Senin, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 28 Maret 2016 21:53 wib
13.190 views
Islam yang Memuliakan Kaum Wanita
Oleh: Zaynab Mujahidah
Sahabat Muslimah VOA-Islam...
Seluruh dunia telah memperingati Hari Perempuan Internasioanal pada tanggal 8 Maret 2016. Semakin menggelora harapan perempuan tanah air untuk segera bangkit dari keterpurukan dan penderitaan. Tidak bisa dipungkiri, sebagian besar masyaraka telah melek fakta. Mereka menuntut agar pemerintah lebih bijak lagi dalam menangani kasus-kasus yang menimpa kaum lemah-lembut ini.
Kiki, koordinator aksi Federasi Perjuangan Buruh Indonesia mengatakan, eksploitasi kelas dan penindasan seksual atasperempuan masih berlaku hingga saat ini. "Kedudukan perempuan makin melemah dan dijadikan ajang eksploitasi dan pencurian nilai lebih secara besar-besaran bagi pemilik modal," ujar Kiki. (Viva.co.id, 10/03/2016).
Para buruh perempuan berunjukrasa di depan kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dengan membawa tema tandingan “Nawa Duka Perempuan Indonesia” sebagai sindiran untuk Presiden Joko Widodo yang mengusung Nawa Cita. Cukup jelas, rakyat termasuk para buruh perempuan tidak lagi percaya dengan janji-janji pemerintah.
Kaum perempuan hingga saat ini masih jauh dari kesejahteraan sesungguhnya. Akibat tekanan ekonomi yang melemah, kaum perempuan harus berlomba-lomba turun ke dunia pekerjaan guna membantu kebutuhan keluarga. Kerasnya dunia luar tidak jarang menimpa kaum perempuan, mereka menjadi korban kejahatan, pembunuhan, pelecehan dan pemerkosaan.
Perempuan berlomba-lomba turun ke dunia publik. Perempuan dan lelaki tidak jauh berbeda dalam ranah publik. Keduanya sama-sama punya hak untuk tampil termasuk dalam dunia kerja. Inilah yang disebut madu berbalut racun dari kesetaraan gender. Peran perempuan sebagai ibu sejati telah hilang. Tuntutan ekonomi yang menghimpit memaksa mereka meninggalkan tanggung jawab besarnya sebagai seorang ibu, yaitu menjaga, merawat yang terpenting adalah mendidik anak.
Anak sebagai generasi penerus membutuhkan pendidik yang berkualitas. Tidak bisa didapat pendidikan itu, kecuali dari ibu. Benarlah pepatah “hancurnya negara adalah dasar hancurnya moral perempuan”. Karena kaum perempuanlah yang melahirkan pemuda-pemuda yang menjadi tonggak perubahan suatu bangsa.
Pemerintah mengabaikan tanggung jawab sebagai pemimpin yang seharusnya melayani rakyat. Pemerintah tidak tegas dalam pengelolaan ekonomi dalam negeri, banyak pengelolaan kekayaan diserahkan pada asing dan swasta. Akibatnya perekonomian nasional melemah. Pindah tanganlah kekuasaan tertinggi dalam perekonomian di bawah kendali para kapital (pengusaha).
Tuntutan yang dihadapi kaum perempuan tidak lain untuk keuntungan para kapital. Di mana-mana tenaga kerja yang dibutuhkan adalah perempuan, namun gaji di bawah gaji tenaga kerja laki-laki. Kaum perempuan harus tampil semenarik mungkin untuk menarik perhatian konsumen. Inilah trik halus yang akan mencelakakan perempuan. Sangat gamblang, nyata-nyata kaum perempuan diperas tenaganya untuk kepentingan para pengusaha.
Sistem akar masalah. Tidak ada asap tanpa api. Tidak akan timbul masalah dalam negeri kecuali karena aturan atau sistem yang rusak. Sistem yang menguasai dunia saat ini adalah sistem kapitalis yang menjadikan materi sebagai standard meraih kesuksesan dan meraih kebahagiaan. Bentukan sistem ini adalah manusia-manusia yang rakus. Hukum rimba berlaku. Yang kaya menjadi raja yang miskin tertindas.
Maka begitulah sistem kapitalis menjalankan rodanya dalam kehidupan. Jika demikian adanya, tidak ada jalan lain kecuali dengan perubahan sistem. Sistem yang memuliakan perempuan. Menempatkan perempuan pada ranahnya. Laki-laki dan perempuan mempunyai ranah masing-masing yang tidak ada kelas satu dan kelas dua. Tidak ada level atas dan bawah. Keduanya sama-sama pemimpin. Laki-laki pemimpin bagi rumah tangganya. Perempuan pemimpin bagi anak-anaknya.
Penempatan perempuan sebagai pengurus rumah tangga dan mendidik anak bukan lebih hina dari laki-laki yang berposisi sebagai pemimpin. Posisi itu sesuai kodratnya masing-masing. Laki-laki (suami) harus memperlakukan istri dengan perlakuan sebaik-baiknya. Suami menjadi pelindung dan pengarah ke jalan yang baik kepada siapa yang dipimpinnya. Seimbanglah tanggung-jawab laki-laki dan perempuan. Aturan yang memuliakan kaum perempuan seperti ini tidak ditemukan kecuali dalam aturan Islam. Islam agama yang sempurna. Agama yang mengatur segala aspek kehidupan; keluarga, masyarakat dan negara.
Islam tidak membebani perempuan dalam mencari nafkah. Karena pihak suamilah yang bertugas menafkahi keluarga sepenuhnya. Jikapun tidak ada suami, maka yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan perempuan adalah kerabat laki-lakinya.
Walinya tidak ada, maka negaralah yang memenuhi kebutuhan mereka secara penuh. Aturan Islamlah yang benar-benar menjamin kehidupan seluruh umat manusia, termasuk perempuan di dalamnya. Jaminan 100% di bawah sistem dari Tuhan yang Maha Me-ngatur bahwa kesejahteraan akan tercipta di bawah aturan-Nya. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!