Ahad, 28 Rabiul Awwal 1447 H / 21 September 2025 20:11 wib
341 views
Tawanan Israel-AS yang Dibebaskan Hamas Umumkan Kembali ke Militer untuk Perang di Gaza
AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Seorang mantan tawanan Israel-Amerika mengumumkan bahwa ia akan kembali bergabung dengan militer Israel untuk ambil bagian dalam perang genosida rezim terhadap Gaza yang hingga kini telah merenggut puluhan ribu nyawa tak berdosa.
Edan Alexander, warga dengan kewarganegaraan ganda AS-Israel yang dibebaskan oleh kelompok perlawanan Hamas di Gaza pada Mei lalu, menyatakan bahwa “mengabdi pada militer rezim adalah salah satu kehormatan terbesar dalam hidup saya” dalam acara Friends of the Israel Defense Forces (FIDF) di Amerika Serikat awal pekan ini.
“Bulan depan saya akan kembali ke Israel dan sekali lagi mengenakan seragam [militer Israel], bertugas dengan bangga bersama saudara-saudara saya. Kisah saya tidak berakhir dengan bertahan hidup – kisah saya berlanjut dengan pengabdian. Hingga kemenangan,” kata Alexander di acara FIDF di New York City.
FIDF, sebuah lembaga amal berbasis di AS yang mendukung tentara Israel, terlibat dalam pendanaan peralatan medis darurat dan perawatan kesehatan mental bagi warga Israel yang terluka di wilayah Palestina yang diduduki.
“Saya ditawan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Hari itu saya bertempur bersama saudara-saudara seperjuangan melawan Hamas… Saya ditahan selama 584 hari,” ujar mantan tawanan tersebut.
Alexander menyerukan agar AS menekan kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan negosiasi mengenai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan perjanjian tukar tawanan.
Alexander dibebaskan sebagai bagian dari isyarat niat baik Hamas untuk mendorong perundingan gencatan senjata dan pertukaran tawanan, serta membuka jalan bagi bantuan kemanusiaan mendesak ke wilayah terkepung tersebut.
Israel melancarkan perang genosida terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok yang dipimpin Hamas melaksanakan Operasi Badai al-Aqsa terhadap entitas perampas itu sebagai balasan atas peningkatan kebrutalan terhadap rakyat Palestina.
Warga Israel Kecam Netanyahu karena ‘Menelantarkan’ Tawanan saat Negosiasi dengan Hamas Mandek
Keluarga tawanan Israel mengecam Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena dianggap “menelantarkan” tawanan yang ditahan di Gaza dan gagal mengamankan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Dalam operasi bersejarah itu, Hamas menangkap 251 warga Israel, 58 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk jenazah sedikitnya 35 orang yang telah dikonfirmasi tewas oleh militer pendudukan dan 20 lainnya diyakini masih hidup.
Keluarga para tawanan berulang kali memperingatkan bahwa genosida Israel yang berlanjut di Gaza membahayakan keselamatan mereka, dan menyerukan diakhirinya agresi rezim serta adanya “kesepakatan komprehensif” yang dapat menjamin pembebasan segera mereka.
Pada Januari, sebuah kesepakatan gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas menghasilkan pembebasan sejumlah tawanan Israel serta warga Palestina yang diculik dan ditahan secara ilegal di penjara-penjara rezim.
Namun, Israel menolak memperpanjang kesepakatan tersebut sebagaimana telah direncanakan semula. Rezim itu justru meningkatkan serangan militernya di Gaza dan menghancurkan gencatan senjata yang berlangsung selama dua bulan.
Puluhan tawanan telah tewas akibat serangan udara Israel yang membabi buta di wilayah Palestina yang terkepung, sementara kelaparan yang dipaksakan rezim kini semakin membahayakan mereka yang masih ditawan.
Hingga kini, serangan berdarah Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 65.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai sekitar 167.000 lainnya.
Ribuan korban juga dikhawatirkan masih terjebak di bawah reruntuhan, yang tak dapat dijangkau tim darurat dan pertahanan sipil akibat serangan Israel yang terus-menerus. (ptv/Ab)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!