Selasa, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Agutus 2019 11:53 wib
4.027 views
Islam Persatukan Negeri
Oleh: Eriga Agustiningsasi, S.KM
Papua menggejolak. Beberapa hari yang lalu kita digegerkan dengan adanya demo besar besaran yang dilakukan oleh warga Papua. Aksi ini dipicu oleh beredarnya informasi terkait dengan peelakuan aparat yang mengamankan 43 mahasiswa di asrama mahasiswa papua yang ada di Surabaya (kompas.com)
Tentu berita ini mengundang kemarahan warga Papua. Meskipun sudah diklarifikasi dengan berita yang benar, hal ini tidak menyurutkan kemarahan warga Papua khususnya yang ada di Manokwari. Alhasil, gedung DRRD Manokwari di bakar, jalan diblokade hingga aktivitas ekonomi dan pendidikan lumpuh (kompas.com).
Aparat kepolisian datang untuk mengamankan konsdisi pun menjadi bulan-bulanan peserta aksi. Situasi semakin mencekam. Dari peristiwa ini diduga ada oknum yang sengaja memanfaatkan situasi. Entah apa motifnya, hingga kini polisi masih menyelidiki.
Dengan peristiwa tersebut, mengingatkan kita dengan Pancasila, sila ke3 yang berbunyi, “Persatuan Indonesia”. Atau teringat juga dengan semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tapi satu jua”.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, Islam telah memiliki konsep khas terkait dengan persatuan. Tujuannya, agar seluruh manusia saling mengenal walaupun berbeda bangsa, ras, maupun suku. Bahkan telah diabadikan dalam Al Qur’an Surah Al Hujurat ayat 13, Allah berfirman,
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Terlebih antar sesama muslim. Di ayat sebelumnya juga disebutkan bagaimana sikap kita untuk menjaga persatuan kaum muslim, bahwa sesama muslim adalah bersaudara. Allah berfirman,
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (TQS.Al Hujurat: 10)
Konsep persatuan juga dicontohkan oleh Rasululah ketika beliau menjadi pemimpin negara di Madinah. Ketika itu Madinah dihuni oleh 3 kelompok besar. Pertama, kelompok muslim dari kalangan Muhajirin dan Anshar. K
edua, kelompok musyrik yang terdiri dari Bani Aus dan Khazraj yang belum memeluk Islam dan mereka berjumlah sedikit. Ketiga, kelompok Yahudi yang terbagi menjadi 4 golongan. Satu bermukim di kota Madinah dan tiga golongan lainya di luar madinah. Lalu, bagaimana Rosulullah menyatukan mereka?
Pertama, kaum muslimin dari kalangan Muhajirin dan Anshar telah dipersatukan dengan akidah Islam. Pemikiran dan perasaan mereka menyatu, dengan menjalin persaudaraan karena Allah yaitu bentuk persaudaraan yang mempunyai pengaruh kuat, menyentuh aspek muamalah, harta dan seluruh urusan mereka. Kedua, orang-orang musyrik jumlah mereka sedikit, suasana keislaman telah menyelimuti eksistensi mereka.
Sementara Yahudi memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan Islam. Oleh karena Rasulullah membuat aturan hubungan Yahudi dengan muslim dalam berinteraksi. Rasulullah kemudian membuat perjanjian dengan mereka.
Demikianlah Rasulullah menjadikan warga negara hidup berdampingan dengan konsep Islam. Tidak ada yang membedakan suku, bangsa maupun ras. Semuanya warga Daulah Islam (Negara Islam), yang di dalamnya diatur dengan aturan dari Zat Maha Pencipta dan Pengatur manusia, Dialah Allah SWT, Penguasa semesta alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!