Sabtu, 27 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Juli 2013 20:53 wib
10.279 views
Thailand dan BRN Sepakati Gencatan Senjata 40 Hari di Thailand Selatan
MALAYSIA (voa-islam.com) - Delegasi pemerintah Thailand dan kelompok pejuang Patani dari Barisan Revolusi Nasional (BRN) telah menyepakati 40 hari gencatan senjata di provinsi ujung Selatan Thailand, menyatakan periode puasa Ramadan sebagai "bulan bebas dari kekerasan".
Periode perdamaian yang disepakati berlangsung dari 10 Juli, awal Ramadhan di Thailand, sampai 18 Agustus, menurut Ahmad Zamzamin Hasyim, yang mewakili Malaysia, fasilitator perundingan negosiasi perdamaian.
Malaysia mengumumkan Pemahaman umum dari perjanjian Inisiatif Perdamaian Ramadhan dalam pernyataan yang dirilis setelah pertemuan di Kuala Lumpur, Jumat (12/7/2013).
Pakta "bebas dari kekerasan" mencakup semua provinsi bergolak di Thailand selatan seperti Narathiwat, Patani dan Yala dan lima distrik yaitu Songkhla - Na Thawee, Sadao, Chana, The Pa dan Sabayoi.
"Thailand dan BRN akan bekerja keras untuk memastikan Ramadhan 2013 akan menjadi bulan bebas dari kekerasan untuk menunjukkan ketulusan, komitmen dan keseriusan kedua belah pihak dalam mencari solusi untuk masalah umum melalui platform dialog perdamaian JWG-PDP", kata pernyataan itu.
Langkah ini merupakan ujian serius pertama dari upaya mereka untuk mengakhiri kekerasan di meja perundingan.
Para pejuang Patani akan menahan diri dari menargetkan pasukan keamanan, warga sipil Budha dan properti, serta menjamin keamanan non-Muslim di wilayah itu, kata pernyataan tersebut.
Sebagai imbalannya, Thailand akan menahan diri dari "setiap tindakan-tindakan agresif" pada masalah keamanan dan juga menjamin keamanan warga sipil tanpa memandang agama, tambahnya.
Thailand "akan terus bertanggung jawab terhadap tindakan pencegahan kejahatan dan pemantauan untuk tujuan keamanan publik," kata pernyataan itu.
"Setiap pihak yang melanggar, mengganggu atau menyabot kesepakatan ini akan dianggap sebagai pihak yang tidak mencintai damai dan tidak menghormati aspirasi dan keinginan rakyat Thailand," klaim pernyataan itu.
"Ini adalah batu loncatan untuk apa yang ingin kita capai di masa depan. Jika tidak ada insiden, kita dapat melihat cahaya di ujung terowongan. Ini akan menjadi preseden, batu loncatan," kata Ahmad wartawan di ibukota Malaysia.
Dewan Keamanan Nasional (NSC), yang merupakan negosiator utama untuk Thailand, pasukan militer dan polisi telah berjanji untuk menurunkan serangan mereka pada tersangka pejuang Islam dan memeriksa orang-orang Islam Ramadhan.
Pemerintah juga mengklaim telah mulai menarik tentara dari wilayah itu dan menggantinya dengan polisi dalam upaya untuk mengakhiri ketidakpercayaan masyarakat.
Meski perjanjian damai dimulai sejak awal Ramadhan, sehari setelah bulan puasa dimulai, sebuah bom meledak di bawah sebuah truk milliter yang berjalan membawa tentara yang melindungi para guru di distrik Raman Yala, melukai delapan dari mereka dan meninggalkan lubang besar di jalan.
Kekerasan separatis di wilayah selatan yang didominasi Muslim telah merenggut lebih dari 5.000 nyawa warga sipil, tentara, polisi, pejabat negara Thailand dan pejuang Islam, sejak mulai lagi pada Januari 2004. (an/bp)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!