Selasa, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Agutus 2018 19:21 wib
11.039 views
Ternyata, Engkau Alasannya
Oleh: Nova Friska, S.Kep., Ns
Beberapa waktu silam, adalah salah satu momen terpenting yang tak akan dilupakan oleh sebagian besar generasi Z bangsa ini. Pasalnya, penentuan masa depan selama 4 tahun kedepan salah satunya ditentukan oleh hasil pengunguman tersebut.
Pengunguman kelulusan di Universitas baik jalur SNMPTN, SBMPTN dan mandiri telah dilangsungkan dan melahirkan tawa tanda bahagia serta airmata tanda kecewa.
Momen tersebut mengingatkanku kembali akan masa 5 tahun silam. Salah satu masa yang kiranya tidak akan pernah aku lupakan didalam hidup. Namun, ada satu hal yang aku pelajari dari setiap pengunguman kelulusan universitas yang dilangsungkan yaitu Allah mungkin tak serta merta memberikan apa yang kita inginkan namun Allah pasti akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk hidup hambanya
***
Aku ingin menceritakan sebuah kisah, yang mudah-mudahan bisa menginspirasi dan menambah keyakinan serta harapan akan pilihan yang telah Allah tetapkan kepada kita. Aku mempunyai seorang sahabat, sebut saja namanya Siti. Siti adalah seorang gadis yang baik, sholehah dan juga cerdas. Kecerdasan yang dimiliki membuatnya mampu merengguk manisnya ilmu pendidikan di salah satu Sekolah Menegah Atas Negeri (SMAN) unggul yang ada di kotaku serta senantiasa mampu mempertahankan posisi 10 besar di kelas.
Saat memasuki masa kelas 3 di semester genap, tibalah waktu seleksi SNMPTN. Tahun 2013 merupakan tahun pertama yang memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengikuti proses seleksi SNMPTN tanpa dipengaruhi oleh peringakat di kelas atau sekolah. Siti pun mengikuti proses seleksi dan memilihi jurusan yang disukainya. Siti memilih jurusan yang bisa dikatakan tidak termasuk jurusan “sejuta ummat” sehingga semua beranggapan Siti akan lulus seleksi ini, mengingat prestasi yang dimiliki.
Beberapa bulan kemudian, saat pengunguman SNMPTN tiba, Siti pun dinyatakan tidak lolos. Namun, Siti tak ingin berlarut dalam kesedihan. Ia sadar, mungkin itu bukanlah bagian dari kesempatan yang diberikan sang Maha Rahman kepadanya. Dengan semangat membara, Siti mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki untuk kompetisi selanjutnya yaitu SBMPTN.
Kali ini Siti ingin benar-benar menyerahkan pilihannya kepada Allah, apapun keputusan Allah untuknya, ia yakin itu yang terbaik. Siti pun beristikharah untuk mendapatkan jawaban atas kegalauan hatinya menentukan keilmuan yang terbaik untuknya. Kepada kedua orang tuanya pula ia tanyakan, apa yang menjadi hajat mereka atas dirinya. Setelah melalui proses istikharah yang panjang dan diiringi keridhaan kedua orang tunya, Siti pun memantapkan diri untuk memilih keilmuan yang akan menjadi penentu masa depannya selama 4 tahun kedepan.
Sebulan kemudian, pengunguman SBMPTN pun tiba dan usaha pastilah tak kan mengkhianati hasil. Diiringi doa dari kedua orang dan ikhitiar yang optimal, Siti pun lolos tahap seleksi ini. Namun di jurusan yang awalnya tidak begitu disukainya. Meskipun demikian, ia tetap berusahan menjalaninya sembari memohon pertolongan Allah SWT.
***
Di awal perkuliahan, Siti berusaha menjalaninya dengan baik. Karena ia meyakini pasti ada kebaikan disana. Namun, ujian terus menghampiri Siti. Hinaan, cemoohan bahkan sindiran terus ia terima. Hingga sang adik tercinta pun tanpa tega menyatakan “Kenapa kakak milih jurusan itu? Adek malu waktu ditanya sama kawan tentang dimana kakak kuliah.”
Siti bukanlah tipikal orang yang mudah menyerah, namun pernyataan sang adik benar-benar membuat hatinya hancur berkeping-keping. Hingga muncul tanya dalam diri, “Benarkah ini yang terbaik untukku?”
Hari demi hari tetap dilewati meskipun pahit karena inilah hidup. Harus tetap dijalani.
