Sabtu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Juli 2015 09:20 wib
5.495 views
Ahli PBB Karska : Lebih 5.000 Warga Tunisia Bergabung Dengan ISIS
TUNIS (voa-islam.com) – Tunisia terus menjadi sorotan oleh pusat-pusta kekuasaan dunia, sejak terjadinya pembantaian para turis di Sousse oleh seorang pemuda yang diduga memiliki hubungan dengan ISIS. Sedikitnya, 39 turis asing tewas di pantai Mediterania itu.
Seluruh pusat kekuasaan sekuler alias Barat, terutama Uni Eropa guncang. Mengapa peristiwa yang sangat mengerikan itu bisa berlangsung?
Sementara itu, Ahli PBB mengatakan bahwa hampir 5.500 warga Tunisia yang berjuang bersama jihadis luar negeri, dan mendesak pemerintah Tunisia mengadopsi "rencana strategis nasional" yang bertujuan menghentikan arus jihadis yang terus mengalir ke luar negeri, Irak dan Suriah, tandasnya, Jum'at, 10/7/2015.
"Jumlah pejuang asing Tunisia adalah salah satu yang tertinggi di antara mereka yang bepergian bergabung di wilayah konflik di luar negeri seperti di Suriah dan Irak," kata Elzbieta Karska, kepala kelompok kerja PBB tentang penggunaan tentara bayaran.
"Jaringan wisata yang beroperasi dengan canggih merekrut para jihadis melintasi perbatasan ke wilayah yang sedang dilanda konflik, dan kadang-kadang melalui daerah, di mana perdagangan manusia rang dan barang haram tidak dapat dikendalikan secara efektif," kata Karska setelah misi delapan hari ke Tunisia.
"Kesaksian telah mendokumentasikan bahwa rute yang diambil wisata yang melalui Libya, kemudian terus ke Turki dan perbatasan di Antakya, dan kemudian Suriah," katanya. Karska juga menunjuk kemungkinan kaitan antara tentara bayaran dan perekrutan asing untuk kelompok-kelompok seperti kelompok ISIS.
"Dilaporkan kepada kami bahwa perekrut dalam jaringan tersebut juga dibayar - satu angka yang diberikan adalah bahwa dari $ 3.000 untuk $ 10.000 per merekrut baru, tergantung pada kualifikasi seseorang," katanya. Tapi, semua hanyalah 'omong kosong', di mana para jihadis itu, semata-mata berniat ingin berjihad dan membebaskan negeri Muslim, seperti Irak dan Suriah yang sekarang dalam bahaya dan ancaman.
Tapi, Karska mengatakan sekitar 4.000 Tunisia berada di Suriah, antara 1.000 dan 1.500 di Libya, 200 di Irak, 60 di Mali dan 50 di Yaman. Sekitar 625 orang yang telah kembali dari Irak sedang dalam penyelidikan fihak keamanan Tunisia, kata ahli PBB, Karska..
Karska mendesak pemerintah Tunisia mengadopsi (menerima) "rencana strategis nasional ... (untuk) menanggapi profil beragam dan metode perekrutan ... (untuk) memastikan usaha-usaha yang bersifat komprehensif, berdasarkan standar hak asasi manusia internasional di semua elemen yang". Tapi, semua mustahil dijalankan, khususnya oleh pemerintah Tunisa, dan pasti akan menimblkan pelanggaran HAM.
Tunisia telah menerapkan darurat militer, sejak terjadinya pembantaian terhadap turis asing di Sousse, dan terus mencari jejak orang-orang yang diduga sebagai anggota ISIS. Tunisia juga melakukan langkah-langkah yang bersifat preventif dengan menutup lebih 80 masjid yang diduga menjadi sarang gerakan teroris alias ISIS. Semuanya pemerintahan sekuler Tunisia yang mengabdi kepada kepentingan Eropa itu, sedang mengalami ketakutan akibat tindakan ISIS. (dita/aby/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!