Senin, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Januari 2017 15:00 wib
5.190 views
Mantan Presiden Gambia Yahya Jammeh Bawa Lari Jutaan Dolar Kas Negara Sebelum Ke Pengasingan
DAKAR, SENEGAL (voa-islam.com) - Mantan presiden Gambia Yahya Jammeh, yang menyebabkan krisis politik di negara Afrika sebelum akhirnya pergi ke pengasingan, telah mengosongkan kas pemerintah, membawa pergi jutaan dolar dalam beberapa pekan terakhir kekuasaan, kata seorang pembantu presiden baru negara itu.
"Selama dua pekan, lebih dari 500 juta dalasi (11 juta dolar) ditarik" oleh Jammeh, Mai Fatty, seorang pembantu Presiden Adama Barrow, mengklaim di ibukota Sengalese Dakar, Senin (23/1/2017).
"Saat kita mengambil alih, pemerintah Gambia dalam kesulitan keuangan ... Pundi-pundi sebagian besar kosong," katanya kepada wartawan.
Penguasa lama, Jammeh terbang keluar dari Gambia pada hari Sabtu dan menuju Equatorial Guinea, di mana ia diperkirakan untuk tinggal dengan keluarganya.
Sebelum memutuskan untuk pergi, ia mendorong negara itu ke ambang perang dengan menolak untuk mengakui kekalahan dalam pemilihan presiden yang diadakan pada bulan Desember tahun lalu. Krisis politik berikutnya menarik mediator dari negara-negara regional, beberapa di antaranya tengah mengalami krisis mereka sendiri.
Negara-negara mediasi regional itu juga membentuk sebuah kekuatan militer untuk memaksa Jammeh turun dari kekuasaan jika dia tidak mundur secara sukarela. Jammeh memegang kekuasaan bahkan untuk sekitar dua hari setelah mandatnya berakhir meskipun ancaman penggunaan kekuatan tapi akhirnya memutuskan untuk pergi ke pengasingan. Dia telah berkuasa sejak kudeta tahun 1994.
Kekuatan militer Afrika Barat masuk Gambia pada hari Ahad untuk memberikan keamanan dan memungkinkan Barrow, yang telah tinggal di negara tetangga Senegal, untuk kembali ke Gambia, yang militernya sendiri telah memihak Jammeh.
Barrow bersemangat untuk kembali "sesegera mungkin," kata ajudannya, memperingatkan bahwa "keadaan keamanan di Gambia masih rapuh."
Menurut Fatty, Presiden Barrow ingin kekuatan militer Afrika Barat yang dikerahkan tetap di Gambia untuk saat ini.
"Kami ingin mandat mereka untuk diperpanjang," kata Fatty, menjelaskan bahwa Barrow sedang menunggu jaminan pribadi loyalitas dari pasukan keamanan nasional.
Dia mengatakan bahwa setelah transfer penuh kekuasaan, prioritas pertama pemerintahan baru akan memastikan kembalinya secara aman puluhan ribu orang yang melarikan diri dari negara itu dalam beberapa pekan terakhir karena khawatir meningkatnya kekerasan. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!