Jum'at, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Juli 2020 22:43 wib
3.417 views
Kalung Antivirus Corona Tak Solutif!
Oleh: Risnawati, S.Tp
Ramai kontroversi kalung antivirus Kementerian Pertanian, dokter Tirta ingatkan jangan membuat statement berdasarkan asumsi. Kementan berencana membuat antivirus corona yang dibuat dari bahan eucalyptus (kayu putih) pada Agustus 2020. Antivirus tersebut akan dibuat dalam beberapa produk seperti kalung aromatherapy, minyak roll on, balsen, diffuser oil, dan inhaler. Sederet produk berwarna hijau dan bertuliskan Antivirus Corona ini mengandung tanaman Atsiri (eucalyptus). Kandungan kayu putih inilah yang dipercaya dapat digunakan sebagai antivirus corona.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa produk ini telah melalui uji lab peneliti pertanian terhadap virus influenza, serta beta dan gamma corona.
"Ini antiVirus Corona, dari hasil penelitian dari litbang Kementerian Pertanian. Berasal dari pohon kayu putih. Dari 700 jenis pohon kayu putih satu yang bisa mematikan Virus Corona. Ini hasil laboratorium kita, dan bulan depan akan kami produksi," kata Syahrul dikutip dari kompas.com saat ditanya wartawan.
Klaim atas kalung antivirus corona ini tentu justru meresahkan di tengah masyarakat dan kontra produktif. Bagaimana tidak, saat ini dunia sains tengah berjibaku menemukan vaksin covid-19, Kementan telah mempelopori resep baru pencegahan virus berbasis herba, yaitu tanaman eucalyptus. Salah satu produk yang dihasilkan berupa kalung aroma terapi. Dikhawatirkan kalung ini justru melenakan masyarakat dari rambu-rambu pencegahan virus Covid-19 sehingga masyarakat mengabaikan protokol kesehatan atas diri mereka karena telah merasa aman dari covid 19.
Teori Kementan ini sungguh bertolak belakang dengan penelitian para ahli vaksin. Karena itu masyarakat berhak mempertanyakan relevansi dan kelayakan kalung antivirus versi Kementan tersebut. Mengingat core competent lembaga ini semestinya di seputar pengelolaan pertanian, peternakan seperti panduan bertani & beternak yang aman, pengelolaan hasil ternak agar tidak jadi rantai penularan virus, dan pemberian subsidi bagi petani-peternak yang terdampak. Bukan malah latah mengurusi virus Corona yang itu bukan bidangnya.
Namun, bila dilihat dengan kaca pembesar, motif bisnis di balik wacana produksi massal kalung antivirus versi Kementan ini akan terlihat jelas. Pihak Kementan telah mendaftarkan hak paten kalung antivirus corona dari eucalyptus tersebut. Untuk produksinya, Kementan menggandeng PT Eagle Indo Pharma yang terkenal sebagai produsen minyak kayu putih Cap Lang. Bahkan Kementan juga sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta dan mereka sepakat untuk memproduksi produk tersebut secara massal. Pemasaran akan menggunakan tampilan lainnya yang memang sesuai dengan ijin edar BPOM.
Seharusnya Pemerintah dalam hal ini memberi solusi serius untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19, bukan malah disikapi dengan main-main. Langkah Kementan ini dapat menimbulkan bahaya salah persepsi di tengah-tengah masyarakat. Pemakaian kalung ini hanya akan memberikan "pseudosafety" dan mengendurkan upaya pencegahan.
Beginilah jika suatu negeri masih menerapkan sistem kapitalisme, orientasinya adalah bisnis. Tugas mereka adalah menciptakan pasar dan berkompetisi di pasar. Namun, jika mental kapitalis ini menjelma menjadi penguasa, yang mana selalu menggunakan prinsip bisnis dalam melayani kepentingan rakyat, hal ini patut dipertanyakan. Terlebih di saat kondisi ekonomi serba sulit seperti sekarang. Alhasil klaim menyelesaikan masalah dengan kalung antivirus justru tambah mengundang masalah baru yang dihadapi oleh rakyat.
Dalam hal menghadapi wabah, Islam memberikan tuntunan kepada individu umatnya yaitu tawakal kepada Allah Ta'ala. Dalam kasus covid-19 seperti sekarang, jelas dibutuhkan ikhtiar dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan. Seperti menggunakan masker, mencuci tangan, sebisa mungkin stay at home dan physical dan social distancing, mengonsumsi makanan yang bersih dan bergizi, dll. Dalam skala individu, ini adalah cara sederhana yang minimal setiap orang harus mengupayakannya saat ini.
Di sisi lain, negara menjamin kebutuhan pokok masyarakat, seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal. Fasilitas kesehatan dikelola di atas prinsip sosial dan unit teknis pelaksana fungsi negara. Sistem pendidikan sebagai pilar dari fungsi negara yang sehat, politik riset, dan industri dilandaskan pada paradigma sahih Islam, sementara pembiayaan berbasis baitulmal diambilkan dari anggaran bersifat mutlak.
Taruhlah contoh keharusan melakukan screening epidemiology berupa pemeriksaan yang cepat dan akurat terhadap semua orang dengan gejala klinis. Semua orang berdasarkan contact tracing (penelusuran kontak) yang berisiko terinfeksi dan sudah terinfeksi namun belum menunjukkan gejala (suspect), dalam waktu 12 jam bahkan kurang sudah bisa diketahui siapa yang positif dan negatif. Selanjutnya semua yang positif terinfeksi segera diobati hingga benar-benar sembuh. Pemerintah wajib menempuh jalur sains/ilmiah dengan melibatkan para ahli yang didanai baitul mal untuk melakukan strategi testing, tracing, isolated, hingga penemuan vaksin.
Alhasil Islam menuntun upaya yang lebih mendalam dan luas, yakni dimensi sains dan dimensi agama. Dalam dimensi sains, bisa jadi tak ada imunitas yang lebih hebat daripada vaksin untuk menangkal Covid-19. Karenanya, kehadiran Islam sebagai peradaban baru adalah kebutuhan mendesak bagi Indonesia dan dunia hari ini. Tidak hanya sebagai pembebas dari pandemi, namun juga dari semua kerusakan akibat komplikasi akut kelalaian rezim neoliberalisme dan cacat pemanen sistem kapitalisme. Sebagai keberkahan yang pasti ketika Islam diterapkan secara kafah di atas dorongan takwa.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Alquran Surah Al A’raf [7]:96. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” Wallahu a'lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!