Kamis, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Maret 2015 06:23 wib
5.613 views
Serangan Militan di Jantung Ibukota Tunisia 22 Orang Asing Tewas
TUNIS (voa-islam.com) - Ada usaha menghancurkan Tunisia, sejak negeri di kawasan Mediterinia itu, berhasil menggusur rezim Zine al-Abidin, dan kemudian dikenal dengan 'Arab Spring'.
Kekacuan seakan tak pernah berhenti. Negara-negara Arab tetangganya, seperti Mesir dan Uni Emirat Arab, tak ingin Tunisia menjadi stabil.
Di mana sebanyak 22 orang tewas di ibukota Tunisia pada Rabu (18/3/2015). Dua orang bersenjata menembak 20 turis , dan puluhan lainnya berlari ke tempat yang aman.
"Ada 22 tewas termasuk 20 dari Afrika Selatan, Perancis, Polandia dan wisatawan Italia," kata juru bicara kementerian dalam negeri Mohamed Ali Aroui kepada AFP, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang identitas para korban. Perdana Menteri Habib Essid mengatakan sebelumnya bahwa dua atau tiga penyerang tetap pada umumnya.
Beberapa orang lainnya dilaporkan terluka dalam serangan itu, termasuk tiga warga Polandia dan setidaknya dua orang Italia. Kementerian Luar Negeri Italia mengatakan 100 orang Italia lainnya telah dibawa ke lokasi yang aman, ungkap Associated Press melaporkan.
Beberapa orang Italia di museum yang menggunakan kapal Costa Fascinosa, sebuah kapal pesiar yang melakukan perjalanan tujuh hari Mediterania barat yang berlabuh di Tunis menjadi sasaran. Pemilik kapal Costa Crociere menegaskan bahwa diantara 3.161 penumpangnya mengunjungi ibukota Tunis Rabu. Hal bagian dari tur Bardo sesuai dengan di jadwal, tetapi mengatakan itu telah dikonfirmasi tidak banyak, penumpang kapal pesiar itu yang berada di museum pada saat peristiwa berlangsung.
"Semua Tunisia harus bersatu setelah serangan ini yang bertujuan menghancurkan ekonomi Tunisia," kata Perdana Menteri. Dalam pidato di televisi, presiden Tunisia Beji Caid Essebsi berjanji untuk memperkuat tentara bangsa dalam menanggapi serangan itu, dan menggambarkan serangan itu sebagai sebuah tragedi besar.
Sebelumnya, juru bicara kementerian dalam negeri Mohamed Ali Aroui mengatakan kepada radio FM Mosaique bahwa "serangan teroris telah menghancurkan Museum Bardo."
Polisi berpakaian sipil Tunisia mengamankan daerah itu setelah orang-orang bersenjata menyerang terkenal Bardo Museum Tunis 'pada tanggal 18 Maret 2015. (AFP)
Ia mengatakan pasukan keamanan mengepung setidaknya dua militan di museum di pusat kota Tunis, tempat yang sering dikemas dengan orang asing, juru bicara kementerian dalam negeri ditambahkan.
Bersenjata polisi Tunisia berpakaian preman menghentikan kendaraan sebagai pasukan keamanan mengamankan daerah itu setelah orang-orang bersenjata menyerang terkenal Bardo Museum Tunis 'pada tanggal 18 Maret 2015. (AFP)
Bursa tembakan pertama terdengar dari parlemen sekitar tengah hari, TAP kantor berita pemerintah melaporkan. Serangan berlangsung ketika parlemen sedang berlangsung, ungkap Al Arabiya News Channel mengatakan, mendorong komite parlemen untuk menunda pertemuan mereka.
Pasukan keamanan Tunisia mengamankan daerah itu setelah orang-orang bersenjata menyerang Museum terkenal Bardo 'pada tanggal 18 Maret 2015. (AFP), anggota DPR diperintahkan untuk berkumpul di ruang utama, ujar anggota parlemen dari kubu Islam Monia Brahim kepada AFP.
Saksi mata mengatakan pasukan polisi dalam jumlah besar dikerahkan untuk mengevakuasi gedung parlemen dan unit anti-teror dikerahkan juga ke lokasi kejadian.
Revolusi di tahun 2011 dan dikenal 'Arab Spring' yang berhasil menumbangkan rezim Zine El Abidine Ben Ali, dan merembet ke Mesir, Suriah dan Libya, dan negara-negara Arab telah sekarang sebagian besar menghindari kekacauan dan kekerasan yang melanda negara-negara.
Selama ini, angkatan bersenjata Tunisia telah memerangi kaum militan yang muncul setelah revolusi. Beberapa ribu warga Tunisia juga telah bergabung dengan ISIS, dan berjihad di Suriah. Serangan itu merupakan pukulan bagi industri pariwisata penting di negara itu.
Museum Nasional Bardodibangun di istana abad ke-15, adalah museum terbesar di Tunisia dan rumah salah satu koleksi terbesar di dunia mosaik Romawi antara karya-karya 8.000-nya. Di Irak dan Suriah peninggalan berssejarah telah dihancurkan oleh ISIS. Karena hanya membawa kepada 'syirik'.
Sekarang Tunisia dikuasai rezim sekuler sosialis yang memenangkan pemilihan umum lalu, menggantikan kaum Islamis yang berkuasa yaitu Partai An-Nahdhah yang berafiliasi kepada Ikhwan. (dimas/aby/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!