Ahad, 28 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Februari 2018 10:36 wib
5.304 views
Hamas Kecam Pernyataan 'Sesat' Menlu Saudi di Parlemen Eropa
JALUR GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Gerakan perlawanan Palestina Hamas telah mengecam pernyataan baru-baru ini yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubair, yang mengatakan bahwa gerakan yang berbasis di Gaza itu "ekstremis".
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu (24/2/2018), Hamas mengatakan bahwa menteri luar negeri Saudi berusaha untuk menyesatkan opini publik dan mendistorsi citra perlawanan Palestina yang sah.
Hamas mengatakan bahwa ucapan tersebut akan mendorong rezim Israel untuk melakukan kejahatan lebih lanjut terhadap rakyat Palestina.
Klaim Jubair tidak sesuai dengan sikap Muslim dunia terhadap perjuangan Palestina dan dukungan mereka bagi rakyat Palestina.
Berpidato untuk Parlemen Eropa di Brussels pada hari Jumat, al-Jubair menggambarkan Hamas sebagai "ekstremis" dan mengklaim bahwa Qatar telah menghentikan dukungannya untuk gerakan Palestina dan ini telah "memfasilitasi penyerahan" kantor-kantor pemerintah di Gaza ke Otoritas Palestina Ramallah.
Penyerahan ini sebenarnya merupakan bagian dari kesepakatan rekonsiliasi bersejarah yang dicapai antara gerakan perlawanan dan partai Fatah pesaingnya di ibu kota Mesir, Kairo, tahun lalu.
Dalam sebuah langkah untuk mengakhiri persaingan selama satu dekade mereka, kedua gerakan tersebut sepakat pada bulan Oktober 2017 untuk "memungkinkan pemerintah persatuan nasional untuk menjalankan pekerjaannya dan memikul tanggung jawab penuh untuk menjalankan Jalur Gaza, seperti yang terjadi di Tepi Barat, pada tanggal 1 Desember 2017. "
Fatah dan Hamas telah berselisih sejak Hamas mendapat kemenangan telak dalam pemilihan parlemen Palestina pada tahun 2006. Sejak 2007, Hamas telah memerintah Gaza sementara Fatah telah berbasis di daerah otonom Tepi Barat yang diduduki Israel.
Kedua faksi Palestina yang bersaing tersebut akhirnya menyetujui sebuah pemerintahan persatuan pada bulan April 2014, namun hancur beberapa bulan kemudian.
Upaya rekonsiliasi Fatah-Hamas telah membuat marah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menekankan bahwa rezim tersebut tidak akan menerima "hiburan imajiner di mana pihak Palestina berdamai dengan mengorbankan eksistensi kita".
Perdana menteri Israel itu telah mengatakan bahwa dia akan menempatkan capnya pada rekonsiliasi hanya jika Hamas mengakui Israel, membubarkan sayap militernya dan memutuskan hubungan dengan Iran. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!