***
Setahun kemudian, Allah mulai menjawab kegalauan Siti selama ini. Ia berhasil menyabet predikat sebagai salah satu murid terbaik di jurusannya dengan indeks prestasi 4. Sungguh suatu predikat yang tidak main-main. Tak hanya semester itu, di tahun-tahun berikutnya pun Siti tetap mampu mempertahankan prestasinya, yang membuat nama kian harum di kalangan para dosen.
***
Suatu hari, saat jam perkuliahan sedang berlangsung, tiba-tiba dari arah kejauhan, datanglah seorang staf yang menghampiri sang dosen yang tengah mengajar. Staf tersebut meminta izin untuk menyampaikan pesan bahwa Siti diminta untuk menghadap keruangan dosen mata kuliah yang lain. Dengan penuh tanda tanya dan khawatir Siti pun mengikuti staf tersebut menuju ke ruangan dosen yang bersangkutan. Sesampainya diruang sang dosen, siti pun dipersilahkan duduk. Dengan seuntai senyuman yang terukir, sang dosen pun mencairkan suasana berbicara secara santai.
“Sebelumnya, saya meminta maaf jika pertemuan hari ini membuat Siti terkejut.” Ungkapnya seakan memahami kegalauan yang bersemedi di hati sang mahasiswa
“Iya bu, tidak apa-apa. Ehm, sebelumnya, kalau boleh tau, ada keperluan apa ya bu, ibu memanggil saya? Tanya Siti seakan ingin mematahkan semua penasaran yang bergejolak dalam diri
“Jadi, begini Siti. Sebenarnya bukan saya yang hendak menemui siti. Saya hanya menjalankan amanah. Yang punya hajat sebenarnya adalah ibu Husna (Dosen sekaligus kepala jurusan).” Ungkap sang dosen seakan membuka bagian kotak Pandora yang masih bersemayam di benak Siti
Dengan ekspresi panik dan khawatir, Siti pun menanyakan, “Kalau boleh tau, ada keperluan apa ya bu Husna ingin menjumpai saya?” Tanyanya seraya mengingat kesalahan apa yang mungkin diperbuatnya
Sembari memperbaiki posisi, sang dosen bertanya dengan nada cukup serius, “Saya langsung saja ya. Saya ingin tanya, apakah kamu sudah ada calon?”
Dengan ekspresi panik bercampur kebingungan, Siti pun menimpali pertanyaan sang ibu sembari mengoreksi hasil pendengarannya,” Mohon maaf bu, maksud ibu bagaimana ya?”
Seakan mengerti keterkejutan yang dialami sang mahasiswi, dosen pun memperjelas pertanyaan yang diajukannya dengan nada yang lebih halus, “Apakah kamu sudah punya calon suami Siti?
Keringat kian mengucur. Beribu tanya seakan terus bersemayam dalam benak“Eh, belum bu.” Timpalnya sembari menebak arah pembicaraan yang akan terjadi
“Alhamdulillah kalau belum. Jadi begini, ibu Husna mempunyai seorang anak laki-laki, usianya sekitar 30 tahun. Alhamdulillah sudah menyelesaikan magisternya di teknik sipil dan sekarang menjadi pengajar disana, jadi beliau berniat mencarikan jodoh untuk sang anak, dan beliau merasa Siti adalah orang yang paling tepat.
Keringat dingin terus mengucur seakan menjadi penyejuk kehangatan yang muncul dalam relung hati. Rasa bingung dan khawatir yang awalnya hadir kini digantikan dengan hawa sejuk haru serta syukur. “Alhamdulillah, Maha Besar Engkau ya Allah.” Bisiknya halus
“Jadi, bagaimana Siti? Orangnya Alhamdulillah tampan.” Ucap sang dosen seraya tersenyum
“Saya akan membicarakan ini terlebih dahulu kepada orang tua ya bu. Keputusannya akan saya kabari ibu secepatnya.” Ucap Siti sembari mengatur kembali pernafasan dan posisinya
“Baik siti. Saya tunggu jawabannya secepat mungkin.”
Akhirnya terungkap sudah kotak Pandora yang selama beberapa tahun ini bersemayam didalam benaknya. Ternyata, engkau alasannya.
***
Ketahuilah, apapun keputusan Allah untuk kita hari ini, pasti terdapat kebaikan disana. Kebaikan yang mungkin tidak bisa kita indra hari ini, tapi kelak akan kita syukuri.
Kebaikan yang akan mengukirkan senyuman di wajah orang-orang yang kita cintai, mungkin bukan hari ini, tapi di masa mendatang. Mungkin bukan didunia ini, tapi di akhirat kelak. Wallahu’alam bisshawab
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!