Senin, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Maret 2013 16:31 wib
11.804 views
Mutiara Hikmah dari Penasehat KPK: Antara Gorila dan Manusia
BEKASI (voa-islam.com) - Penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abdullah Hehamahua dalam paparan slide yang berjudul Membangun Negeri Tanpa Korupsi mengungkapan bahwa seorang pemimpin harus menjadi teladan.
Menurut Abdullah Hehamahua, diantara bentuk keteladanan seorang pemimpin itu adalah teladan dalam memberi sayang. Uniknya, dalam slide tersebut, ia bukan menampilkan gambar seorang ibu, melainkan seekor gorila.
“Maaf ibu-ibu saya tidak dapat gambar ibu-ibu yang saya yakin untuk pasang di sini, jadi saya pasang gambar ini,” kata Abdullah Hehamahua saat menjadi pembicara dalam acara Semalam Bersama Dewan Dakwah, dengan tema Menuju NKRI Bersyari’at Islam, di Islamic Center Bekasi, Sabtu (23/3/2013).
Di dalam slide, ia menjelaskan alasannya menampilkan foto seekor gorila yang terlihat sedang menggendong anaknya.
“Belakangan ini sering kita dengar berita radio, lihat TV atau baca koran bahwa orang tua, termasuk kaum ibu, tega membunuh anak sendiri karena tidak mampu mengatasi krisis tertentu.
Jika seorang pemimpin dalam kepemimpinannya disertai dengan kecintaan yang tulus terhadap bawahannya, maka dia tidak akan mengabaikan kepentingan mereka. Dia bersedia lapar, haus, dingin dan terancam nyawa sekalipun asalkan anak buahnya dalam keadaan selamat, sejahtera. Bukankah seekor binatang seperti gorilla tidak akan membunuh anak sendiri, apatah lagi manusia sebagai makhluk terhormat di bumi ini,” tutur Penasehat KPK yang akan berakhir masa jabatannya pada bulan April 2013 mendatang.
Abdullah menyampaikan, bahwa menurut penelitian perbedaan DNA manusia dengan monyet hanya 1%. Ia menginterpretasikan 1% perbedaan yang tak ada pada monyet itu dengan kebebasan memilih.
“Ternyata -bukan bermaksud membenarkan teori Darwin- penelitian menunjukkan bahwa DNA monyet itu 99% sama dengan DNA manusia. Jadi perbedaan manusia dengan monyet itu Cuma 1%. Apa 1% itu? Free will (kebebasan memilih),” tuturnya.
Ia memaparkan, manusia dan monyet sama-sama memiliki otak dan hati, namun jika keduanya tak digunakan tak ada bedanya seorang manusia dengan seekor monyet. Bahkan di dalam Al-Qur’an, surat Al-A’raf ayat 179, Allah menegaskan; …Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
“Kita dengan monyet sama-sama punya otak, tapi kita punya akal dia tidak punya akal. Karena itu dalam Al-Qur’an; laa ikraha fiddien… tapi ayat itu tidak berhenti di situ masih ada sambungannya. Jadi bukan berarti agama itu suatu kebebasan, karena ada penjelasannya; mana yang salah dan mana yang benar. Tetapi manusia diberi pilihan, kalau ke kanan masuk syurga tetapi kalau ke kiri masuk syurga.
Kita punya hepar, dia juga punya hepar. Tapi kita punya qolb dia tidak punya qolb. Jadi kalau manusia tidak pakai otaknya, tidak pakai akalnya sama dengan monyet. Kalau menusia tidak menggunakan qolbnya sama dengan monyet. Karena itu Al Qur’an lebih tegas lagi, bahkan dikatakan lebih rendah dari hewan,” paparnya.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa manusia, apalagi pemimpin kelak akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di akhirat. Hal ini tentu berbeda dengan monyet yang tidak beragama dan tidak diminta pertanggungjawaban di akhirat.
“Binatang tidak ada pertanggungjawaban di akhirat, karena itu dia tidak wajib beragama, tetapi manusia wajib beragama. Sehingga dengan demikian kalau manusia tidak beragama sama dengan monyet,” tandasnya. [Ahmed Widad]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!