Selasa, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Mei 2016 09:43 wib
10.007 views
Bunda, Aku Tak Mau Sekolah...
Seorang ibu sedang galau menghadapi anaknya yang mogok sekolah. Usia masuk SD membuatnya tak nyaman duduk manis di sekolah. Ia lebih suka belajar dengan ibunya di rumah tentang apa saja. Masalahnya si ibu tak merasa mampu untuk terus mengajari anaknya segala hal yang seharusnya dipelajari si anak di sekolah.
Bunda salihah yang disayang Allah, apakah ilustrasi di atas terjadi pada Bunda dan sang putra tercinta? Bukan tidak mungkin cepat atau lambat hal itu menghampiri buah hati kita. Apalagi ketika Bunda hadir dengan sosok penuh cinta dan sabar terhadap anak, maka yakinlah tak ada guru mana pun yang sanggup menggantikannya. Tak heran bila kemudian si anak merasa kehilangan sosok indah ini saat ia harus duduk manis di sekolah. Berpisah dari bunda yang membuatnya nyaman beraktivitas, sungguh membuatnya tersiksa.
Ada beberapa sosok ibu yang begitu khawatir saat anaknya tidak mau sekolah. Ada yang membujuk bahkan taraf memaksa sang anak agar mau berangkat sekolah. Tak sedikit dari mereka memutuskan menghadap psikolog untuk mengetahui dan mencari solusi agar si anak mau bersekolah lagi.
Wahai bunda salihah, tak perlu galau atau cemas saat anak tak mau sekolah. Ibu dengan segala keistimewaan alami yang ada padanya, bisa kok menjadi guru bagi putra-putrinya. Seringkali yang menghinggapi bunda adalah ketidakPDan yang tanpa dasar. Merasa diri tidak pintar, tidak sabar, tidak cakap dan tidak-tidak lainnya.
...Ibu dengan segala keistimewaan alami yang ada padanya, bisa kok menjadi guru bagi putra-putrinya. Seringkali yang menghinggapi bunda adalah ketidakPDan yang tanpa dasar...
Sedikit saya ingin berbagi tentang kisah nyata yang pernah dimuat salah satu media terbesar di negeri ini. Seorang anak usia 10 tahun yang kemampuan akademiknya di atas rata-rata. Ia bisa mengerjakan soal matematika level SMA. Kemampuan berkomunikasi dan berbahasa baik Indonesia maupun Inggris juga bisa dibilang bagus. Kematangan emosi dan spiritualnya sangat mencolok. Sopan, patuh pada orang tua, rajin salat dan mengaji tanpa disuruh, membantu mengasuh adiknya dan lain sebagainya.
Apakah dia murid dari sekolah unggulan tertentu? Ya...ia adalah murid dari ibunda tercinta alias bersekolah dengan bunda di rumah. Awalnya ia adalah murid dari salah satu SD negeri dekat rumahnya. Ketika kelas 2 SD, ia menunjukkan sikap malas sekolah. Bosan, katanya. Prestasi belajarnya juga menurun. Tentu saja sang ibu bingung. Ia yakin anaknya bukan anak yang bodoh. Mau dimasukkan ke SD terpadu unggulan, tak ada biaya. Suaminya ‘hanyalah’ tukang becak yang pemasukan sehari-hari cukup untuk makan sekeluarga.
Akhirnya keputusan besar dia ambil. Anaknya belajar sendiri dengannya di rumah. Sekolahnya memang tidak tinggi yaitu setaraf lulusan SLTA. Tapi motivasi sebagai ibu yang ingin memberikan hal terbaik bagi anaknya, membuatnya berani mengambil keputusan itu. Tanpa banyak teori, ia pun mulai belajar lagi. Memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya meskipun dengan segala keterbatasan, adalah hal yang tak bisa ditawar. Dan hasilnya, anaknya tumbuh menjadi pembelajar yang bahagia.
Jadi Bunda, jangan ragu untuk segera mengambil keputusan besar saat dirasa sang buah hati lebih nyaman belajar dengan ibunya sendiri. Tak ada ibu yang sempurna, yang ada adalah ibu yang terus mau untuk belajar. Setidak sempurna apapun sosok ibu, dia adalah sosok paling sempurna dan istimewa di hadapan sang anak. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!