Senin, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Maret 2018 14:35 wib
3.404 views
Menjaga Pewaris Para Nabi
Oleh: Laila Thamrin
(Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini ; Anggota Komunitas Revowriter Banjarmasin)
Berita duka seakan tak habis menyapa negeri ini. Kasus diserangnya ustaz oleh seseorang, hingga menimbulkan luka-luka. Bahkan berselang lima hari kemudian satu ustaz lain lagi mendapatkan penganiayaan, hingga ajal pun menjemputnya. Namun ditengarai pelakunya punya kemiripan perilaku. Yaitu terkategori orang dengan gangguan kejiwaan alias gila.
Banyak pihak yang menyayangkan kasus ini. Apalagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, tentu sangat kehilangan seorang ulamanya. Kejadian beruntun yang terjadi pada dua ulama ini, mungkinkah kebetulan? Dua orang gila secara hampir bersamaan menganiaya dua ulama yang berbeda. Banyak yang berpolemik tentang hal ini. Namun terlepas dari hal itu kita mesti juga mencermati tentang sosok seorang ulama.
Ulama itu pewaris nabi. Ditangan ulama lah Islam bisa terus tersebar ke seluruh pelosok negeri. Jika ulama sudah tak ada lagi, pada siapa umat kan menimba ilmu untuk mengarungi kehidupan ini? Rasulullah Saw bersabda,“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad Darda ra)
Begitu mulia kedudukan para ulama. Terutama ulama yang lurus. Yang tak menyelisihi Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw. Dari mereka lah ilmu tentang Dien ini bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Allah Swt berfirman :
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Faathir : 32)
Bahkan Nabi Saw lebih menghargai seorang yang berimu daripada satu kabilah. Beliau Saw bersabda, “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ”alim.” (HR Thabrani)
Ilmu bisa hilang dari peredaran, jika ulama telah wafat. Meski Alquran dan Sunnah Rasul masih ada. Karena wafatnya ulama sekaligus mengubur ilmu yang dimilikinya bersamanya. Kecuali ilmu itu sudah diberikannya pada murid-muridnya.
Abdullah bin Amru bin Ash ra. pernah berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan. (HR. Muslim)
Maka, sudah selayaknya penganiayaan para ulama hingga sampai mengantarkan mereka pada ajalnya ini ditelusuri penyebabnya. Negara haruslah peduli dan bertindak. Hukum harus ditegakkan secara adil. Jika memang pelakunya benar orang gila, maka yang jadi pertanyaan mengapa negara membiarkan orang gila yang berbahaya berkeliaran di jalan dan mengganggu masyarakat? Sementara korbannya menanggung penderitaan.
Dan jika ternyata pelaku hanyalah berpura-pura gila, tentu hukum qishas yang sesuai syariat Islam layak ditegakkan. Jangan sampai penegakan hukum seperti menegakkan benang basah. Sesuatu yang sia-sia. Pelaku akan bebas berkeliaran. Sedangkan korban dibawah bayang-bayang trauma dan ketakutan.
Jika kematian para ulama terus terjadi tanpa ada regenerasi, tentu Islam pun akan mati. Karena bagaimana geberasi muda Islam kan mendapatkan ilmu jika pengajarnya tak didapati. Padahal menuntut ilmu itu wajib. Dan kewajiban inilah yang mengharuskan adanya guru yang mumpuni. Hanya ulama yang dipercaya mewariskan ilmunya.
Abu Darda’ r.a berkata, ‘Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menempuh jalan guna mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan bahwasanya para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridha dengan orang yang mencari ilmu. Bahwasanya siapa saja di langit dan di bumi akan memintakan ampun bagi orang yang berilmu, hingga ikan-ikan di air. Dan keutamaan seorang yang berilmu dengan seorang ahli ibadah ialah seperti keutamaan bulan dibanding seluruh bintang. Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, melainkan mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian dari ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang besar.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Patutlah kiranya umat Islam menjaga para ulama yang lurus ini. Yang kedudukannya sebagai pewaris Nabi. Agar Islam kan terus terjaga hingga akhir zaman nanti. Dan hidup umat pun kan Allah berkahi. Wallahua’lam bi ash shawwab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!