 wib
11.340 views
Pencabutan UU Penodaan Merupakan Upaya Kelompok Anti Agama Hancurkan NKRI
Oleh: Ustadz Syarif Hidayat, M.Pdi
(Ketua PW Pemuda Persis Jabar, Mahasiswa Program Doktor Universitas Ibnu Khaldun)
Sahabat VOA-Islam...
Rencana penghapusan UU Penodaan Agama merupakan fakta yang tidak terbantahkan lagi mengenai upaya keras fihak-fihak anti agama yang ingin merongrong keutuhan NKRI.
Mereka sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an tidak akan pernah berhenti memurtadkan umat Islam sekiranya mereka mampu:
وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ [البقرة: 217]
“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. al-Baqarah, ayat 217)
Dengan demikian, kita harus semakin waspada terhadap makar-makar mereka yang kian hari kian massif seiring dengan berjayanya kaum sekular di tanah air tercinta ini.
Ketika undang-undang penodaan agama dicabut sesuai rencana dan keinginan mereka, niscaya umat Islam semakin terpojokkan, sebab sudah tidak ada lagi payung hukum untuk melindungi keyakinan kita. Hari ini saja ketika undang-undang tersebut belum dicabut, penodaan agama Islam tidak pernah sepi, baik itu yang terang-terangan seperti kaum Syi’ah dan Ahmadiyah maupun yang sembunyi-sembunyi seperti NII dan LDII.
Untuk itu, kami – keluarga besar jam’iyyah Persatuan Islam dan komponen umat Islam yang lain – menolak dengan tegas pencabutan undang-undang penodaan agama, sebab bila undang-undang tersebut dicabut berarti setiap orang boleh bertindak semaunya. Diibaratkan traffic light di jalur protokol pada jam sibuk, jika berhenti berjalan, tentunya perjalanan lalu lintas akan mengalami kemacetan yang luar biasa. Apalagi urusan keyakinan dan peribadahan, jika tidak ada peraturan larangan penodaan agama, berarti pemerintah sudah membiarkan setiap orang seenaknya berbicara agama tanpa ilmu yang ujung-ujungnya akan menyulut konflik horizontal. Seharusnya, pemerintah sadar diri bahwa urusan keyakinan dan keberagamaan merupakan urusan yang paling krusial diatas urusan SARA lainnya.
Kita bandingkan dengan kejadian tempo hari ketika ada seorang warga yang berani menghina presiden terpilih. Bukankah pihak berwenang langsung menindaknya dengan tegas. Menurut hemat kami, presiden saja manusia biasa tidak boleh dihina, apalagi agama Islam yang diwahyukan oleh Sang Pencipta presiden bila ada yang menghina, menodai, dan mencederai, sudah tentu lebih wajib lagi kita tindak. Namun, bila undang-undangnya tidak ada, apa dibenarkan kita main hakim sendiri.
Jadi, gitu aja koq repot! Persoalan perlindungan pemahaman keagamaan harus lebih menjadi prioritas diatas yang lainnya, sehingga undang-undang larangan penodaan agama mutlak diperlukan jika kita menginginkan keutuhan NKRI dan terciptanya ketertiban dan keamanan negara.
Saya curiga, jangan-jangan ide ini muncul dari kaum sekular liberalis atau komunis atheis yang ingin kembali menguasai negara. Oleh karena itu, kami berpesan untuk bapak Menteri Agama yang terhormat, tolong aspirasi kami dengar dan pertimbangkan. Jangan buat sensasi tetapi akhirnya berujung nestapa. Tidakkah Bapak ingat, betapa para pemuka negeri ini yang telah lalu sudah benar-benar berpikir jernih untuk menciptakan ketertiban dan kenyamanan hidup berbangsa dan bernegara dengan perlindungan terhadap pemahaman agama yang benar, kenapa Bapak coba-coba mengkeruhkan suasana dengan rencana batil tersebut? Lebih elok bila Bapak berpikir, bagaimana masyarakat ini – khususnya yang muslim – mau menjalankan syari’at agamanya dengan baik dan benar. Insya Allah ketika kaum muslim telah menjalankan syari’at Islam dengan tepat, maka tentunya rahmat dan barakah Allah akan segera berlimpah ruah untuk negeri ini. Demikian paling tidak yang tersurat di dalam al-Qur’an:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(Q.S. al-Anbiya`, ayat 107)
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ [سبأ: 15 - 17]
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.”(Q.S. Saba`, ayat 15-17)
ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا [الطلاق: 2، 3]
“Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. al-Thalaq, ayat 2-3).
والله أعلم بالصواب
الله يأخذ بأيدينا إلى ما فيه خير للإسلام والمسلمين
[syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!