Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
4.343 views

Menyikapi Pandemi Covid-19

 

Oleh:

Ainul Mizan

Pemerhati Sosial Politik

 

PANDEMI Covid-19 telah terjadi di lebih dari 170 negara di dunia. Covid-19 ini telah memakan korban dalam jumlah yang besar.  Di Indonesia, per 30 Maret 2020 yang positif Covid-19 ada 1.414 kasus dan 122 orang yang meninggal. 

Pandemi Covid-19 ini tentunya tidak bisa dianggap remeh. Termasuk tidak boleh panik berlebihan. 

Sebagai contoh, komentar Menkes Terawan yang menyatakan bahwa berkat kekuatan doa, Indonesia bebas corona (www.cnbcindonesia.com, 17 Februari 2020). Tidak salah dengan doa, hanya saja berakibat kurang antisipasi terhadap Covid-19 tentunya termasuk menggampangkan. 

Begitu pula, berita kematian Menkeu Jerman yang bunuh diri. Disinyalir karena sangat panik terhadap Covid-19. Langkah seperti ini justeru kontraproduktif dalam menyikapi pandemi Covid-19.

Yang patut jadi bahan perenungan bersama, lantas mengapa Indonesia masih juga terpapar pandemi Covid-19? Sementara doa di satu sisi sudah dipanjatkan. Pastinya ada yang salah dengan negeri ini sehingga doa tidak dikabulkan Allah SWT. 

Covid-19 telah mengkonfirmasi mengenai kepemimpinan nasional di negeri ini. Pemerintah pusat tidak mengambil langkah lockdown. 

Padahal IDI meminta agar presiden melakukan langkah lockdown (gridhealth, 25 Maret 2020). Adapun tanggapannya bahwa setiap negara berbeda - beda kebijakannya. 

Sesungguhnya dalam perkara nyawa rakyat tidak bisa dinegosiasi. Artinya berapapun besarnya biaya yang ditanggung demi melindungi rakyat. 

Anomali yang muncul, justru proyek ibukota baru terus berjalan. Pembangunan tahap awal ibukota baru telah menggunakan APBN sebesar Rp 500 milyar. Padahal kondisi pandemi Covid-19 ini membutuhkan kehadiran negara dalam melindungi rakyatnya. 

Perenungan kita agak ke belakang lagi. Kabinet ke-2 Presiden Jokowi dalam gebrakan - gebrakan programnya adalah memberantas radikalisme. Hingga Menag Fahrurrozi pun disebut sebagai Menteri anti radikalisme. Dari urusan cadar hingga revisi buku - buku pelajaran Agama Islam dari muatan Khilafah, yang dipandang sebagai paham radikal. 

Begitu pula, Menkopolhukam Mahfudz MD yang berstatemen tidak wajib mengikuti sistem pemerintahan Nabi Saw. Pendek kata, Khilafah itu seolah tertolak di Indonesia.

Sekarang keadaan telah berubah. Covid-19 telah membuat kepongahan tersebut jadi tidak berdaya. Masihkah bisa berteriak radikalisme? Sebelumnya pengajian dibubarkan dengan alasan radikalisme. Sekarang kerumunan massa termasuk pengajian dibubarkan dengan alasan Covid-19. 

Begitu pula dalam perekonomian. Ekonomi yang berbasis sektor non riil telah memukul nilai kurs rupiah dan ekonomi nasional. 300 trilyun digelontorkan guna menyelamatkan rupiah yang hanya mentok di angka Rp 15.700 per US dollar. Ditambah pula beban utang negara berbasis ribawi. Hasilnya tidak tersedianya dana yang mencukupi untuk mengambil kebijakan lockdown. Rakyat pun diminta untuk melakukan karantina mandiri. Tagar di rumah aja menjadi trending. Itu pun lagi - lagi terganjal kebutuhan pokok yang baru bisa dipenuhi dengan bekerja. Jadinya tidak mengherankan kasus positif Covid-19 semakin hari cenderung meningkat. 

Jangankan Indonesia, negara adidaya seperti AS saja tidak berdaya menghadapi pandemi Covid-19. Bahkan kasus positif di AS terbesar dunia yakni per 30 Maret 2020 ada 123 ribu, dengan 2.229 orang meninggal. 

AS yang selama ini dengan garang menyatakan War on Terorisme yang sejatinya memerangi Islam. Mengajak dunia ikut bersamanya dalam perang global tersebut. Sekarang diam oleh Covid-19. 

Semestinya hal demikian menyadarkan kita sebagai bangsa yang mayoritasnya muslim, agar melakukan introspeksi diri. Bahwa kehidupan sekuler selama ini menjadikan para petinggi negara lupa posisinya sebagai hamba Allah yang lemah. Seruan - seruan ketaqwaan harusnya terdengar, di samping seruan social maupun physical distancing. 

Pandemi Covid-19 harusnya menyadarkan kaum muslimin. Sekulerisme tidak berdaya menghadapi Covid-19. Berdoa kepada Alloh SWT tentunya harus dibarengi dengan taubat nashuha (taubat yang sesungguhnya). Membuang semua bentuk kesombongan manusia yang menyebabkannya menjauh dari Syariat Islam. Pandemi Covid-19 ini menjadi teguran dari Allah Swt agar bangsa ini meninggalkan sekulerisme dan kembali kepada penerapan Islam secara paripurna.*

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Citizens Jurnalism lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X