Rabu, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 15 November 2017 09:00 wib
5.996 views
Ratusan Jenazah Pejuang Islamic State Masih Tersimpan di Kontainer Berpendingin di Misrata Libya
MISRATA, LIBYA (voa-islam.com) - Ratusan jenazah pejuang Islamic State (IS) telah disimpan selama setahun terakhir di dalam kontainer berpendingin di kota Libya, Misrata, menunggu keputusan akhir mengenai nasib mereka.
Sekitar 700 jenazah telah ditempatkan di kamar mayat improvisasi sejak pejuang IS diusir dari kota pesisir Sirte yang menjadi benteng mereka di Libya pada bulan Desember 2016.
"Suhu harus dijaga antara -18 hingga -20 derajat agar jenazah tetap awet," kata Ali Tuwaileb di kompleks anti-kejahatan terorganisir yang dijaga ketat di kota tersebut.
Dua tandu tua di bawah tenda improvisasi, dipasang di depan kontainer, berfungsi sebagai laboratorium untuk dokter forensik.
"Seperti yang bisa Anda lihat, kami tidak memiliki sarana. Di sinilah kami mengambil sampel untuk tes DNA dan di mana kami memotret jenazah," kata Tuwaileb, yang bertanggung jawab atas fasilitas tersebut.
Kurangnya sumber daya berarti bahwa beberapa ratus jenazah pejuang IS lainnya telah ditinggalkan di bawah reruntuhan di Sirte atau dimakamkan pada kuburan darurat yang digali oleh anggota IS.
Setelah pasukan keamanan Libya yang didukung oleh serangan udara koalisi pimpinan AS menggulingkan IS dari Sirte, jenazah yang membusuk di jalanan menimbulkan kekhawatiran akan epidemi kesehatan.
Pada bulan Agustus, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa Libya suatu hari nanti bisa menjadi magnet bagi turis dan investor begitu dapat "membersihkan mayat-mayat itu", menuai kecaman yang meluas secara internasional dan di dalam Libya.
Menurut perkiraan Tuwaileb, antara 1.500 dan 2.000 pejuang IS dimakamkan di kota Mediterania tersebut.
"Kami tidak memiliki cukup lemari es, atau kami akan menggali semua mayat," kata pejabat Libya tersebut, yang mengatakan bahwa kontainer itu dipinjamkan oleh perusahaan swasta. Dari tujuh kontainer berpendingin di Misrata, tiga telah rusak.
"Kami harus mendistribusikan kembali jenazah di antara lemari es yang masih bekerja," kata Tuwaileb. Hal ini terutama sulit selama musim panas karena pemadaman listrik konstan. "Jadi cadangan harus siap dan kita harus mengisi bahan bakar secara teratur," katanya.
Setiap kantong mayat putih diberi nomor dan diklasifikasikan dengan filenya sendiri, termasuk sampel DNA, dokumen dan bukti lain yang dikumpulkan dengan masing-masing jenazah.
Semua berkas tersebut telah dipindahkan ke kantor jaksa agung di Tripoli untuk memutuskan kapan dan dimana jenazah-jenazah tersebut akan dikubur.
Sebagian besar pejuang yang gugur berasal dari Tunisia, Mesir dan Sudan, dengan beberapa dari Libya, namun tidak ada keluarga yang datang ke Misrata untuk mengklaim mereka.
"Kami tidak tahu apakah negara telah menghubungi jaksa agung untuk menemukan jenazah warga negaranya, tapi sejauh yang kami ketahui tidak ada yang datang ke sini untuk mencoba mengidentifikasi mayat tersebut," kata Tuwaileb.
Pengiriman Jenazah ke negara asal akan sensitif bagi pemerintah yang terlibat, yang waspada terhadap pengakuan berapa banyak warganya yang berjuang untuk Islamic State di Libya, Irak dan Suriah.
Sementara itu, jenazah-jenazah tersebut akan tetap di Misrata.
Tetapi beberapa perusahaan yang meminjamkan kontainer berpendingin menginginkan mereka kembali, kata Tuwaileb.
"Setiap kali saya memberitahu mereka, mereka bisa mengambil lemari es jika mereka mau, tapi dengan isinya." (st/TNA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!