Ahad, 27 Jumadil Awwal 1446 H / 3 September 2017 12:03 wib
8.368 views
Arti Sebuah Kebahagiaan
Ketika sepasang suami istri yang sudah lanjut usia, berkunjung ketempat dahulu mereka bekerja. Rupanya kesempatan itu mereka gunakan untuk bernostalgia dengan sop buntut yang memang terkenal dikantor mereka.
Suami istri itu rela mengantri hanya untuk untuk mengenang masa dahulu mereka. Karena memang itu adalah waktu istirahat para karyawan kantor. Semua orang yang melihat merasa heran tatkala mendapati mereka hanya memesan satu porsi sop buntut dan nasi. Dengan dua gelas teh manis. Sang istri meminta piring dan mangkuk kosong.
Sang suami membagi sop buntutnya menjadi dua bagian, begitu pula dengan nasinya. Seorang karyawan yang iba mendekati mereka berdua. Hendak memberikan satu porsi lagi dengan gratis.
Akan tetapi tawaran tersebut ditolak secara halus oleh sepasang suami istri tersebut. Mereka tersenyum dengan niat baik karyawan tersebut.
Karyawan tersebut kembali mendekati mereka, karena ia mendapati bahwa sang istri tersebut hanya memandangi suaminya yang sedang makan. Sampai makanan bagiannya menjadi dingin. Dengan senyum yang terus merekah dibibirnya.
“Ibu, saya melihat bahwa Ibu hanya menunggu Bapak selesai makan. Apa yang Ibu tunggu?” tanya karyawan tersebut memberanikan diri. Lalu sang Ibu tersebut menjawab, “Yang saya tunggu adalah gigi. Sedangkan giginya sedang dipakai oleh Bapak,” jawabnya dengan senyum yang masih tetap bertahan merekah.
Bersyukur. Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah SWT. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah lah semata nikmat tersebut bisa diperoleh.
Pepatah mengatakan bahwa orang yang paling bahagia adalah ia yang pandai bersyukur. Karena bukan bahagia yang menjadikan seseorang bersyukur, tetapi dengan bersyukur akan menjadikan hidup seseorang bahagia.
Kebahagiaan didapat tak hanya dilihat dari seberapa banyak kekayaan yang dimiliki. Kebahagiaan pula tak bisa dilihat dari seberapa tinggi kekuasaan yang diduduki. Bahagia itu sederhana, tersenyum dengan apa yang dimiliki saat ini.
Jikalau memang ditakdirkan miskin, maka bersyukurlah. Karena pada saat hari akhir nanti, hartamu sedikit dimintai pertanggungjwabannya.
Ketika kenyataan tak sesuai harapan. Memang hakikatnya manusia gemar mengeluh. Akan tatapi ingatlah Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah : 216, yang artinya “...Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa apa yang diharapakan baik itu belum tentu baik juga. Dan apa yang dibayangkan buruk bisa jadi itu adalah yang terbaik. Jadi biasakan dari sekarang untuk selalu bersyukur. Bersyukur atas apa yang dimiliki, tanpa mengeluh atas apa yang tak sesuai dengan harapan. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Silvi Puja Sari
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!