Senin, 29 Jumadil Awwal 1446 H / 18 Juli 2022 10:33 wib
10.551 views
Refeksi Ibadah Kurban, Wujud Taat Secara Totalitas
Oleh: Rima Septiani, S.Pd
Ibadah kurban dilaksanakan bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Hari sukacita kaum muslimin yang penuh dengan kegembiraan. Idul Adha mengajarkan kita tentang semangat berkurban. Karena sejatinya berkurban (tadhhiyah) merupakan ibadah yang sangat mulia. Merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.
Berkaca pada momentum Idul Adha, sudah seharusnya umat Islam menyempurnakan ketaatan serta siap untuk berkorban. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Maka dirikanlah salat karena tuhamu dan berkurbanlah.”(TQS Al-Kautsar: 2)
Dalam surah tersebut terkandung pesan pembuktian seorang yang beriman. Ketika seseorang menyatakan beriman dan taat kepada Allah SWT, dia akan diminta menunjukan pengorbanannya Ini salah satu dari sekian keutamaan berkurban.
Pelaksanaan kurban oleh kaum muslimin selalu dikaitkan dengan peristiwa agung pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. dalam menaati perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail a.s. Bagi Nabi Ibrahim a.s. Ismail adalah buah hati, harapan dan cintanya yang telah sangat lama didambakan. Akan tetapi, di tengah rasa bahagia itu, turunlah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s. untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Allah SWT berfirman :
“Anakku, sungguh aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu (TQS Ash-Shaffat :102)
Menghadapi perintah itu, Nabi Ibrahim a.s. mengedepankan kecintaan yang tinggi dan ketaatan kepada Allah SWT. Ia menyingkirkan kecintaan kepada selain-Nya, yakni kecintaan kepada anak, harta dan dunia. Perintah untuk taat itu amat berat, namun disambut oleh putranya Ismail a.s. dengan penuh kesabaran dan ketaatan. Ini sebagaimana dikisahkan dalam firman Allah SWT.
“Ayah, lakukanlah apa yang telah Allah perintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar (TQS Ash-Shaffat :102)
Demikianlah bukti ketaatan berpadu kesabaran yang dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim a.s. Kisah cinta yang amat romantis sekaligus dramatis. Nabi Ibrahim membuktikan cinta dan ketaatan pada Allah, Zat yang lebih ia cintai dari apapaun. Ia mengorbankan putra semata wayangnya tersebut, tanpa sedikitpun keraguan dalam hatinya.
Dari sini kita bisa melihat momen penting dari pelaksanaan ibadah kurban. Sebuah kecintaaan, pengorbanan dan ketaatan yang sempurna. Nabi Ibrahim a.s. mengorbankan segalanya termasuk nyawa sekalipun demi tegaknya agama Allah SWT ini.
Sebagaimana makna kurban yang artinya dekat, yakni dengan Allah SWT. Nabi Ibrahim a.s. telah membuktikan ketaatannya dengan penuh ketulusan. Perintah Allah sekaligus ujian bagi Nabi Ibrahim mengingatkan kita semua bahwa anak adalah titipan dari Allah. Amanah yang Allah berikan kepada kita yang kapan pun diambil oleh-Nya.
Sangat penting untuk kita cermati, sesungguhnya esensi sangat besar dan fundamental dalam ibadah kurban bukan semata soal mengucurkan darah dan membagikan daging. Namun soal ketakwaan kepada Allah. Saling menjaga ketaatan dan kepatuhan terhadap Allah, itulah makna kurban sesungguhnya.
Hari ini kita bisa menyaksikan bagaimana keadaan kaum muslimin. Kurangnya ketakwaan menjadikan sebagian besar kaum muslimin hilang ketaatannya pada syariat Islam. Mereka tak lagi mengenal identitasnya sebagai muslim sejati. Mereka lupa apa tujuan hidupnya. Agama dinilai sebagai aturan ibadah ritual belaka. Menilai kehidupan dunia dengan asas materi dan kegemilangan harta.
Bukan hanya lingkup individu dan masyarakat. Faktanya, negeri-negeri kaum muslimin saat ini sedang tertindas dan terpuruk. Kaum muslimin terus dirundung duka. Masalah muncul silih berganti seakan datang tak mau pergi. Masalah ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kepemimpinana hingga kesehatan terus saja terjadi.
Banyak sekali aturan Islam yang tidak diterapkan. Umat Islam kehilangan perisai. Merasa tak aman dan kejahatan selalu mengintai di mana-mana. Kepemimpinan Islam tercerai berai. Hampir sebagian besar wilayah kaum muslimin diduduki oleh kaum kafir penjajah. Beginilah kondisi tragis umat Islam saat ini.
Kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. tersebut telah menjadi teladan bagi kaum Muslim saat ini. Teladan dalam pelaksanaan ibadah kurban. Juga teladan dalam ketaatan, perjuangan dan pengorbanan demi mewujudkan ketaatan pada aturan Allah SWT secara kaffah.
Wujud ketaatan kepada Allah SWT itu adalah penerapan seluruh syariah Islam dalam seluruh aspek kehiudpan. Mulai dari individu, keluarga, masyarakat hingga Negara. Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu adalah musuh nyata kalian” (TQS Al-Baqarah :208)
Individu, masyarakat dan pemimpin serta kaum muslimin seluruhnya diminta untuk menyempurnakan ketaatan serta siap berkorban untuk mendapatkan solusi. Maka momentum kurban sejatinya menjadi refleksi bagi kita untuk kembali pada jalan ketakwaan. Seharusnya juga menguatkan kesadaran seluruh komponen umat untuk menyempurnakan ketaatan pada seluruh aturan sang pengatur Allah SWT. Menguatkan tekad untuk berkorban dengan seluruh daya upaya demi tegaknya aturan Allah SWT dalam kehidupan. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!