Rabu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 13 November 2013 11:12 wib
15.065 views
Arab Saudi Melakukan Tipu Muslihat Menghabisi Mujahidin?
Riyad (voa-islam.com) Arab Saudi merasa sangat skeptis terhadap “bosnya” Amerika Serikat, menolak melakukan serangan militer terhadap rezim Syiah Alawiyyin, di bawah Bashar al-Assad. Arab ingin menjadi ujung tombak dan garda paling depan penggulingan rezim Bashar al-Assad.
Arab Saudi mulai usaha baru melatih para oposisi di Suriah. Menurut sebuah sumber Riyad meminta bantuan Pakistan, melakukan pelatihan terhadap para kelompok oposisi binaan Arab Saudi.
Riyad ingin mendepak Bashar al-Assad, sekaligus ingin mengusir dan mengeluarkan para Mujahidin, seperti Jabhah al-Nusrah yang sekarang menjadi kekuatan paling efektif melawan rezim Bashar.
Pakistan dan Saudia pernah melakukan kerjasama dengan “bos”nya CIA, berpura mendukung Mujahidin Afghanistan memerangi Uni Soviet, tahun l980. Namun, sesudah Uni Soviet pergi, kemudian Pakistan dan Arab Saudi, tidak menghendaki pemerintah baru dibawah kepemimpinan Mujahidin.
Bersamaan tewasnya Jendral Mohammad Zia ul Haq, kecelakaan pesawat yang ditumpangi bersama dengan Dubes Amerika di Pakistan. Ini pembunuhan politik yang dijalankan CIA.
Maka, kemudian pemerintahan Mujahidin di Afghanistan dipimpin Burhanuddin Rabbani, kemudian dengan dukungan Pakistan, menggulingkan Rabbani, dan muncul pemerintahan Taliban.
Ketika Taliban berkuasa, digulingkan oleh invasi militer Amerika Serikat, sesudah peristiwa WTC, tahun 2001. Taliban Afghanistan berkerjasama denga kelompok al-Qaidah, sekarang menghadapi Amerika Serikat.
Arab Saudi menolak demokrasi melanda dunia Arab dan di bahas oleh Riyadh , maka Arab Saudi menjadi sponsor penggulingan Presiden Mohammad Mursi, dan mendanai Jendral Abdul Fatah al-Sissi melakukan pembantaian terhadap pendukung Mursi. Arab Saudi memberikan uang tunai $ 5 miliar dollar kepada rezim baru di Mesir yang biadab.
Arab Saudi melatih para pemuda Arab dan memberikan sejata kepada para orang-orang rekrutan Saudi itu, tujuannya menangkap kelompok Jihadis. Arab Saudi mempunyai tujuan utama, menggulingkan Bashar al-Assad dan menangkal dan menghabisi para mujahidin yang berafiliasi kepada al-Qaidah. Inilah muslihat Arab Saudi, dan sangat berbahaya bagi gerakan Islam. Ini agenda Amerika dan Israel.
Terkait dengan al Qaeda, Kepala Intelijen Arab Saudi, Pangeran Turki , kepala mantan Duta Besar Arab Saudi di Washington, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini, bahwa oposisi utama (sekuler) harus diperkuat, sehingga dapat melindungi diri, dan kaum ekstrimis (Mujahdin) i yang datang dari seluruh dunia, dikawatirkan mendirikan Syariah di Suriah
Arab Saudi mengambil insiatif sendiri, akibat kekecewaannya terhadap Amerika. Sebuah sumber rahasia di kalangan Kerajaan, menyebutkan Riyadh memutuskan bergerak sendiri, dan dengan rencana itu, karena melihat disimpulkan Obama bersikap lemah, dan tidak menggulingkan Assad.
“Kami tidak tahu apakah Amerika akan memberikan dukungan atau tidak, tapi tidak terlalu berharap", kata sumber itu . " Sekarang kita tahu Obama tidak menginginkannya tindakan militer”, ujar sumber itu.
Peran Islamabad sejauh relatif kecil. Meskipun sumber lain mengatakan, gagasan saat ini sedang diperdebatkan, dan akan memberikan tanggung jawab kepada Pakistan melakukkan pelatihan dua brigade oposisi, atau sekitar 5.000 hingga 10.000 pejuang . Carnegie Middle East Center menyebutkan, pertama Saudi berencana membangun pasukan oposisi Suriah 40.000 sampai 50.000 pasukan.
“Satu-satunya cara Assad menyerahkan kekuasaan, jika dia harus memilih, dibandingkan dengan harus digulingkan dengan kekuatan senjata”, kata pejabat Saudi.
Saudi sangat tidak jelas. Langkah Arab Saudi pasti bergantung kepada restu Washington dan Moskow. Tidak mungkin Raja Abdullah akan bertindak sendiri, tanpa dukungan Washington atau Moskow. Karena, Raja Abdullah hanyalah boneka belaka.
Belum lama ini Kepala Intelijen Arab Saudi, Pangeran Bandan bin Sultan, melakukan lawatan ke Moskow, dan berembuk dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, tidak lagi mendukung Bashar al-Assad, dan Rusia akan dapat imbalan minyak dari Riyad.
Tetapi, nampaknya Putin belum beranjak dari dukungan kepada Bashar, karena Bashar dan Suriah tetap menjadi kartu "troop" baru bagi Moskow melakuan tawar dengan fihak manapun yang menguntungkan baik politik, ekonomi dan militer. Wallahu’alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!