Rabu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 1 April 2020 22:48 wib
3.125 views
Gugur di Medan Juang
Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Kemasyarakatan)
Ketika masa peperangan, jika niat dan landasannya adalah agama lalu ia meninggal atau gugur dalam peperangan tersebut maka statusnya adalah syahid.
Dahulu di era Nabi dan sahabat mati syahid itu dirindukan. Akan tetapi untuk masa kemudiannya ketika "dunia" begitu kuat tarikannya maka berjuang untuk mati syahid itu menjadi aneh.
Meskipun demikian motivasi yang ditanamkan tetap saja kemenangan. Badar, Uhud dan sejarah peperangan dahulu selalu ditata dengan strategi untuk mencapai kesuksesan dan kemenangan. Bahkan Allah SWT dalam QS As Shaff memuji pertempuran berstrategi dengan barisan yang rapi, kuat, dan tak mudah ditembus.
Ketika perang melawan musuh maka pasukan utama adalah tentara, angkatan bersenjata. Perlawanan semesta hanya jika darurat. Ketika musuh melakukan gerakan diam diam, maka kombatan intelijen berada di front depan.
Nah ketika serbuan penyakit yang menyerang, tenaga medis baik dokter maupun paramedis menjadi kekuatan penentu, garda paling muka. Fungsinya bukan menaklukan lawan tapi menyelamatkan korban. Ini menjadi misi mulianya.
Wabah virus corona telah membuka ruang bagi para pejuang. Di saat warga harus mengunci rumah dan ia berada di dalamnya hingga wabah mereda, justru tenaga medis berada di luar. Di rumah sakit dan pos pos penjagaan kesehatan. Tidak membedakan aspek keagamaan, titik temunya adalah kemanusiaan.
Meskipun masing-masing punya pedoman bagi langkah juang kemanusiaannya, namun bagi tenaga medis muslim baiknya berbekal kuat pada nilai keagamaan. Agar semua usaha dan pengorbanannya di samping sebagai tuntutan profesi juga menjadi bagian dari amal sholeh yang dicatat sebagai prestasi jangka panjang. Ibadah dalam arti luas.
Jika ternyata menerima risiko dari perjuangan tersebut, meninggal misalnya, dengan dasar spirit keagamaan maka menjadi bukan saja tidak sia sia yang dikerjakan, tetapi juga bernilai tinggi dalam pandangan agama. Inilah yang disebut syahid itu. Mati dalam medan juang dengan berbasis agama itu adalah sabilillah.
Semoga pertempuran menyelamatkan korban yang semakin banyak berjatuhan menjadi momen untuk meningkatkan bekal keagamaan para dokter, paramedis, atau sukarelawan perjuangan. Bekal keagamaan akan memantapkan jiwa dan memperkuat mental menghadapi medan yang berisiko pada tenaga dan nyawanya.
Berjuanglah dengan penuh dedikasi dan kokoh dalam fondasi. Agar tidak sia sia segala pengorbanan. Allah Maha Melihat dan Menolong.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!