Sabtu, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Agutus 2014 13:35 wib
10.458 views
Refleksi Untuk Aksi Kemerdekaan Islami (1)
Shahabat Voa Islam rohimakumulloh,
Sejak Nabi Adam ‘alaihissalam diciptakan Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjadi Khalifah di muka Bumi, melalui Al Qur-anul Kariim kita mengetahui adanya permusuhan abadi dari Iblis yang tidak mau menerima ketetapan Alloh Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Hingga Iblis dihukumi sebagai makhluq yang enggan, sombong dan ingkar, singkatnya ia divonis kafir dan menjadi pelopor serta gembongnya kekufuran. Maka Iblispun berikrar akan terus menyeret Bani Adam kepada kukufuran dan memimpin permusuhan terhadap para Utusan Alloh yang dibangkitkanNya untuk membimbing manusia kepada kebenaran.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."(QS. Al An’aam: 112)
Manusia tinggal memilih dengan kebebasan berfikir, berkeinginan dan bertindak yang dikaruniakan Alloh kepada manusia, apakah mereka memilih keimanan dengan mengikuti ajaran para Nabiyulloh atau justru menempuh jalan kekufuran yang dibentangkan Iblis. Perhatikanlah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS. Al Insaan: 2-3)
Konsekwensi dari kebebasan yang dikaruniakan Alloh Jalla wa ‘Alaa inilah maka manusia harus mempertanggungjawabkannya di hadapan MahkamahNya kelak. Yang mana hal ini juga mengakibatkan terbelahnya manusia menjadi dua faksi besar, yakni Ummat Islam dan Ummat Non Islam alias Kelompok Kafir. Ummat Islam dalam Al Qur-an disebut Hizbulloh karena mengikuti ajaran Alloh yang disampaikan oleh para Nabiyulloh ‘alaihimussalam sedangkan Kelompok Kafir disebut Hizbussyaithon, karena mengikuti ajakan, bujuk rayu dan tipu daya Iblis sebagai biangnya segala jenis Setan.
Sedangkan Iblis dalam ikrarnya sebagaimana yang difirmankan Alloh, akan berupaya menyeret manusia agar menemaninya kelak didalam neraka Jahannam yang kekal selama-lamanya, yakni:
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung (pemimpin) selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An Nisaa’: 119)
Bahkan Iblis membangun struktur kejahatannya tersebut agar dengan mudah menyelenggarakan ambisi keji untuk menjebak manusia agar semakin tersesat kehidupannya di dunia sehingga masuk neraka bersamanya.
"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (QS. Al Baqoroh: 257)
Pendeknya, Iblis dan kaum kuffar bersamanya akan terus menerus tanpa kenal henti dengan menanggung segala keletihan bahkan kerugian, selalu berupaya menyesatkan Bani Adam. Maka inilah musuh kemanusiaan sesungguhnya (the real enemy), kesadaran akan fakta ini yang bahkan telah menjadi bahagian dari pohon sejarah peradaban manusia, semestinya membuat manusia kembali kejalan yang ditunjukkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar mampu berlindung dari tipuan dan kejahatan Syaitan secara sempurna.
Hal ini jadi kebutuhan mutlak disebabkan karakter Iblis yang konsisten dalam misi jahatnya dan ditunjang berbagai kemampuan serta usia yang panjang hingga kiamat, maka akan sangat sulit bagi manusia untuk dapat menghindari rekayasa Iblis kecuali bagi mereka yang mampu menyerahkan diri secara total kepada Alloh dengan menerapkan secara kaffah ajaranNya.
Firman Alloh:
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al Baqoroh: 208)
Inti Kekafiran
Iblis divonis Alloh menjadi kafir bukan lantaran dia menolak mempercayai wujud dan kekuasaan Alloh, namun karena iblis menolak kehendak dan ketetapan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, ‘kepandaian’ yang dikaruniakan Alloh kepada iblis tidak digunakan untuk menambah kepatuhannya kepada Alloh tapi justru menyombongkan diri dan enggan mematuhi perintah Alloh.
Iblis menyalahkan perintah Alloh agar ia sujud tahniah/penghormatan kepada Nabi Adam ‘alaihissalam. Iblis beralasan dengan ‘keutamaan’ api atas tanah sebagai bahan penciptaan dirinya dan Nabi Adam. Maka Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر، قال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسناً، قال النبي صلى الله عليه وسلم: إن الله جميل يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس.
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
Maka logika syaithoniyah yang dipakai Iblis dan menyebabkan kekafirannya jugalah yang ia hembuskan kepada Bani Adam untuk menolak Hak Uluhiyatulloh yakni kewajibah manusia untuk mentauhidkan Alloh dalam ibadah, dimana konsep keimanan didistorsi sedemikian rupa hingga hanya terbatas pada pengakuan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta keluar dari ajaran nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Padahal garis pemisah antara orang – orang bertauhid dengan orang – orang musyrik adalah bahwa kaum musyrikin tidak menentang Rubbubiyatulloh yang mengandung keyakinan Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai Pencipta, Pemilik , Penguasa atau apapun yang tersimpul dalam makna Ar Rabb namun mereka menentang kalau peribadatan ditegakkan hanya untuk Alloh saja, yang dalam terminologi tauhid diistilahkan dengan Uluhiyatulloh.
