Sabtu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Desember 2017 08:24 wib
6.621 views
Muslim Rohingnya, Saudara Kita
Oleh: Lies Nur Azizah
Seperti yang kita ketahui, dunia telah dibuat terkejut dengan adanya tragedi penindasan terhadap muslim Rohingnya di Myanmar. Muslim Rohingnya merupakan warga minoritas Myanmar yang sebagian besar penduduknya beragama Budha.
Beralasan Umat Islam Rohingnya bukanlah penduduk asli Arakan, pemerintah Myanmar bukan sekedar melakukan pengusiran dan pemusnahan kampung-kampung mereka namun lebih dari itu, mereka melakukan pembunuhan, pemerkosaan terhadap para muslimah hingga anak-anak pun terpaksa mereggang nyawa dengan kepala terpenggal.
Tidak puas sampai disitu, militer Myanmar pun memburu mereka yang melarikan diri ke perbatasan India dan Bangladesh. Tentara menembaki mereka dan memasang ranjau di kawasan perbatasan. Sungguh Ironis!
Lantas bagaimana sikap para pemimpin muslim dunia termasuk Indonesia? Mereka hanya bisa melakukan pengecaman, pengiriman bala tentara untuk membantu penyaluran logistik bahkan ada yang hanya menjadi penonton belaka. Sungguh aneh jika mereka melakukan kecaman hingga mengirimkan tentara bantuan namun diluar itu mereka tetap melakukan kerjasama bilateral! Apakah semua bisa menyelesaikan permasalahan muslim Rohingnya? Tidak!
Begitu banyaknya bantuan logistik yang disalurkan untuk Muslim Rohingnya namun lagi-lagi sulit penyalurannya karena kebijakan pemerintah Myanmar yang menutup jalur untuk menyalurkan bantuan. Jikalau bantuan logistik dapat di terima, tetap saja kedepannya mereka memerlukan bantuan lagi karena mereka tidak dapat bekerja dan hidup dengan tenang dan aman. Walhasil Semua itu hanya bersifat sementara, tidak menyelesaikan permasalahan secara tuntas.
Bahkan nasib saudara kita yang berhasil mengungsi melalui jalur perbatasan kini hidupnya tetap menderita karena meraka hanya tinggal di camp-camp dengan fasilitas seadanya. Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Wallhu’alam tidak ada satu Negara pun yang dapat memberikan jaminan hidup dan kesejahteraan bagi mereka.
Peristiwa ini tentunya memberikan pelajaran berharga bagi Umat Muslim seluruh dunia. Betapa persatuan umat sangat diperlukan guna menyelesaikan permasalahan Umat Muslim yang mengalami penindasan. Oleh karena itu persatuan umat Islam dari berbagai negeri tanpa ada sekat nasionalisme sangat diperlukan.
Umat bersatu dalam satu kepemimpinan sistem pemerintahan Islam dimana Negara menerapkan seluruh aturan Islam serta meniadakan nasionalisme -yang ada hanya Negara Islam- maka tubah Umat Islam akan menjadi kuat. Syariah Islam akan membawa rahmat bagi seluruh alam, oleh karena itu wajar jika dahulu ketika umat Islam menerapan seluruh aturan Allah SWT dalam sebuah Negara, maka kemajuan disegala bidang terwujud, Umat Islam dapat memimpin dunia selama 1300 tahun lamanya, bahkan pada masa itu, Umat Islam menjadi trend centre dunia.
Jangankan ada yang berani membunuh puluhan, ratusan, bahkan ribuan nyawa muslim, 1 saja nyawa muslim terrenggut maka Kholifah akan mengirimkan bala tentara untuk mengembalikan Izzah Islam dan martabat Umat Muslim. Allah SWT berfirman “Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara” (TQS al-Hujurat:10).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa semua orang mukmin adalah saudara dalam agama, sehingga saling tolong-menolong diantara Umat Islam tanpa dibatasi oleh ikatan-ikatan lainnya -termasuk nasionalisme- harus terwujud. Rasulullah SAW menggambarkan Umat Islam layaknya satu tubuh yang saling menopang satu sama lain,
“Sungguh seorang Mukmin bagi Mukmin yang lain berposisi seperti kepala bagi tubuh. Seorang Mukmin akan merasakan sakitnya Mukmin yang lain seperti satu tubuh ikut merasakan sakit yang menimpa kepala” (HR.Ahmad).
Marilah kita bersegera mewujudkan persatuan Umat Islam seluruh dunia tanpa batas nasionalisme agar kehormatan Umat Islam bisa kembali kita raih. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!