Rabu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Februari 2017 21:36 wib
6.180 views
Kita Sebagai Umat yang Satu (Kita Adalah Satu)
Sahabat VOA-Islam...
Umat Islam, pada dasarnya adalah diajarkan untuk bersatu/berjamaah, tanpa melihat perbedaan yang ada. Bukannya malah berdiri diatas petak masing-masing, Ras dan Suku masing-masing, dan bertengkar karena suatu hal yang tidak penting. Di dalam ajaran agama Islam telah diajarkan bahwa masyarakat harus dibentuk dengan nilai nilai kemanusiaan yang baru dan universal melalui jalinan hubungan yang konstruktif,erat, kokoh dengan berlandaskan agama yang satu . Dari sinilah pembentukan jamaah yang unggul, lalu berjalan menyebar dan meluas sehingga mencakup dunia secara keseluruhan, sehingga terealisasilah firman Allah ta’ala :
“Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua. Agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepadaKu. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu Waktu.” (Al-Mu’minun[23]: 52-54)
Dari sinilah terbentuk jamaah yang percaya kepada Islam, dan sejumlah bangsa yang percaya kepada Islam, meskipun berbeda negara, warna kulit, ras dan sukunya. Mereka semua yang berada dalam tradisi Islam dianggap sebagai satu umat yang terjalin erat. Ikatan mereka sedemikian kuat hingga mencapai tingkat persaudaraan, lalu berkembang menjadi kebenaran, meningkat menjadi itsar (mengutamakan kepentingan orang lain).
Dari sini bisa disimpulkan bahwa islam adalah aqidah dan kebangsaan, bukan berdasarkan darah dan teritorial, tetapi kebangsaan persaudaraan dan ruh. Hubungan ini lebih kuat dan efektif.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara...”(Al-Hujrot [49]:10). “Dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah persatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (Ali-Imran[3] : 103)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
“Janganlah kamu kembali menjadi kafir speningglaku, sebagian kalian memukul wajah sebagian yang lain.”
Penggunaan kata dan ungkapan ini mengandung motivasi yang sangat besar terhadap persatuan dan peringatan keras untuk tidak berselisih dan berpecah belah. Kalian berselisih pendapat tentang masalah agama karena fanatisme, hawa nafsu, dan perdebatan, bukan perbedaan pendapat untuk meneliti, mengkaji, dan mencari petunjuk. Sehingga, perpecahan itu mengakibatkan kamu buta kebenaran agama, dan menyebabkan petunjuk agama itu menjauh dari hadapanmu, sehingga yang tersisa di kepala dan hatimu hanyalah kulit dan bentuknya. Dengan demikian, kalian menjadi muslim hanya sebatas nama dan negara, bukan hati dan perasaan.
Sesungguhnya, Allah tidak memandang keadaaan bentuk rupa kamu, melainkan memandang kepada hati dan perbuatan kamu. Kalian berselisih dalam masalah politik, sehingga kalian terpecah belah menjadi banyak bangsa, partai, kelompok, dan sebutan. Kekuatan kalian lenyap, negara kalian diperbudak, dan tanah air kalian dikuasai musuh. Kalian saling bertikai, sedangkan musuh kalian berdiri menatap kalian, memanfaatkan olokan dan kecaman di antara kalian. Dengan demikian, kalian telah mempermudah mereka dalam memerangi kalian. Kalian sendiri yang melakukannnya.
Marilah kita ridhai Allah sebagai Tuhan dengan menjauhkan diri dari ketamakan pribadi. Mari kita ridhai Islam sebagai agama kita dan berjalan di jalannya, mengikuti petunjuknya, dan menyelaraskan setiap tindakan kita dengan Islam. Mari kita ridhai Nabi Muhammad dengan mencontoh perjalanan hidupnya, mengamalkan sunnahnya, dan berjalan di bawah benderanya hinga mendapatkan pertolongan dan kebahagiaan dunia serta mendapatkan surga dan pengampunan di akhirat.
“Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka’Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Ali-Imran[3]:64). [syahid/voa-islam.com]
Penulis: Taufiqurrahman Ramadhani (STEI SEBI)
Sumber: Buku Ceramah Jum’at Hasan Al Banna
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!