Selasa, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Oktober 2016 08:48 wib
6.109 views
Membincang Problem Gangguan Jiwa, Problem Kita Bersama
Oleh: Retno Harsiwi*
Memprihatinkan bila membaca berita akhir-akhir ini. Beberapa media online memuat tentang makin meningkatnya jumlah ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) atau ODMK (Orang dengan Masalah Kejiwaan). Banyak di antara mereka yang berkeliaran di jalan-jalan ibukota. Ada juga yang masuk panti rehabilitasi atau bahkan masih dipasung, diikat, dan dirantai seperti di daerah-daerah.
Gangguan kejiwaan tentu tidak lepas dari fakta yang dihadapi dengan kemampuan mengendalikan diri dan espektasi yang dimiliki oleh tiap individu. Disamping mungkin juga ada unsur genetika bawaan sejak lahir dari orang tersebut.
Dari fakta yang dihadapi, kapitalisme yang menciptakan lingkungan dan gaya hidup hedon memaksa seseorang untuk tampil cenderung melebihi kemampuan dan kebutuhan. Tidak hanya itu, kekejaman kapitalisme juga menciptakan taraf kebutuhan yang lebih tinggi. Artinya terjadi peningkatan harga yang tidak dibarengi dengan kemerataan pendapatan dan daya beli.
Di sinilah kemudian terjadi kesenjangan antara kebutuhan hidup dan keterjangkauan pemenuhan, keinginan/gaya hidup dan kemampuan yang dimiliki.Alhasil orang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, dan yang berpendapatan menengah juga masih kesulitan menggapai tingginya gaya hidup yang terus dipaksakan atas dirinya.
Dari segi pengendalian diri, idealnya dengan ketakwaan yang benar akan membuat seseorang bisa mengendalikan diri terhadap fakta sekelilingnya. Setidaknya seseorang bisa memenuhi kebutuhan dan memenuhi keinginan sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki.
...Dari fakta yang dihadapi, kapitalisme yang menciptakan lingkungan dan gaya hidup hedon memaksa seseorang untuk tampil cenderung melebihi kemampuan dan kebutuhan...
Beryukur dan bersabar bila tidak mampu memenuhinya. Hanya saja karena sifat takwa dan iman yang naik turun, tentu juga akan berat untuk terus menerus menahan gerusan gaya hidup kapitalisme. Individu dengan ketakwaan yang minim tentu akan lebih berat lagi menahan godaan ini. Disinilah kemudian mental kejiwaan bisa terganggu.
Espektasi atau harapan seseorang terhadap sesuatu ini juga berpengaruh terhadap gangguan kejiwaan. Semakin besar gap antara harapan dan kenyataan atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin besar pula kemungkinan jiwa seseorang terganggu.
Secara garis besar ada 3 aspek untuk menaggulangi hal ini. Pertama, ketakwaan individu sebagai benteng pribadi untuk menghadapi segala serangan gaya hidup hedonisme dari luar. Kedua, kontrol masyarakat. Ini penting. Karena sekuat-kuatnya ketakwaan individu namun bila lingkungan masyarakat tidak mendukung maka juga akan sulit. Yang ketiga adalah negara. Seberapa jauh negara masuk dalam meregulasi penyebaran gaya hidup yang berlebihan akan bisa meminimalisasi pola hidup masyarakat.
Tentu saja hal ini akan mereduksi pilihan gaya hidup individu sehingga bisa lebih sederhana dan terjangkau. Sekarang, pertanyaan besarnya adalah, apakah bisa negara dengan sistem demokrasi yang dibangun atas kapital para kapitalis mewujudkan ini semua? (riafariana/voa-islam.com)
*Staf pengajar di gresik
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!