Kamis, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 29 September 2016 13:00 wib
8.573 views
Mewaspadai Bangkitnya Komunisme di Indonesia
Oleh: Ratna Mufidah (Ibu Rumah Tangga, Aktivis MHTI)
Sejarah Komunisme di Indonesia
Faham komunis masuk ke Indonesia oleh HFJ Sneevliet (1883-1942) tahun 1913. Adapun basis pendukungnya adalah buruh dan tani. Tatanan kolonial menjadikan bangsa Indonesia sengsara di negeri sendiri, selain miskin juga tertindas. Sneevliet membentuk organisasi bernama ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging) tahun 1914.
Sneevliet merekrut para aktivis buruh di antaranya adalah Semaun, seorang pemuda buruh perusahaan kereta api yang pada tahun 1916 (saat berusia 17 tahun), yang menjadi kepala Serikat Islam di Semarang, dan di kemudian hari menjadi tokoh penting dalam PKI. ISDV sendiri sering menjadi salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di Jawa.
Liberalisme Belanda tidak mendorong perjuangan buruh. Pemogokan dibalas dengan PHK massal, pembuangan para aktivis ke pulau-pulau terpencil, dan tindakan apa saja yang perlu untuk menghancurkan gerakan buruh. Kelahiran Komunisme di Indonesia tak bisa dilepaskan dari hadirnya orang-orang buangan politik dari Belanda dan mahasiswa-mahasiswa lulusannya yang berpandangan kiri. Beberapa di antaranya Sneevliet, Bregsma, dan Tan Malaka yang masuk setelah Sarekat Islam (SI) Semarang sudah terbentuk.
Konflik antara SI Semarang (SI Merah) dengan SI pusat di Yogyakarta (SI Putih) mendorong diselenggarakannya kongres. Atas usulan Haji Agus Salim, yang disahkan oleh pusat SI, baik SI Merah maupun SI Putih menyepakati bahwa personel SI Merah keluar dari SI. Mantan personel SI Merah kemudian bersama ISDV berganti nama menjadi PKI.
PKI menempuh cara yang diusulkan Tan Malaka, bahwa kelompok agamis memiliki potensi besar melawan kolonial sehingga perlu dirangkul. Maka, para propagandis menyebar ke berbagai pelosok mendekati para ulama. Dengan lihai mereka menjelaskan persamaan nilai-nilai agamis dengan komunis, antara lain faham sosialisnya. Para propagandis menjelaskan bahwa agamis dan komunis sama-sama memihak kaum jelata, hanya istilahnya yang berbeda. Komunis memiliki istilah proletar dan agamis memiliki istilah dhuafa. Bahkan di Banten, PKI menampilkan gaya yang aneh, fanatik dengan agama. Sikap aneh tersebut juga ditampilkan di wilayah Surakarta oleh H. Misbakh, dia menyebarkan konsep “Komunisme Islam” dan sempat menggerakkan kerusuhan.
Gerakan PKI pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia, diawali oleh kedatangan Muso secara misterius dari Uni Soviet ke Negara Republik (Saat itu masih beribu kota di Yogyakarta). Sama seperti Soekarno dan tokoh pergerakan lain, Muso berpidato dengan lantang di Yogyakarta dengan pandangannya yang murni Komunisme. Di Yogyakarta, Muso juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N. Aidit.
Pasca Perang Kemerdekaan Indonesia, PKI menyusun kekuatannya kembali. Didukung oleh Soekarno yang ingin menyatukan semua aspek masyarakat Indonesia saat itu, di mana antar ideologi menjadi musuh masing-masing, PKI menjadi salah satu kekuatan baru dalam politik Indonesia. Ketegangan itu tidak hanya terjadi di tingkat atas saja, melainkan juga di tingkat bawah di mana tingkat ketegangan banyak terjadi antara tuan tanah dan para buruh tani.
Soekarno sendiri yang cenderung ke kiri, lebih dekat kepada PKI. Terutama setelah Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, politik luar negeri Indonesia semakin condong ke Blok Timur (Blok Komunis Uni Soviet). Indonesia lebih banyak melakukan kerja sama dengan negara komunis seperti Uni Soviet, Kamboja, Vietnam, RRT. maupun Korea Utara.
Musuh ideologi Islam bukan hanya kapitalisme yang saat ini diwakili Amerika sebagai Negara adidaya dunia, tetapi juga komunisme yang diwakili China dan menuju kebangkitannya untuk menguasai sebagian regional dunia
Pasca Gerakan 30 September yang juga disebut sebagai pemberontakan PKI. Terjadi "pembersihan" besar-besaran atas warga dan anggota keluarga yang dituduh komunis atau terlibat peristiwa tersebut. Untuk selanjutnya PKI disahkan sebagai partai terlarang.
