Jum'at, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 10 April 2020 06:31 wib
5.710 views
Antara Imun, Iman, dan Islam
IMUN seringkali disebut saat ini. Bagaimana tidak? Di masa pandemi Virus COVID-19 Virus Corona, imun (sistem kekebalan tubuh) menjadi benteng tubuh dalam melawan virus ini. Oleh karenanya tidak sedikit yang berlomba lomba untuk meningkatkan imunitas mereka dengan melakukan segala cara. Mulai dari mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, beralih kepada asupan herbal seperti jahe, kunyit, madu dan lain sebagainya. Melakukan aktivitas fisik hingga menerapkan pola hidup sehat yang lainnya termasuk cuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah beraktivitas. Bahkan kini di setiap rumah, kantor, dan bangunan lainnya menerapkan kebiasaan demikian dengan tersedianya fasilitas cuci tangan. Lalu, seberapa besar peran dari imun?
Layaknya benteng tubuh, imun ini haruslah kokoh dan sigap dalam merespon dan melawan virus yang masuk dalam tubuh. Jika dia lemah, maka benteng pertahanannya pun juga akan lemah. Dan apa yang terjadi? Pertahanan jebol dan virus masuk dalam tubuh manusia. Akibatnya akan terganggu sistem dalam tubuh kita.
Gejalanya? Badan terasa demam dan gejala-gejala lain yang mengiringi. Ini juga terjadi jika tubuh kita tertular virus Corona yang berasal dari negeri Tirai Bambu ini. Bahkan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang bagus pun dapat berpotensi menularkan ke yang lain. Namun dengan imun pulalah pasien akan sembuh. Bahkan sebenarnya tubuh kita memiliki mekanisme tersendiri yang luar biasa dapat meynembuhkan penyakit jika imun ini bagus.
Sama dengan konsep imun, Iman juga demikian. Iman menjadi benteng ‘pemikiran’ muslim yang tentuya telah bersyahadat, bersaksi bahwa tiada Sesembahan selain Allah, dan Muhammad sebagai Rosulullah. Maka sudah sewajarnya iman harus senantiasa diupgrade, layaknya imunitas tubuh. Jika imun di kuatkan melalui asupan gizi seimbang, maka iman juga harus dikuatkan dengan asupan ‘bergizi’ dan dengan beberapa menu, diantaranya:
Pertama, serius dan rutin ikut kajian Islam. Baik kajian offline maupun online ya dear. Jika dalam kondisi pandemi seperti saat ini, maka kajiannya online dulu ya dear. Biar Coronanya segera perg idan kita bisa kumpul lagi. By the way, mengapa harus rutin ikut kaijian? Yuppss..bener banget !Lagi-lagi untuk asupan pemikiran kita. Pemikiran tentang aqidah, perkara mendasar tentang alasan mengapa kita melakukan sesuatu. Alasan mengapa kita pilih Islam, alasan mengapa kita menyembah Allah, bukan yang lain dan alasan mengapa muslim harus terikat dengan syariatNya secara kaffah (menyeluruh).
Kedua, perbanyak tontonan dan bacaan asupan pemikiran Islam. Mulai dari tsaqofah, nafisyah, fiqh hukum seputar amal perbuatan hingga sehjarah Islam, misalnya bagaiamana kisah-kisah heroik Rosulullah dan para sahabat dan orang-orang hebat setelahnya. Jangan malah melihat yang membuat kita down, baper baper ala-ala islami ya. Eh..Baper kok islami.. hehehe. Hal itu hanya membuat hidupkita gak produktif ya dear. Karena terlalu banyak menghayal. hhe.
Ketiga, istiqomah dengan menjalin komunikasi dengan sahabat taat. Sahabat yang saling mensuport dalam kebaikan, menegur jika ada yang berbuat maksiat semata-mata karena cinta karena Allah.
Nah, jika asupannya Ok, InsyaAllah iman mampu menghalau segala macam ‘virus-virus mmematikan’ seperti virus sekulerisme (pemisahan agama dari pengaturan kehidupan) dan liberalisme (konsep kebebasan tiada batas) yang menghilangkan aspek agama dalam pengaturan kehidupan termasuk dalam bertingah laku. Mengganti standar halal dan haram dengan suka tidak suka, enak gak enak, untung dan rugi dalam menilai sesuatu. Padahal pada dasarnya perbuatan seorang muslim terikat dengan syariat. Namun sebaliknya, jika iman kurang asupan yang ‘bergizi’, maka ‘virus-virus’ tersebut akan masuk ke dalam pemikiran kita yang akan mejadi sebuah pemahaman kemudian terwujud dalam perilaku yang bertentangan dengan syariat. Akibatnya ngeri euyy siksaannya di akhirat sobat!
Terakhir tentang Islam. Apa itu Islam? Wah pertanyaan mudah sebenarnya untuk dijawab namun tidak sedikit yang mengartikan Islam hanya dalam arti sempit. Kebanyakan muslim menganggap Islam hanya sekedar agama yang hanya dilaksanakan di tempat-tempat ibadah seperti masjid namun tidak dipakai dalam kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya dalam berjual beli, pendidikan, kesehatan, sanksi hingga pemerintahan. Padahal Allah berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 208, Allah berfirman:
“Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh) dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan, sesunggguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”
Islam ialah agama sekaligus pengaturan kehidupan. Islam bukanlah agama prasmanan dimana aturannya diambil jika suka, diabaikan jika tak suka. No! Maka selayaknya sebagai seorang muslim menjadikan keimanan sebagai imunitas dalam menangkal segala virus-virus jahat berupa ide kebebasan ala sekuler liberal. Tentunya dengan menjadikan Islam sebagai solusi atas segala permasalahan kehidupan, baik permasalahan diri sendiri maupun antar manusia. Allah berfirman,
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An Nisaa: 65).
Imun, Iman dan Islam bekal muslim menuju jannahNya. Tempat terindah yang telah Allah janjikan. Semoga kita termasuk penghuninya. Aamiin.*
Eriga Agustiningsasi, S.KM
Kota Pasuruan, Jawa Timur
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!