Ahad, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Januari 2018 19:39 wib
4.364 views
Sibuk Dalam Ketaatan, Meraih Kemenangan
Oleh: Resti Lestari
Setiap manusia memiliki potensi yang berbeda dengan makhluk lainnya, yaitu akal yang harus dikembangkan. akal akan terpenuhi jika pertanyaan yang ada dalam benaknya terjawab dengan tuntas. Sebagaimana Nabi Ibrahim AS yang mencari keberadaan Allah SWT, beliau menggunakan akalnya untuk berpikir.
Walaupun dalam pencariannya merasa gagal dan kecewa terhadap keyakinannya, tetapi beliau tidak berhanti berpikir untuk meyakinkan keberadaan Allah SWT. Atas izin Allah, Nabi Ibrahim AS diberikan petunjuk bahwa dibalik perubahan siang dan malam ada yang Maha Kuasa dan Maha Esa yang mampu menganugerahkan serta mengaturnya. Dengan demikian, keyakinan (aqidah) lahir atas keimanan terhadap keberadaan Allah SWT, yaitu Al-Khaliq sebagai pencipta yang harus disembah. Akan tetapi, iman kepada Allah saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan ketaatan kepadaNya. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman! Taatila Allah, taatilah RasulNya, dan taayilah Ulil Amri diantara kalian...” (QS. An-Nisa: 59).
Pada akhir Tahun 2017 ini terdapat agenda besar, diantaranya Peringatan Hari Natal dan Tahun Baru Masehi. Sehingga banyak atribut yang digunakan di berbagai tempat dan banyak masyarakat yang meggunakan hari liburnya untuk melakukan hal yang kurang bermanfaat serta melalaikan ketaatan. Ada salah satu ungkapan bijak dari Imam Syafi’i, bahwa “jika jiwamu tidak sibuk dalam ketaatan, maka ia akan sibuk dalam kemaksiatan”.
Yang menjadi faktor yang dapat menghambat ketaatan, diantaranya: Sistem Kapitalis-Liberal, yang memiliki asas fashlud-din ‘anil hayat (pemisahan agama dari kehidupan). Artinya, keyakinan terhadap Allah hanya ritual semata, dengan tidak menerapkan aturanNya di tengah kehidupan secara menyeluruh. Faktor lingkungan, seseorang akan memilih hal yang mubah seperti nonton TV, bermain, kumpul tidak bermanfaat, dsb. Dari kedua faktor itu akan diperkuat dengan mengedapankan hawa nafsu.
Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat
Dari Abu Hurairah ra, Rasul saw bersabda: “Diantara kebaikan Isalam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi). Para shahabiy terdahulu, mereka lebih menyibbukan dirinya dalam ketaatan. Seperti Muhammad Al-fatih yang berhasil menaklukan benteng konstantinopel, Imam Syafi’i yang sudah hafidz sejak usia 7 tahun, Imam nawawi yang telah menerbitkan ribuan buku, Abdurahman bin ‘auf, dan masih banyak lagi.
Adapun hal yang dapat menyibukkan kita dalam ketaatan, diantaranya: taat terhadap perintah Allah dan menjauihi segala laranganNya, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim, bersikap tegas terhadap orang kafir, senantiasa memalkuak Amar ma’ruf nahyi munkar, mengutamakan aktivitas yang wajib daripada yang mubah, serta selalu berkumpul dengan orang-orang Sholeh yang dapat meningkatkan keimanan kita. Firman Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. Muhammad: 7). Wallahu’alam bish-showwab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!