Ekspansi Komunisme Masa Kini: Dari Simbol Hingga Hegemoni Politik
Pemikiran komunisme kembali mencuat di tanah air sejak era reformasi, dimana kran kebebasan berpikir dan berpendapat mendapatkan pintu kebebasannya dimana trauma kediktatoran era Soeharto yang banyak membungkam suara-suara yang bertentangan dengan kepentingan politiknya.
Menurut Ja’far Shodiq, Wakil Ketua Umum Front Pembela Islam, ada beberapa indikasi bangkitnya kembali komunisme di Indonesia, Pertama, tuntutan pencabutan Tap MPRS No XXV / 1966. Kedua, Penghapusan sejarah pengkhianatan PKI dalam kurikulum Sejarah Indonesia. Ketiga, penghentian pemutaran film G30S/PKI. Keempat, penghapusan LITSUS bagi calon pejabat. Kelima, putra putri PKI masuk Parpol dan instansi negara. Keenam, pembuatan buku dan film pembelaan terhadap PKI. Ketujuh, RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KRR) bertujuan memutihkan kesalahan PKI. Kedelapan, Komnas HAM meminta negara meminta maaf kepada PKI. Kesembilan, Cina memberikan bantuan dalam jumlah besar dalam bentuk dana. Kesepuluh, kerja sama partai politik Indonesia dengan negara komunis Cina. Kesebelas, seminar/ temu kangen dan promosi PKI. Keduabelas,pembentukan Ormas/Orsospol yang berafiliasi pro PKI. Ketigabelas, pemutarbalikan sejarah PKI. Keempatbelas, banyak ditemukan lambang PKI dikalangan selebritis dan tokoh-tokoh politik. Kelimabelas, adanya wacana penghapusan kolom agama pada KTP.
Indikasi bangkitnya kembali komunisme dan PKI ini, juga sangat kentara dengan berbagai aktivitas kader PDIP yang terang-terangan dan terbuka. Seperti dalam masa kampanye Pilpres, ada beberapa peristiwa yang dapat dinilai sebagai indikasi bangkitnya komunisme alias PKI di Indonesia. Peristiwa itu bisa ditelusuri sejak Oktober 2002. Saat itu, kader PDIP Ribka Tjiptaning menulis buku dengan judul yang sangat provokatif ‘Aku Bangga Jadi Anak PKI’. Buku Ribka Tjiptaning ini beredar luas, dan Tjiptaning yang menjadi anggota DPR dari PDIP, dan merupakan kader PDIP itu, tak henti-henti melakukan penggalangan di berbagai daerah unsur-unsur yang berbau komunisme. Menyusul kemudian Juni 2010, pertemuan anak PKI dari berbagai kota yang turut dihadiri oleh anggota DPR RI dari Fraksi PDI-Perjuangan, Rieke Dyah Pitaloka di Banyuwangi, Jawa Timur. Terakhir dikabarkan anak eks-PKI itu melakukan kunjungan ke China guna belajar politik dari partai komunis di sana. Menurut Mayjend (Purn) Kivlan Zen, tahun 2017 mereka akan memproklamirkan Republik Cina-Indonesia, “saya punya intelijen disana”.
Di Era Jokowi saat ini, Indonesia justru banyak tunduk pada hegemoni politik-ekonomi China. Seperti diketahui proyek infrastruktur yang diperoleh China antara lain pembangunan jalan tol, 24 pelabuhan, 15 bandar udara (bandara), pembangunan jalan sepanjang 1.000 kilometer (km), pembangunan jalan kereta api sepanjang 8.700 km, serta pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 megawatt (MW). Tiongkok juga akan terlibat dalam pembangunan jalur kereta supercepat MRT Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya. Proyet Tol Laut ternyata senada dengan program pemerintah khusunya SREB dan MSRP. Untuk Proyek seperti itu pemerintah pun harus siap-siap menanggung segala konsekwensinya menjadi bemper jika proyek tersebut gagal. Semua diperuntukan dan memuluskan jalan perekonomian yang katanya berbasis pertumbuhan ala kapitalis timur.
Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar mengatakan pada Januari 2015 utang Indonesia ke China sebesar 8.55 miliar dolar Amerika, tumbuh sebesar 59 persen menjadi 13.65 miliar dollar AS. Sementara data BKPM tercatat nilai investasi China ke Indonesia hingga Februari 2016 mencapai 23,25 miliar dolar AS. Adapun komitmen investasi terbesar China di Indonesia tercatat terjadi tahun 2015 , yakni senilai 22,678 miliar dollar AS. Pada periode Januari hingga Februari 2016, komitmen investasi China di Indonesia mencapai 3,202 miliar dollar AS.
