Ahad, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 28 Januari 2024 06:23 wib
11.268 views
Sekolah Pemikiran Islam Bandung Bahas Tantangan Dakwah Islam Kontemporer
BANDUNG (voa-islam.com) - Memasuki penghujung Januari 2024, Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung menyelenggarakan kelas terakhirnya di Masjid Istiqomah, Jalan Citarum Bandung, Kamis (25/1/2024). Materi pamungkas dibawakan langsung oleh Kepala SPI Pusat Akmal Sjafril yang membeberkan fakta seputar dakwah di Indonesia.
“Saya miris ketika para pendakwah mulai mengejar dunia (seperti memasang tarif atau meminta fasilitas lebih) ketika menyampaikan ceramah di suatu acara. Selain itu, masyarakat kini juga lebih mudah percaya pada sesuatu yang viral. Lihat saja kemarin isu Rohingya, bagaimana begitu digoreng oleh oknum yang sama sekali tidak memiliki kapasitas di sana. Saya mewanti-wanti, jangan langsung percaya dengan yang dadakan, tiba-tiba muncul, bahas hot issue. Mereka hanya naikin pamor untuk traffic tidak bertujuan untuk dakwah apalagi info yang disampaikan justru menyesatkan. Parah sekali itu,” jelas Akmal.
Pendiri Indonesia Tanpa JIL (ITJ) tersebut berpendapat dakwah di Indonesia masih memiliki tantangan besar. Ia mengungkap terdapat beberapa fenomena pahit yang terjadi dalam dunia dakwah, seperti para pendakwah yang makin cinta dunia, masyarakat yang mudah percaya dan dibodohi informasi sesat, dan sebagainya.
“Tantangan lainnya adalah, menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, permasalahan umat Islam kontemporer memiliki lingkaran setan yang terdiri dari hilangnya adab (loss of adab), kebingungan ilmu (corruption of knowledge), dan munculnya pemimpin yang menyesatkan (false leaders). Di antara ketiganya, adab yang menghilang menjadi akar kerusakan dimulai dan menjadi lingkaran yang tiada putusnya,” papar pria yang baru menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia.
Selain itu, Akmal menyebutkan bahwa munculnya false leaders di zaman saat ini sudah tercermin dari banyaknya influencer di sosial media, di mana mereka berbicara bukan pada kapasitasnya sehingga memberikan pengaruh buruk serta informasi yang tidak valid pada para pengikutnya.
Memahami tantangan dakwah yang ada, salah satu peserta SPI Bandung, Ratih Sundari mengungkapkan dirinya justru semakin bersemangat untuk melanjutkan dakwah.
“Aku rencananya pengen dakwah melalui tulisan dan mencoba berbagai media. Tapi masih ada kendala kurangnya ilmu, jadi ada kecemasan ketika menuangkan dakwah kedalam bentuk tulisan itu. Alhamdulillah ikut SPI jadi menguatkan lagi ilmu-ilmunya,” ungkap Ratih yang bekerja sebagai guru di salah satu sekolah internasional di Bandung.
Ia bercerita, sebelumnya pernah mengalami kecemasan ketika berdakwah. “Takut pemahaman yang aku sampaikan kurang tepat. Makannya lebih baik cari validasi ilmu pengetahuan dulu, kayak sekarang di SPI,” jelasnya.
Mengikuti dua semester SPI Bandung membuat Ratih bersyukur dapat bertemu dengan para guru SPI. Berbeda dengan pendakwah di kajian-kajian terbuka, menurutnya pemateri Sekolah Pemikiran Islam semuanya mengajak berpikir secara aktif dan tidak hanya mendengarkan.
Menutup pertemuan kelas terakhir, Akmal selaku Kepala SPI Pusat berharap para peserta SPI Bandung Angkatan 9 dapat melanjutkan dakwah dan ilmu yang telah diperoleh di SPI. Ia berpesan bahwa dakwah yang benar adalah dakwah yang menggerakkan.
“Dakwah itu tidak bisa sendiri dengan berjamaah akan lebih kuat. Jangan sampai yang didapatkan di SPI hanya berhenti di kelas saja tapi juga harus disebarkan agar dapat menyadarkan dan menggerakkan umat khususnya di Indonesia,” pungkas Akmal. (SKN/Ab)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!