Senin, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 28 Agutus 2017 11:30 wib
6.813 views
HTS 'Bubar', Rencana AS Invasi Idlib Suriah Gagal
IDLIB, SURIAH (voa-islam.com) - Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) telah mengumumkan bahwa mereka akan membubarkan diri, menggagalkan rencana AS untuk menginvasi provinsi Suriah utara tersebut dengan dalih bahwa kelompok oposisi itu sejajar dengan afiliasi Al-Qaidah di Suriah.
Kontrol Idlib di Suriah akan diserahkan segera ke pemerintahan sipil yang akan segera didirikan sementara pekerjaan dimulai untuk membentuk dewan lokal dan menyerahkan tugas-tugas keamanan di provinsi ini ke polisi yang baru dibentuk.
Idlib, yang memiliki perbatasan sepanjang 130 kilometer dengan Turki, merupakan rumah bagi 2,9 juta warga sipil setelah penduduk provinsi tersebut membengkak karena para pengungsi di Suriah mengungsi ke sana.
Mengindahkan seruan Turki untuk mendirikan pemerintahan sipil, komandan HTS Abu Jaber telah mengumumkan dalam sebuah komunike yang diterbitkan hari Jum'at (25/8/2017) ini, bahwa kelompok tersebut akan membubarkan diri dan "siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin kesejahteraan Idlib dan Suriah secara keseluruhan."
Sebuah akhir pertikaian
Dalam komunike tersebut, Abu Jaber menyatakan bahwa "untuk revolusi Suriah, yang dimulai pada tahun 2011, untuk mencapai tujuannya, pertikaian harus berakhir."
Dia kemudian mengumumkan pembentukan sebuah administrasi sipil baru, dan penyatuan semua kelompok oposisi berdasarkan komando gabungan, menambahkan bahwa sebuah unit kepolisian juga akan dibentuk untuk memberikan keamanan di wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya, komandan HTS Abu Jaber mencatat bahwa semua kekuatan oposisi di Idlib, Aleppo pusat, Hama, Daraa dan pedesaan Latakia dipandang sebagai Al-Qaidah oleh masyarakat internasional, menambahkan bahwa Rusia dan AS ingin menyabotase revolusi Suriah, dan bahwa pembicaraan mereka tentang solusi politik dan perdamaian "tidak lain hanyalah jebakan."
"HTS, yang terdiri dari lebih dari 10 kelompok oposisi, telah dinyatakan sebagai kelompok teroris terlepas dari kenyataan bahwa kekuatan kedaulatannya mencerminkan visi revolusi Suriah, di mata mereka, semua Muslim adalah teroris," lanjut Abu Jaber, " Insyaallah, kita semua akan bersatu untuk kemerdekaan Idlib, Suriah dan orang-orang Suriah, "pungkasnya.
Mantan komandan FSA kembali ke Suriah
Kolonel Riyad al-Assaad, yang mendirikan FSA, sedang menengahi pertemuan yang diadakan untuk mengembalikan stabilitas kepada Idlib di tengah rencana intervensi di provinsi tersebut dengan alasan yang berbeda oleh beberapa pemain seperti AS, Assad, PKK, Rusia dan Iran.
Langkah-langkah penting telah diambil dalam pertemuan yang sedang berlangsung, menurut laporan, ketika nasib ratusan ribu warga sipil yang mencari perlindungan di Idlib menduduki puncak agenda pertemuan, dengan semua pihak setuju untuk membuat konsesi bagi masa depan Suriah dan stabilitas wilayah tersebut.
Dalih Islamic State (IS)
Pemerintahan AS, yang telah memasuki Suriah dengan dalih Islamic State (IS), sesumbar bahwa mereka akan menarik diri dari negara yang dilanda perang tersebut setelah IS dikalahkan, namun kenyataannya mereka mengirim lebih dari 4.000 tentara ke wilayah yang dikuasai PKK dan mendirikan pangkalan militer.
Laporan-laporan menyebutkan bahwa mereka akan tinggal di negara itu dalam jangka waktu yang lama.
AS juga terus mengcover semua operasi teror PKK atas nama "tindakan demokratis," dimana ini hanya menunjukkan AS sebagai dalang dibalik semua plot yang digunakan oleh teroris PKK di lapangan. (st/ys)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!