Ahad, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Februari 2018 23:25 wib
6.523 views
Muridku, Kembalilah pada Fitrahmu!
Oleh: Viki N. Muswahida, S.Pd
Dunia pendidikan dirundung pilu atas kematian tragis yang dialami oleh guru dari Pulau Garam. Guru yang kerap disapa Pak Budi ialah guru honorer dengan gaji 600ribu, tewas setelah digebuki oleh muridnya sendiri.
Guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Mereka rela meninggalkan keluarga mulai pagi hingga sore hari untuk mendidik anak negeri. Sayangnya, mereka menjadi korban kebobrokan generasi sekarang, yang tak memiliki budi pekerti.
Inilah potret sekularisasi di bidang pendidikan, yaitu pemisahan agama Islam dari kehidupan. Jam pelajaran pendidikan agama Islam hanya 2 jam saja selama 1 minggu ketika di bangku sekolah. Begitu juga di bangku kuliah, pelajaran agama hanya ditempuh 2 SKS saja selama 4 tahun. Akhirnya murid tak mengerti nilai-nilai agama dalam berkehidupan.
Ada beberapa pihak yang bisa dianggap bertanggung jawab atas bobroknya generasi.
Dari sudut pandang orang tua. Merekayang sibuk bekerja menghidupi kebutuhan keluarga yang sangat mencekik sampai lupa dengan kewajiban mendidik buah hatinya untuk mengenal hukum Islam.
Dari sudut pandang lingkungan masyarakat yang semakin rusak dengan paham kebebasannya berbalut HAM dan menjauhkan Islam dari kehidupan. Hal ini berimbas pada perilaku kebebasan yang kebablasan.
Dari sudut pandang negara yang memfasilitasi dengan adanya tayangan televisi yang kurang mendidik dan sarat akan kekerasan. Lihatlah game online yang menyuguhkan aplikasi Battle (pertarungan). Narkoba dan miras pun dilegalkan. Walhasil ketika hati tersentil, tak pandang siapa pun bisa jadi pelampiasan kemarahan. Sungguh memprihatinkan!
Wahai generasi, masih ingatkah kita pada hymne guru??
"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru…terima kasihku tuk pengabdianmu. Engkau sebagai pelita dalam kegelapan. Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan."
Begitulah sepenggal lirik yang menggambarkan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mendidik murid dengan segenap ilmunya, mengajarkan menulis, membaca, mengemban amanah berat mengelola sumber daya manusia untuk membangun peradaban yang mulia.
Begitu banyak jasa guru yang sanggup mengentaskan muridnya dari kebodohan menjadi orang berdaya guna, menggapai cita-cita, menaklukkan mimpi-mimpinya. Namun nyatanya apa balasan untuk mereka? Sungguh jauh dari harapan.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian tersebut ialah marilah mendidik generasi agar kembali pada fitrah seorang siswa, yaitu menjadikan guru sebagai orang yang dipatuhi dan dihormati. Berusahalah menjadi siswa yang berbudi pekerti, rela dibina, rela dididik dengan segenap ilmu yang dimiliki. Redamlah amarah dengan perbanyak dzikrullah, dalami ilmu Islam agar mengerti hukum Allah sehingga terhindar dari perbuatan keji.
Jadilah generasi yang berilmu dan beriman yang nantinya sanggup membawa perubahan bagi peradaban mulia berlandaskan Islam. Tentunya dengan korelasi antara keluarga, masyarakat, dan negara yang bercita-cita sama untuk mendidik generasi sesuai syariat Islam. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!