Selasa, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Agutus 2013 09:19 wib
10.303 views
Mali Dari Al-Qaidah Jatuh Kepada Demokrasi
Bamako (voa-islam.com) Mali yang terkoyak perang dan intervensi militer asing, Perancis yang menghancurkan kekuatan al-Qaidah yang sudah menguasai Mali, dan sekarang memilih Presiden baru melalui pemiliihan, seperti yang diinginkan penjajah Perancis.
Perancis mengirimkan ribuan pasukan elite ke Mali, bertujuan mengakhiri dan sekaligus menghancurkan jaringan al-Qaidah yang sangat kokoh, dan hampir menguasai seluruh wilayah daratan Mali. Dengan pengiriman pasukan elite Perancis itu, maka posisi kekuatan al-Qaidah ini, sekarang menjadi terpencar, diberbagai wilayah Afrika dan Sahara.
Sebuah skenario Perancis, kemudian melangsungkan pemilihan presiden. Di mana dalam pemilihan presiden ini, kemudian dimenangkan oleh Ibrahim Boubacar Keita yang memiliki hubungan dengan pemerintah Sosialis di Perancis.
Selanjutnya, mantan Menteri Keuangan Soumaila Cisse mengucapkan selamat kepada Keita yang merupakan lawan politiknya, kepada AFP hari Senin, 12/8/2013.
Pernyataan Cisse disampaikan beberapa jam setelah mengatahui hasil pemilu yang dimenangkan oleh Aboubkar yang pernah menjadi perdana menteri. Aboubkar diharapkan akan tetap menjaga hubungan dengan Perancis sebagai negara induknya, dan akan terus menetralisir semua kekuatan al-Qaidah yang ada diwilayah Mali..
Ahmed Idris, reporter Aljazeera melaporkan dariv markas Keita di Bamako, mengatakan berita kemenangannya, sudah diprediksi dari mula, karena pemilihan presiden ini hanya formalitas belaka, dan Perancis telah membuat skenario pergantian presiden yang nantinya dapat mengendalikan negara di tengah-tengah krisis politik, akibat sebagian negara telah jatuh ke tangan kelompok al-Qaidah.
"Pemilihan presiden benar-benar kegembiraan, dan mengakhiri perang dan konflik, dan sekarang berakhir dengan damai, serta Mali akhirnya memiliki seorang presiden," katanya.
Keita, mantan perdana menteri, mewarisi bangsa Mali yang hancur, akibat inervensi militer Perancis yang membunuhi rakyat yang tidak berdosa, dan dituduh sebagai dari jariangan al-Qaidah. Kekuatan al-Qaidah di Utara Mali, merupakan kekuatan Islam yang paling kuat dan tangguh di wilayah itu, dan kemudian datanglah penjajah Perancis, yang memenangkan kekuatan sekuler.
Meskipu8n, tidak ada hasil resmi belum dirilis tentang kemenangan Aboubakar, sampai hari Minggu. Tetapi, laporan-laporan yang ada menunjukkan Aboubakar mendapatkan dukungan rakyat Mali.
Aboubakar Keita banyak diharapkan untuk memenangkan suara hari Minggu, setelah penghitungan pertama pada 28 Juli dari babak pertama mendapatkan suara hampir 40 persen suara. Aboubakar Kieta diharapkan akan menciptakan pemerntahan yang stabil, sesudah terjadi kudeta militer tahun 2012, menghadapi kekuatan al-Qaidah yang berhasil mengontrol wilayah utara ayng merupakan dua-pertiga Mali.
"Ini adalah pemilu yang memungkinkan Mali mulai menyelesaikan konflik yang terjadi di negeri itu secara damai, dan kembali ke demokrasi yang normal," tambahnya, ungkap pejabat Perancis.
Perancis mengirim ribuan tentara pada bulan Januari untuk memecahkan cengkeraman pemberontak al-Qaida 'di utara Mali.
Paris sekarang ingin melakukan penarikan kontingen ribuan pasukan elitenya dari Mali, dan kemudian menyerahkan kepada kontingan PBB, yang akan terus mengawasi situasi di Mali. Kemungkinan PBB akan menyebarkan pasukan sebenyak 12.600 pasukan dari berbagai negara.
"Ini adalah tahap penting dalam transisi di Mali menuju perdamaian dan rekonsiliasi," kata Wakil Khusus PBB untuk Mali Bert Koenders.
"Ada ketidaksempurnaan kecil ... tapi kurangnya kekerasan mengesankan di negara yang baru saja muncul dari konflik."
Al-Qaidah sementara dikalahkan oleh pasukan elite Perancis yang berjumlah ribuan, dan melakukan serangan darat dan udara terhadap basis al-Qaidah. Tetapi, ini hanya waktu belaka, dan al-Qaidah akan kembali mendapatkan wilayah yang sekaran dipegang pemerintahan boneka Perancis, seperti Afghanistan. af/hh
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!