Senin, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 1 April 2013 07:40 wib
10.756 views
Karzai Menghadapi Ancaman Kekuasaannya Dari Taliban
Doha (voa-islam.com) Ancaman di depan mata bagi Presiden Afghanistan Hamid Karzai, yang mulai ditinggalkan Amerika Serikat. Kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry ke ibukota Afghanistan, Kabul, mengisyaratkan bahwa Amerika Serikat akan meninggalkan negeri itu.
Amerika Serikat dan Pasukan Sekutu di Afghanistan yang berperang selama 10 tahun terseok-seok, tanpa hasil, dan gagal mengalahkan pejuang Taliban. Perang yang menggunakan seluruh kekuatan militer Amerika Serikat dan Pasukan Sekutu, tak berhasil menghabisi para pejuang Taliban. Justeru kekuatan Taliban semakin jauh memasuki pusat kekuasaan ibukota Kabul.
Para pejuang Taliban berhasil melakukan penyusupan ke pusat kekuasaan dan melakukan serangan yang sangat mematikan terhadap kekuatan pasukan Amerika dan Sekutunya, yang sangat merugikan kepentingan mereka. Taliban juga berhasil membunuh sejumlah pejabat penting Afghanistan yang menjadi orang dekat Presiden Hamid Karzai.
Kemampuan para pejuang Taliban yang bertahan menghadapi serangan pasukan Amerika Serikat yang menggunakan senjata canggih itu, membuat pemerintah Hamid Karzai sangat kawatir, bersamaan dengan penarikan separuh dari pasukan Amerika Serikat yang berjumlah 150 ribu di Afghanistan. Ini merupakan "mimpi buruk" bagi Hamid Karzai, yang selama mendapatkan proteksi (perlindungan) dari pasukan Amerika Serikat.
Menghadapi situai baru ini, maka Presiden Hamid Karzai melakukan perjalanan ke ibukota Qatar, Doha, dan mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Qatar pada hari Minggu. Dalam pembicaraan itu, Presiden Hamid Karzai meminta para pemimpin Qatar menjembatani dengan para perwakilan pejuang Taliban, guna melakukan pembicaraan dengan pejuang Taliban untuk mengakhiri perang Afghanistan.
Perjalanan Karzai ke negara Teluk Arab negara, yang menjadi sekutu Amerika Serikat, tak lain merupakan stragegi yang dijalankan oleh Amerika Serikat, guna mempertahankan boneknya, yaitu Presiden Hamid Karzai.
Karena, para pejuang Taliban bertekad akan terus berjuang mengusir para penjajah Amerika Serikat dan Sekutunya, termasuk Presiden Hamid Karzai. Sebelumnya, Amerika Serikat melalui Menlu Amerika Serikat, Hallary Clinton, berusaha membawa ke meja perundingan antara Taliban, Pakistan, dan Amerika Serikat, guna mengakhiri konflik, dan tetap memposisikan Presiden Hamid Karzai sebagai pemimpin Afghanistan, tetapi itu gagal.
Kantor berita Qatar QNA, mengatakan bahwa Presiden Karzai mengadakan pembicaraan dengan Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, yang dihadiri oleh Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Sheikh Hamad bin Jassim al-Thani.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Janan Mosazai, mengumumkan kunjungan pekan lalu, mengatakan Karzai akan "membahas proses perdamaian pejuang Taliban yang bertujuan melakukan negosiasi tentang masa depan Afghanistan", ujarnya.
Pemerintah Kabul telah berusaha keras membawa pejuang Taliban ke meja perundingan sebelum pasukan Amerika Serikat mundur.
Para pejabat Afghanistan belum bersedia mengadakan pembicaraan langsung dengan para pejuang Taliban, yang digulingkan pada tahun 2001, dan terbukti mereka sangat tangguh yang mampu bertahan menghadapi perang dengan Amerika Serikat dan Sekutunya lebih dari satu dekade. Amerika Serikat berusaha mempertemukan antara Hamid Karzai dengan para pemimpin pejuang Taliban, guna mencapai kesepakatan baru, khususnya dalam membangun masa depan Afghanistan.
Awal bulan ini, Karzai mengatakan Taliban dan Amerika Serikat telah melakukan pembicaraan di Qatar, yang dijadwalkan "setiap hari", tetapi Taliban dan Washington membantah mereka telah kembali dalam dialog yang buntu setahun lalu.
Amerika Serikat mengatakan mendukung dibukanya kantor Taliban di Qatar, di mana perundingan damai antara Taliban dan Afghanistan dimungkinan. Ini merupakan langkah yang diupayakan oleh Amerika Serikat dengan menggunakan Qatar, yang akan bertindak sebagai mediator dalam perindungan itu. Peluang Taliban mengambil alih kembali kekuasaan di ibukota kabul, sangat terbuka, karena kekuatan Taliban, hampir merata di selutuh Afghanistan.
mohamad al-fatih/wb.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!