Selasa, 27 Jumadil Awwal 1446 H / 30 Juli 2019 05:58 wib
4.057 views
Blok Global
Oleh: M Rizal Fadillah (Pengamat Politik)
Pada masa Nabi dahulu saat umat Islam masih lemah terjadi pertarungan global antara Rumawi melawan Parsi.
Ketika Rumawi kalah umat Islam bersedih karena secara psiko politis dan faham keyakinan umat Islam lebih dekat dengan Rumawi ketimbang Persia yang paganistik.
Moralitas berbeda. Rumawi karena kristiani memiliki standard moral keagamaan sedang Parsi yang berkonsep keberhalaan nilai politiknya bersumber semata pada "fiksi" kemanusiaan. Identik dengan musuh Nabi yakni musyrikin penyembah kayu, terigu, dan batu. Musyrikin mendukung Persia. Surat Ar Rum menenangkan bahwa blok keagamaan akan menang kemudiannya.
Kini kutub pertarungan global baik politik lebih khusus ekonomi terjadi antara Amerika dengan China. China adalah negara berideologi Komunis. Amerika dan Eropa meski sekuler tetapi merepresantasi pewaris "Rumawi". Sedangkan Cina Komunis justru memusuhi atau menafikan agama.
Agama adalah candu masyarakat yang harus ditekan dan disingkirkan. Uniknya Iran "ahli waris" Persia pun turut menjadi lawan Amerika dan Eropa. Nuklir adalah sebab buatan saja termasuk ancaman pada Israel. Iran yang berfaham Syi'ah hakekatnya adalah pelanjut paganistik. Sebagian umat Islam dunia memandang Syiah Iran adalah ancaman bagi eksistensi keagamaan.
Menukik kepada persoalan Pilpres 2019 kita dimana Pemerintahan Jokowi semakin erat merapat pada Pemerintahan China dengan Luhut Panjaitan sebagai pembawa OBOR. Megawati pun berkunjung dan berbisik bisik dengan Pemerintah Beijing. Investasi memperkuat kristalisasi. Pola dukungan global semakin jelas. China sangat berkepentingan dengan (Pemerintah) Indonesia dalam membangun kekaisan baru.
Lawan politik Jokowi yakni Prabowo "terpaksa" melakukan langkah langkah mempererat dan mencari dukungan global Amerika dan Eropa. Road show "bisnis" politik ke beberapa negara baru baru ini bukanlah "piknik". Begitu juga dengan barisannya yaitu Sandi dan Anies Baswedan.
Semua adalah "road map" pertarungan. Diplomasi MRT dan tekanan 45 % Amien Rais bukan tak bertujuan. Amerika dan Eropa di belakang lawan politik Jokowi. Rupanya percaturan politik memasuki fase keterlibatan kekuatan global.
Jokowi sang pemenang tidak bisa bersenang-senang. Wajahnya semakin kusam. Masa depan tak mungkin cemerlang. Kartu ekonomi baik investasi maupun hutang luar negeri sebagai jimat keberhasilan justru menjadi kartu yang dapat mematikan langkah. Krisis ekonomi hanya sebab dari satu fakta yang harus terjadi yaitu "sudden death". Sebelum atau setelah pelantikan.
Keterlibatan kekuatan global sulit dihindari sebagai konsekuensi dari bisikan sesat dan kebodohan kebijakan yang sejak dini memang tidak berorientasi pada kedaulatan negara dan kedaulatan rakyat. Sejarah selalu berulang.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!