Sabtu, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 18 Januari 2020 18:10 wib
12.133 views
Toxic Friendship, Persahabatan Berkedok Hijrah
Oleh:
Ana Nazahah (Revowriter Aceh)
SESUAI dengan artinya 'sahabat beracun' toxic frienship adalah kondisi dimana ada dua orang yang bersahabat, tetapi salah satu diantaranya membawa efek negatif pada temannya yang lain. Beberapa kasus, malah keduanya merupakan racun bagi satu sama lainnya.
Misal persahabatan antar dua gadis, dimana salah satunya merupakan korban porotan si kawan. Mereka bersahabat seperti benalu pada inang. Simbiosis parasitisme. Berteman atas asas manfaat.
Kasus lainnya, justru kedua- duanya saling memanfaatkan satu sama lain. Biasanya terjadi antar lawan jenis. Yang satu porotin uangnya, lainnya manfaatin gratis fasilitas tubuhnya. Ah, ya! mereka menyebutnya hubungan suka sama suka. Miris!
Namun, model terakhir ini, tak jarang juga terjadi antar sahabat sejenis. Seperti yang pernah terjadi pada salah satu kenalan, kenalan saya. Kenalan saya bercerita bagaimana si kenalan dia ini bersahabat dengan sahabat sejenisnya. Mereka dua gadis yang saling mencinta. Tidak normal dalam pandangan masyarakat. Tidak sehat tentunya.
Kemana- mana berdua, pakaian couple. makan saling suap- suapan. Tidur dikelonin. Ke kamar kecil (maaf) juga payah ditemanin. Saking sarapnya. Dia juga cerita, bahwa sahabat toxicnya itu, memaksa dia untuk nikah dengan pria yang sama dengannya. Parah banged!
Ajaibnya, fenomena ini justru lazim terjadi antar dua akhwat yang sedang hijrah. Berbekal mencintaimu karena Allah, mereka saling terikat secara emosional hingga bablas.
Dan saya lebih tertarik membahas model toxic frienship yang terakhir ini. Karena hubungan tidak sehat ini, terindikasi bahaya. Ya, mana bisa disebut sehat, jika berani mengancam melukai diri, memusuhi dan menfitnah siapapun yang dekat dengan temannya. Bahkan mengancam bunuh diri jika si teman enggan peduli lagi.
Ini faktanya banyak sekali. Sebagai pembina grup hijrah, bukan satu dua orang yang harus saya dengar curhatan mereka terkait ini. Saking seringnya, saya merasa tidak sempat kaget lagi.
Ada yang ngeluh si teman terlalu super duper perhatian. Hingga kemana pun si akhwat yang curhat ini merasa diawasi, dimata- matai. Belum dia wajib lapor kegiatannya 24 jam. Dan jika tidak, maka akan ada beruntun chat yang berisi pertanyaan mengganggu hingga bernada ancaman, semacam self injury alias menyakiti diri. Nah, gawat bukan?
Masih rendahnya dukungan hijrah dari lingkungan bahkan keluarga dari sahabat hijrah, menjadi faktor utama. Sehingga sahabat hijrah terkadang merasa sendiri. Dan di sinilah pentingnya berhijrah itu secara jamaah. Sehingga kita tidak merasa sendiri. Apalagi bergantung pada person. Karena jika hijrah kita karena Allah, cukup Allah sebagai tempat bersandar. Bukan manusia.
Di dalam Islam, persahabatan itu wajib berlandaskan takwa. Mencintai dan membenci wajib karna Allah SWT. Persahabatan bukan sekadar untuk punya teman saja, Tapi bagaimana hubungan persahabatan tersebut bisa meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.
Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhuberkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوْثَقَ عُرَى الْإِيمَانِ: أَنْ تُحِبَّ فِي اللهِ، وَتُبْغِضَ فِي اللهِ
“Sesungguhnya tali Islam yang paling kokoh adalah kau mencintai karena Allah dan membenci karena Allah subhanahu wa ta’ala” (HR. Ahmad)
Jalinan persahabatan haruslah berangkat dari nilai- nilai Islami. Sehingga di dalam diri akan muncul sikap sedih saat teman bermaksiat, dan bahagia saat teman sama- sama di jalan taat.
Karena bersahabat berlandaskan iman, maka dua orang yang bersahabat ini akan saling menghargai satu sama lain. Saling mendoakan kebaikan untuk sahabat. Saling mendukung dalam kebaikan dan kemaslahatan umat. Menjaga aib saudaranya. Dan saling bahu membahu menebar kebaikan akan sesama. Allah lah yang memerintahkan nikmat iman dan Islam untuk dibagi.
Sahabat kita adalah anak dari kedua orang tuanya, adik dan kakak dari saudara- saudaranya. Dia adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, sebagaimana kita. Allah perintahkan menjalin ukhuwah, bersilahturahim mengunjungi keluarga. Mengekangnya untuk bergaul dengan sesama adalah sama saja kita menghalangi dia beribadah kepada Tuhan yang esa. Sehingga patut dipertanyakan, kita sahabatnya atau orang yang sedang menghanncurkan hubungan dia dengan sesama?
Al Hasan Al Bashri berkata,
إنَّ أحبَّ عبادِ الله إلى الله الذين يُحببون الله إلى عباده ويُحببون عباد الله إلى الله ، ويسعون في الأرض بالنصيحة
“Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasehat pada orang lain.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 224).
Karena itu, tidak ada cinta antara dua orang jika mereka tidak saling menasehati dengan agama. Apalagi jika sudah berupa teror dan ancaman. Gaya berteman model ini tidak dibenarkan dalam Islam. Jika Anda merasa punya teman serupa, segera disadarkan! Jika tidak ngaruh, maka lebih baik tinggalkan. Aqidah kita yang baru hijrah kadang masih lemah, sehingga kita harus lebih tegas memilih, mana teman yang bisa diajak berkawan. mana yang tidak. Semoga bisa menjadi pelajaran.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!