Dimana hakekat penting peribadatan itu tersimpul dalam dua hal , yakni at Tho’ah wat Tahakum (kepatuhan dan berhukum). At Tho’ah dalam pengertian sebagai sikap setiap individu yang harus mengikatkan diri pada kepasrahan dan kerendahan di hadapan Alloh Azza wa Jalla sedangkan At Tahakum adalah sikap manusia sebagai komunitas sosial dalam berbagai tingkat dan bagian untuk menjadikan Syari’at Alloh sebagai satu-satunya hukum yang berlaku pada mereka .
Intinya, bahwa peribadatan tidak bisa hanya dianggap sebagai hubungan kepada Al Kholiq semata namun peribadatan juga mencangkup urusan hidup kebersamaan dalam sebuah masyarakat . Maka Iblis dan balatentaranya dari kalangan kuffar dan musyrikin tidak akan pernah rela dan berdiam diri jika melihat manusia kembali kepada fitrah tauhidnya secara lurus dan benar.
Perhatikanlah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Namun mereka hendak berhakim kepada thaghut (yaitu orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu dan berpaling dari hukum Alloh juga berarti berhala-berhala). Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. "(QS. An Nisaa’: 60)
Perlawanan Kaum muslimin untuk Kemerdekaan Sejati
Berdasar hal diatas inilah maka ummat Islam bergerak untuk menyelamatkan diri dan kemanusian secara umum, yakni dengan mengaktualkan potensi dan kemampuannya untuk mendakwahkan Islam sebagai metode kehidupan (the way of life) bahkan kaum muslimin rela mengorbankan harta dan dirinya untuk berjihad fii sabilillah agar Alloh Azza wa Jalla menjadi ridho terhadap mereka.
Karena ummat Islam adalah kumpulan orang-orang yang telah dengan sadar berdasarkan pengetahuan dan sikap konsekwen menyatakan ketiadaan tuhan yang berhak disembah selain Alloh dan mengakui kerasulan nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Mereka paham bahwa keberadaan mereka adalah untuk mengajar dan mengejawantahkan ketauhidan Alloh Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi dihadapan kemanusiaan, sehingga di akheratpun nanti, mereka akan menjadi saksi bagi para Nabi ‘alaihimussalam bahwa tauhid telah disampaikan.
Visi utama gerakan ummat Islam adalah menjadi Khalifatuloh Fiil Ardh (Penguasa yang menjalankan Syari’at Alloh di muka Bumi) agar dapat menyebarkan rahmat Alloh keseluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin).
Sedangkan untuk mencapai visi ini, kaum muslimin harus menyelenggarakan misi-misi sebagaimana disampaikan Ruba’i bin Amr rodhiyallohu ‘anhu, yakni:
الله ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله وحده . ومن ضيق الدنيا إلى سعة الدنيا والآخرة . ومن جور الأديان إلى عدل الإسلام
Yang artinya kurang lebih:
1. Alloh membangkitkan kaum muslimin untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan sesama hamba kepada penghambaan terhadap Alloh semata-mata.
2. Membebaskan manusia dari kesempitan dunia kepada kelapangan dunia dan akherat.
3. Membebaskan manusia dari kesewenang-wenangan sistem hidup (agama-agama selain Islam) kepada keadilan Islam.
Inilah makna kemerdekaan yang hakiki dimana generasi terbaik dari kaum muslimin sudah dengan tepat merinci pemahaman yang sempurna tentang hal tersebut.
Manusia selamanya akan menjadi budak bagi sesama dan hawa nafsunya apabila tidak mampu mereaisasikan ketiga muatan agung dalam makna kemerdekaan itu. Sampai tingkat terrendah yakni manakala manusia menjadi hamba uang dan perempuan sebagaimana sabda Rasululloh ‘alaihis sholatu was sallam, yakni:
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah, dan celakalah hamba khamilah. Jika diberi, dia senang, tetapi jika tidak diberi, dia marah. Celakalah dia dan tersungkurlah. Apabila terkena duri, semoga tidak dapat mencabutnya. " (Lihat Fathul Majid Syarh Kitab At Tauhid, Bab Min Asy Syirki Iradatul Insan Bi ‘Amalihi Ad Dunya. Terjemah bebas dan ringkas)
Dari Abu Said Al-Khudri RA dari Nabi SAW bersabda:”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita” (HR Muslim)
Saat nilai-nilai materialism yang mengaktualisasikan diri dalam isme-isme bathil seperti nasionalisme, sosialisme maupun kapitalisme serta filasafat-filsafat hidup kebangsaan lokal justru menggeser Diinul Islam sebagai minhaajul hayah (the way of life) maka sejatinya kaum muslimin masih terjajah oleh kekufuran. Dimana kekufuran tidak bisa dibatasi oleh batas-batas keluarga, masyarakat atau bangsa, siapapun yang menggantikan diinul Islam sebagai pandangan dan cara hidupnya maka ia, baik individu atau komunitas tersebut hakekatnya telah kafir.
Firman Alloh Azza wa Jalla:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. Ali Imron: 85)
Jika dahulu kaum muslimin berperang melawan kaum penjajah dari bangsa-bangsa asing yang kufur maka juga masih dan sangat relevan jika sekarang kaum muslimin tetap melanjutkan peperangan melawan penjajahan terhadap kaki tangan kekufuran yang mengungkung ummat Islam dengan belenggu kebangsaan. Mungkin kita bisa menyebut peperangan ini dengan seluruh aspek dan dimensinya sebagai Perang Kemerdekaaan Kedua (II).
(Bersambung.....)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!