Jum'at, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 6 Mei 2016 09:49 wib
25.562 views
Pedihnya Cinta Tak Berbalas, Meneladani Bunda Asma binti Abu Bakar dengan Ketulusannya
“Az Zubair, kau memberi segalanya padaku. Menanamkan benih-benih hebat pejuang tauhid. Kau mengokohkanku dengan kisah-kisah pengorbanan tulus dalam setiap desahmu. Kau memberiku segalanya, kecuali cinta yang bergelora. Az Zubair, suamiku, jenis cinta apakah yang kau miliki untukku?”
Kata-kata di atas adalah ungkapan hati Asma binti Abu Bakar terhadap suaminya, Zubair bin Awwam. Dikisahkan bahwa sejak mula, Asma memang tertarik kepada Zubair. Tentang bagaimana perasaan Zubair yang sebenarnya terhadap Asma, itu merupakan misteri. Ketika Abu Bakar sebagai ayah Asma menawarkan anaknya untuk dinikahi, Zubair mengiyakan dengan mendatangi rumah Abu Bakar. Zubair dan Asma kemudian dinikahkan oleh Abu Bakar.
Selang 28 tahun kemudian, ketika Asma telah dikaruniai 3 putra yang hebat, perceraian pun terjadi. Di kalangan para ulama, penyebab perceraian kedua orang hebat ini masih berselisih pendapat. Dikutip dari blog langitshabrina sebagai berikut:
Asma’ memang ditalak oleh suaminya, Zubair. Mengenai penyebab talaknya ulama berbeda pendapat. Satu pendapat mengatakan bahwa Abdullah (anaknya) berkata kepada Zubair, “Orang sepertiku, ibunya tidak akan diwathi.” Pendapat lain mengatakan bahwa Asma sudah tua dan sudah melahirkan tiga anak bagi Zubair yaitu Abdullah, Urwah, dan Mundzir. Pendapat lain mengatakan bahwa Zubair pernah memukulnya, lalu Asma menjerit memanggil anaknya, Abdullah. Zubair berkata, “Kalau engkau masuk, maka ibumu aku talak.” Lalu Abdullah berkata, “Mengapa engkau menjadikan ibuku sebagai target sumpahmu?” Abdullah masuk sehingga Zubair melepaskan Asma dan mentalaknya dengan talak ba’in.”, (Ensiklopedia Nabi Muhammad di antara Para Shahabiyah, Jilid 4).
Meskipun telah dicerai oleh suaminya, cinta Asma tidaklah pudar. Bahkan ia memutuskan tidak menikah lagi karena teringat perkataan ayahnya ketika beliau masih hidup.
“Putriku, Sabarlah. jika seorang wanita mempunyai suami yang shaleh dan dia meninggal, lalu wanita itu tidak menikah setelah itu, mereka akan dipersatukan kembali di surga.”
Besar harapan Asma masih bisa berkumpul dengan Zubair meskipun di dunia ia telah diceraikan. Begitulah perempuan bila ia mencinta, rasa itu akan dibawanya mati hingga menghadap Ilahi.
...Ada kalanya seseorang yang begitu istimewa di hati, ternyata mengabaikan diri. Bahkan bukan tak mungkin, dia adalah suami sendiri....
Penyikapan bunda Asma terhadap cintanya yang tak berbalas inilah yang patut menjadi teladan kita semua sebagai muslimah. Ia tak meradang, marah, galau atau bahkan depresi ketika cintanya tak bersambut. Sebaliknya, ia serahkan saja keputusan suaminya itu pada Allah sebagai bagian takdir yang harus ia jalani. Selebihnya ia memfokuskan diri menempa para putra agar menjadi mujahid handal.
Ukhti salihah yang disayang Allah, tak ada seorang pun yang ingin cinta tulusnya tak disambut dengan rasa yang sama. Tapi seringkali, jalannya kehidupan tak selalu seperti yang kita pinta. Ada kalanya seseorang yang begitu istimewa di hati, ternyata mengabaikan diri. Bahkan bukan tak mungkin, dia adalah suami sendiri.
Jangan galau dan jangan sedih, kembalikan semua pada Sang Pemilik Hati. Bila cinta kita tak mampu menyentuh hatinya, serahkan pada Dia, Sang Maha Pembolak-balik hati. Selebihnya, tunaikan apa yang menjadi kewajiban sebagai istri. Teruslah mencintainya seperti tak pernah terluka. Karena suami yang salih, insya Allah ia tak akan mendzalimi perempuan yang atas namaNya telah dihalalkan dalam ikatan nikah.
Kelolalah rasa cinta yang ada agar luka tak lagi semakin terasa. Ya...dengan melabuhkan cinta hanya padaNya, tak ada manusia yang akan kecewa. Cinta pada sesama termasuk suami hanyalah secuil dari wujud cinta kita pada Allah dan RasulNya. Bila telah mampu mendudukkan cinta pada tempat semestinya, semoga tak ada lagi lara yang tersisa meskipun suami tak membalas cinta sebesar yang istri punya. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!