Ahad, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 10 Desember 2017 21:33 wib
5.449 views
Saudi Perintahkan Media Tidak Terlalu Fokus Beritakan Keputusan AS Akui Yerusalem Ibukota Israel
RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Arab Saudi telah memerintahkan media di kerajaan tersebut untuk tidak terlalu fokus "terlalu memperhatikan" keputusan kontroversial Washington untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, kata beberapa sumber.
Pengadilan kerajaan Saudi mengirim sebuah "peringatan berat" kepada bos-bos surat kabar dan stasiun televisi dan radio minggu ini mengenai masalah yang telah memicu protes di seluruh dunia Arab, sejumlah sumber mengatakan kepada The New Arab pada hari Kamis (7/12/2017).
Berbicara dengan syarat anonim, mereka menambahkan bahwa perintah tersebut memerintahkan media untuk sebaliknya "membidik Iran dan negara-negara regional lainnya" dalam liputannya.
Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel pada hari Rabu dalam sebuah langkah yang telah membuat orang-orang Palestina marah dan mendapatkan kecaman hampir seluruh dunia.
Trump juga memulai proses pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Pengadilan kerajaan Saudi pada hari Kamis mengecam keputusan Trump yang "tidak dapat dibenarkan dan tidak bertanggung jawab", dalam sebuah langkah mengejutkan yang mungkin membuat malu kepemimpinan Riyadh.
Dewan Tertinggi Ulama Islam - badan keagamaan kerajaan yang paling senior di Saudi - juga merilis sebuah pernyataan, "mengkonfirmasikan status besar Yerusalem" di dunia Muslim.
Beberapa komentator menganggap komentar dewan tersebut mengecewakan karena tidak memiliki kritik yang jelas terhadap Trump yang memberi wewenang untuk pindah dan malah memusatkan perhatian pada kepentingan religius kota suci tersebut.
Pada hari Kamis, seorang menteri Israel menyatakan bahwa Trump memperoleh "lampu hijau" dari para pemimpin Arab sebelum membuat keputusan yang memecah belah tersebut.
Berbicara kepada Saluran 10 Israel, Yisrael Katz mengklaim bahwa pemerintah AS telah mengkoordinasikan langkah tersebut dengan para pemimpin Arab sebelum keputusan itu, untuk memastikan bahwa mereka akan membantu reaksi Palestina dan Arab.
Mengenai posisi Arab Saudi atas langkah Trump, Katz mengklaim Riyadh akan mempertimbangkan "kepentingan keamanan bersama dengan Israel", terutama yang berkaitan dengan musuh regional Iran.
Ketidakpercayaan Arab Saudi dan UEA terhadap kekuatan Syi'ah Iran dibagikan dengan Israel dan telah membantu mencairkan hubungan.
Arab Saudi menyangkal adanya hubungan resmi dengan Israel, meski ada banyak laporan baru-baru ini yang mengklaim adanya persesuaian antara kedua negara.
Israel menganggap Yerusalem sebagai ibukotanya, sebuah posisi yang hampir seluruh dunia menolak mengatakan bahwa statusnya harus ditentukan dalam perundingan damai dengan Palestina.
Yerusalem Timur, yang termasuk Kota Tua, dianggap wilayah Palestina yang diduduki berdasarkan hukum internasional.
Orang-orang Palestina berharap ini akan menjadi ibukota negara masa depan mereka setelah menyetujui negosiasi status akhir dengan Israel, sesuai dengan Persetujuan Oslo 1993.
Langkah Trump menempatkan harapan ini dalam bahaya serius. (st/TNA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!