Sebagai konsekuensinya, TKA China datang karena adanya Perjanjian Bilateral Utang Luar Negeri Indonesia ke China, perjanjian tersebut mensyaratkan pembangunan infrastruktur dilakukan oleh perusahaan China dan pekerja pekerja yang melakukan juga dari China, tidak hanya pekerja untuk pekerjaan yang sifatnya manajerial tetapi pekerjaan kasar pun dibawa dari China.
Menurut Kwik Kian Gie pernah menyebut bahwa ada sembilan Taipan dibalik pencalonan Jokowi. Bisa jadi para taipan inilahlah yang memiliki kepentingan besar terhadap berbagai proyek besar di Indonesia. Menurut pengamat politik sekaligus Direktur Global Future Institute, Hendrajit, China memang memberikan bantuannya di sektor infrastruktur, tapi dalam perkembangannya nanti bukan Cuma modal yang masuk tapi juga orangnya akan masuk dan juga pabriknya. Pada tingkat tertentu nanti akan ada daerah kantong China seperti era penjajahan Belanda dulu dengan kedok investasi. Duta besar China menjanjikan investasi besar-besaran ke Indonesia dengan syarat, diberikan kawasan ekonomi khusus, yakni Bitung, Sulawesi Utara. Ini adalah jalur Indonesia Timur ke Asia Pasifik.
Di Laut Cina Selatan, China sengaja melakukan klaim teritorial, Pengamat Politik Arbi Muslim mengingatkan, China bisa menyeret Indonesia dalam konflik Laut Cina Selatan mengingat begitu pentingnya Laut Cina Selatan bagi China untuk perdagangan Dunia. “Mau tak mau ketika bantuan Cina ke Indonesia, maka Indonesia akan terlibat dalam konflik di kawasan Laut Cina Selatan. Makanya tidak berlebihan China akan membuat pangkalan militer di Indonesia”.
Melawan Komunisme, Membangun Peradaban Islam
Musuh ideologi Islam bukan hanya kapitalisme yang saat ini diwakili Amerika sebagai Negara adidaya dunia, tetapi juga komunisme yang diwakili China dan menuju kebangkitannya untuk menguasai sebagian regional dunia. Menurut anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi menyatakan yang namanya ideologi itu tidak pernah mati termasuk juga komunisme selagi ada yang mengusungnya. Yang membedakan itu apakah ideologi masih diterapkan oleh negara atau tidak. “Komunisme meskipun dari sisi penerapan negara sudah bangkrut tapi masih disebarluaskan oleh penganutnya, ini tampak dari berkembangnya paham ateisme, sosialisme, komunisme di kampus-kampus dan di situs-situs, ….Ide ini masih bisa berkembang, karena negara mengusung ideologi liberal bukan Islam. atas nama HAM, kebebasan berpendapat memberikan peluang penyebaran ideologi ini. Di situlah umat Islam membutuhkan negara yang melindungi umat Islam baik secara fisik maupun pemikiran”
Saat ini, Negara Islam belum ada sehingga benteng pertahanan aqidah umat terhadap bahaya komunisme terbatas pada kelompok-kelompok dan individu-individu Muslim semata. Padahal, musuh secara nyata yaitu kapitalisme dan komunisme masing-masing sudah diwakili oleh sebuah Negara yang saat ini aktif menanamkan pengaruhnya masing-masing di Indonesia dan negeri-negeri muslim di seluruh dunia. Dari sinilah perlunya kita membangun benteng umat yang hakiki yaitu Negara Khilafah Rasyidah yang akan mengalahkan hegemoni kapitalime dan komunisme.
Negara Khilafah tidak akan memberi celah sedikitpun bagi masuknya pemikiran dan ideology yang bertentangan dengan Islam ke dalam Negara, kalaupun dijadikan untuk dipelajari kerusakannya, maka hanya diperbolehkan kepada anak didik yang setingkat SMA dimana aqidah mereka telah kuat. Negara Khilafah juga tidak akan memberi kesempatan kepada Negara lain untuk melakukan hegemoni politik, ekonomi maupun budaya dengan cara menerapkan syariat dalam mengelola Negara sehingga menjadi Negara yang kuat dan mandiri. [syahid/voa-islam.com]
SUMBER:
https://rizkian.wordpress.com/2011/03/06/sejarah-komunis-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme
https://hizbut-tahrir.or.id/2015/09/30/pki-bangkit-kembali/
http://kabarterpilih.top/tahun-2017-pki-akan-proklamirkan-republik-cina-indonesia/
https://www.nahimunkar.com/militer-khawatir-komunisme-dan-pki-bangkit-lagi-lewat-pdip/
http://www.visimuslim.net/2016/02/analisis-runtuhnya-hegemoni-as-dan.html
https://www.nahimunkar.com/indonesia-perlu-mewaspadai-misi-terselubung-cina-komunis-tiongkok/
http://poskotanews.com/2016/07/19/investasi-china-sekaligus-bawa-tenaga-kerja-dari-china/
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!