Kamis, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 10 Januari 2013 10:08 wib
15.980 views
Semakin Dekat Jarak Antara Gerakan Hamas Dengan Al Fatah
Kairo (voa-islam.com) Nampaknya semakin dekat jarak antara Hamas dan Fatah. Usaha rekonsiliasi (rujuk) antara keduanya, tak terlepas dari tangan Presiden Muhammad Mursi, yang sangat obsesif terhadap lahirnya negara Palestina yang merdeka.
Mursi yang merupakan kader Jamaah Ikhwan, tak pernah melupakan, bagaimana pendiri Jamaah Ikhwan, Hasan al-Banna, sejak awal perjuangannya telah mengeluarkan instruksi kepada seluruh kadernya berjihad membebaskan Palestina, di tahun l948. Ribuan kader Ikhwan memanggul senjata pergi ke Palestina yang sudah diduduki Zionis-Israel.
Sekarang setelah Jamaah Ikhwan menggenggam kekuasaan, tak pernah lupa "wasiat" Hasan al Banna membebaskan Palestina dan Jerusalem dari tangan Zionis-Israel. Maka, kebijakan Presiden Mesir Mohammad Mursi, berusaha dengan keras, menyatukan kekuatan-kekuatan yang ada di Palestina, dan membentuk pemerintahan yang efektif. Selanjutnya, berjuang membebaskan tanah Palestina dari penjajahan Zionis-Israel.
Pemerintah Mesir memfasilitasi pertemuan antara Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Kepala Biro Politik Hamas Khaled Meshaal memulai pembicaraan di Kairo, guna mencapai kesepakatan rekonsiliasi yang macet, kata seorang koresponden kepada AFP, Rabu
Ini pertemuan pertama antara pemimpin Fatah Abbas dan Meshaal, yang mengepalai Gerakan Hamas yang memerintah Gaza, dalam hampir setahun, dan bertujuan mengakhiri persaingan yang tajam antara kedua kelompok. Presiden Mursi terus berusaha menjembatani konflik antara kedua pemimpin itu, yang diharapkan akan berujung dengan kesepakatan.
Pada kunjungan mereka ke Kairo, kedua pemimpin juga mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden Mesir Mursi. Baik Mahmud Abbas dan Meshal melakukan pembicaraan dengan Presiden Mursi, membahas kemungkinan langkah-langkah rujuk yang akan disepakati bersama. Ini suatu langkah yang sangat penting menuju kemerdekaan.
Di Cairo, Mursi pertama bertemu dengan pemimpin Palestina Mahmud Abbas dan kemudian bertemu dengan Khaled Meshal. Sebelum pertemuan dengan Presiden Mursi, kedua pemimpin itu bertemu dengan "kepala intelijen Mesir", kemudian dilanjutkan perundingan segitiga antara Mahmud Abbas, Khaled Meshal dan Presiden Mursi," ungkap juru bicara presiden Yasser Ali kepada AFP.
Pertemuan ini juga akan menjadi yang pertama antara Abbas dan Meshaal diselenggarakan oleh presiden Mesir sejak ia terpilih pada bulan Juni 2011.
Azzam al-Ahmad, yang bertanggung jawab atas upaya rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas, mengatakan pertemuan antara Meshal dan Mahmud Abbas itu, atas permintaan Presiden Mursi, guna membahas masalah situasi di Palestina, dan langkah-langkah yang akan diambil.
Hamas dan Fatah telah berselisih sejak gerakan Islam itu merebut kekuasaan di Jalur Gaza pada Juni 2007, menyusul kemenangannya dalam pemilihan parlemen Palestina tahun sebelumnya.
Di bawah penengahan Mesir, kedua kelompok mencapai kesepakatan persatuan di April 2011, namun ketentuan utama dari kesepakatan yang sejauh ini belum dilaksanakan.
Para pejabat Mesir mengatakan bahwa perjanjian rekonsiliasi yang akan memungkinkan representasi Hamas di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang menjadi payung politik dalam perjuangan melawan Zionis-Israel, serta pembentukan pemerintah persatuan , yang ditentang oleh Washington.
Amerika Serikat, bersama dengan negara-negara Barat lainnya dan Israel, mengatakan Hamas harus meninggalkan kekerasan dan mengakui Israel.
Hamas secara resmi bersumpah menghancurkan Israel, dan Hamas menerima negara Palestina berdasarkan garis yang ada sebelum Perang Enam Hari 1967, di mana Zionis-Israel menolaknya.
Bahkan, Jerusalem Timur pun sekarang ini dicaplok yang dituntut oleh Palestina, yang akan menjadi ibukota negara. Inilah masalah yang mendasar hubungan Palestina - Zionis Israel. Israel dalam perang tahun l96 merebut Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem timur. af
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!