Kamis, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Oktober 2018 08:51 wib
3.298 views
Guru TK yang Tetap Tegar di Tengah Duka Bencana
LOMBOK (voa-islam.com) - Senyum megembang datang dari seorang ibu muda di samping tenda berwarna biru. Di bawah terik matahari Yanti menyambut kami rombongan relawan penanggulangan bencana Muhammadiyah yang sengaja bertandang ke bekas rumahnya.
Setelah berjabatan tangan, dirinya mempersilahkan kami untuk masuk ke tenda yang berdiri di bekas rumahnya yang luluh lantah digoncang gempa Agustus lalu.
“Terimakasih bu, di sini saja enak ada angin kalau di luar,” jawab saya yang memperkirakan tenda sempit itu tidak akan menampung rombongan relawan berjumlah enam orang.
“Mana rumah Ibu?” Tanya saya. “Ya ini yang dibuat tenda ini, rumahnya sudah tidak ada,” jawabnya dengan tetap tersenyum.
Perempuan beranak dua ini menggambarkan bagaimana gempa yang menimpanya bertubi-tubi.
“Satu kali gempa kami semua panik, tetapi rumah masih berdiri, gempa kedua juga besar tapi rumah masih belum roboh, tapi pas gempa ketiga rumah saya langsung hancur, untungnya kami sudah keluar,” paparnya dengan mata menerawang mengingat-ingat detail peristiwanya.
Saya terusik tiang-tiang kayu yang ada di halaman bagian lainnya. “Kalau ini buat apa bu?” saya penasaran.
“Ya ini buat rumah saya sementara, baru dipasang kayu-kayunya saja, buat dinding dan atapnya saya belum punya,” jawabnya lirih. “Jadi ini kayu bekas bangunan rumah Ibu?” susul saya. “Bukan, ini kayu juga ada orang yang ngasih dari bekas bangunan lain, terus kami potong-potong,” paparnya.
Rangka bangunan itu hanya berukuran empat kali enam meter, tidak bisa terselesaikan sebab untuk beli dinding pun Yanti tidak punya.
Yanti adalah seorang guru TK Muhammadiyah di Desa Sembalun Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur. TK Muhammadiyah tempat Yanti mengajar pun kini tidak berbekas lagi. Proses belajar dilakukan di tenda yang disediakan oleh LazisMu. Di tengah duka itulah saya menyaksikan Yanti, perempuan relatif muda yang terkena bencana namun tidak mau berhenti mengajar.
“Ketika bencana terjadi, sebenarnya saya juga mau ngajar, tetapi anak-anaknya tidak ada. Setelah seminggu kami tunggu juga tidak ada. Memang gempa terus terjadi sehingga anak-anak mungkin ketakutan karena sekolah juga hancur. Akhirnya dikeluarkan kebijakan sekolah libur satu bulan,” paparnya.
Semangat Yanti untuk mengajar tidak bisa disembunyikan. Dirinya mengaku sangat senang jika sudah bertemu dengan anak-anak di TK Muhammadiyah.
Totalitas Yanti inilah yang salah satunya menyebabkan murid TK ini kemudian banyak dikenal masyarakat sebagai anak yang pintar. Di SD yang hanya satu-satunya itu di Desa Sembalun, murid dari TK Muhammadiyah ini selalu menjuarai dan mengalahkan alumni dari TK yang lain. Dari enam guru TK Aisiyah, dua guru yang rumahnya hancur, salah satunya rumah Yanti. Namun rumah temannya yang hancur kini sudah dibangun kembali, rumah Yanti belum.
Atas dedikasinya ini, tim relawan Muhammadiyah merencanakan untuk membangunkan Yanti Hunian Sementara (Huntara) di dekat bekas rumahnya. Di tenda yang ada, Yanti sampai saat ini kesulitan tidur, sebab tidak memungkinkan.
“Kalau siang panas sekali dan kalau malam dingin sekali karena banyak angin masuk,” keluhnya.
Untuk menjangkau rumah Yanti dan TK Muhammadiyah ini, jika kita berangkat dari Kota Mataram, harus menempuh perjalanan sekitar 100 km. Waktu yang akan dihabiskan dalam perjalanan sekitar 3-4 jam dengan kecepatan 70-80 km/jam. Bagi mereka yang pernah melakukan pendakian ke Gunung Rinjani, mungkin tidak asing dengan tempat ini.
Sekitra 10 km sebelum menuju lokasi, kita akan melewati hutan lindung yang masih lebat. Di sepanjang jalan yang rimbun para pengguna jalan akan disambut monyet-monyet bertebaran di pinggir jalan. Sebagiannya menyebrang bahkan sebagian ada yang malah bermain di tengah jalan. Keberadaan monyet ini menjadi penanda asrinya hutan yang tetap terjamin. Bagi pengendara yang baru ke daerah ini akan sedikit kesulitan, mengingat kondisi jalan yang berkelok-kelok dan turun-naik begitu curam.
Namun, menjelang sampai di Kecamatan Sembalun, setiap orang akan ternganga melihat indahnya pemandangan bukit dan pegunungan yang mempesona. Rupanya Sembalun ini merupakan sebuah kawasan yang dikelilingu gunun dan bukit yang sangat unik. Selain menjadi start pendakian Gunung Rindani, bukit-bukit dengan kontur menawan tanpa pepohonan menjulang di kiri-kanan jalan.
Dari rumah Yanti inilah kita selain dapat melihat tingginya Gunung Rinjani, juga terlihat detail indahnya pemandangan Bukit Pergasingan. Inilah bukit yang menjadi tujuan wisata sangat menawan di samping Rinjani. Di antara keindahan alam inilah Yanti akan tetap mendedikasikan dirinya untuk pendidikan Muhammadiyah di Sembalun. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Roni Tabroni
Lokasi: Sembalun – Lombok Timur
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!