Kamis, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 29 Desember 2016 21:15 wib
6.738 views
Rusia-Turki Umumkan Gencatan Senjata di Suriah Berlaku Mulai Besok, Kesampingkan JFS dan IS
MOSKOW, RUSIA (voa-islam.com) - Kesepakatan tentang gencatan senjata di Suriah telah tercapai dan pembicaraan damai akan mulai, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim pada hari Kamis (29/12/2016).
"Perjanjian yang kita telah capai ini sangat rapuh, seperti yang kita semua mengerti. [Hal ini membutuhkan] perhatian khusus dan kesabaran, sikap profesional, dan kontak yang konstan dengan mitra kami, "kantor penyiaran milik negara Russia Today (RT) mengutip Putin mengatakan pada pertemuan dengan menteri luar negeri dan pertahanan Rusia.
Perjanjian, yang diumumkan pertama kali oleh Turki, diperinci dalam tiga dokumen, kata Putin.
"Yang pertama ditandatangani oleh 'pemerintah Suriah dan oposisi Suriah untuk menghentikan permusuhan di wilayah Republik Arab Suriah. Yang kedua adalah serangkaian langkah-langkah untuk mengendalikan gencatan senjata. Dokumen ketiga adalah deklarasi niat untuk penyelesaian Suriah, "kata presiden Rusia.
Untuk bagiannya, Kementerian Luar Negeri Turki mengumumkan bahwa gencatan senjata secara nasional telah tercapai dan dijadwalkan mulai Jumat 30 Desember pada 12 tengah malam, menurut kantor Anadolu.
Kementerian itu mengklaim rezim Assad dan oposisi keduanya sepakat bahwa organisasi jihad yang diakui oleh Dewan Keamanan PBB sebagai kelompok teroris, Jabhat Fateh Al-Sham dan Islamic State (IS) dikecualikan dari kesepakatan.
Turki dan Rusia akan bertindak sebagai negara penjamin mendukung kesepakatan gencatan senjata, tambah kementerian itu.
Kesepakatan gencatan senjata dikatakan disetujui oleh tujuh kelompok utama pejuang oposisi 'yang mengklaim memiliki lebih dari 60.000 pejuang dalam barisan mereka, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan, menambahkan bahwa jika kesepakatan berjalan, itu akan memungkinkan Rusia untuk menurunkan kehadiran militernya di Suriah.
Sebelumnya, seorang pejabat kelompok pejuang Ahrar Al-Sham mengatakan bahwa rintangan masih ada untuk setiap kesepakatan damai.
Labib Nahhas, kepala hubungan luar negeri untuk kelompok kuat Ahrar al-Sham kuat, menegaskan kepada AFP bahwa faksi itu "menyadari diskusi yang sedang berlangsung antara Rusia dan Turki tentang gencatan senjata nasional".
Tapi dia menegaskan bahwa faksi oposisi belum disajikan dengan usulan resmi dan mengatakan masih ada hambatan untuk kesepakatan.
"Rusia ingin mengecualikan Timur Ghouta dari gencatan senjata, itu tidak dapat diterima," katanya, merujuk ke daerah yang dikuasai oposisi di luar Damaskus.
Tentara Suriah dan sekutunya telah berusaha keras untuk maju di Timur Ghouta dalam beberapa bulan terakhir untuk mengamankan daerah sekitar ibukota. Mereka berusaha mati-matian untuk merebut kota yang tengah dikepung ketat rezim Assad itu menyusul keuntungan terbaru pemerintah setelah merebut kembali Aleppo dari pejuang opososo.
Kesepakatan ini untuk kesekian kalinya pula, mengecualikan Jabhat Fateh Al-Sham (sebelumnya merupakan afiliasi Al-Qaidah di Suriah bernama Jabhat Al-Nusrah) dan Islamic State (IS) dalam perjanjian damai.
Bagaimanapun, meski kesepakatan tersebut hanya mengecualikan para "teroris" namun dilapangan tidak ada perbedaan saat pasukan teroris Assad dan sekutnya termasuk Rusia melakukan serangan dimana mereka tetap menargetkan seluruh kelompok pejuang oposisi yang memerangi pemerintah sebagaimana yang terjadi dalam gencatan-gencatan senjata sebelumnya. (st/Orient)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!