Senin, 10 Rabiul Akhir 1446 H / 12 Agutus 2024 13:23 wib
4.388 views
Alam Kapitalis, Peran Pertama dan Utama Ibu Tergeser oleh Daycare
Oleh: Sunarti
"Allah titipkan wasiat kepadamu tentang anak-anakmu," jelas pesan dari Allah SWT, dalam firmanNya di Al Qur'an Surat An-nisa ayat 11. Sungguh ini pesan mendalam bagi orang tua. Karena kelak, dengan amanah dari Sang Pencipta ini, para orang tua yang diamanatkan padanya anak, akan dimintai pertanggungjawaban. Sayangnya, peran dan fungsi orang tua di era kapitalisme sekarang, telah bergeser. Perlindungan orang tua terhadap anak pun bergeser dan banyak beralih tangan.
Sekarang banyak sekali orang tua menitipkan anak-anaknya di tempat penitipan dan para orang tua yang bekerja. Meski dengan fasilitas lengkap dan terpercaya, namun peranan penting sebagai orang tua jelas tergeser. Dengan segala sisi positif dan negatifnya penitipan (daycare) tersebut.
Mirisnya, daycare yang menjadi kepercayaan orang tua justru melakukan tindakan kekerasan terhadap anak-anak dalam rumah titipannya. Ini salah satu sisi negatif yang muncul dari dititipkannya anak pada rumah penitipan.
Baru-baru ini dinding sosial media dibanjiri pemberitaan seorang influencer parenting, berinisial (MI) pemilik daycare yang terkenal tersandung kasus kekerasan terhadap anak. Beberapa kali M melakukan beberapa kekerasan terhadap anak dan telah terekam oleh CCTV dan viral di media sosial. Owner sekaligus influencer parenting tersebut melakukan kekerasan terhadap anak yang berusia 2 tahun. Dan melakukan setidaknya 5 bentuk kekerasan yakni menyeret, membanting, menginjak, menendang dan pemukulan. Sungguh ironis jika ini dilakukan oleh seorang yang menularkan ilmu tentang mengasuh, membimbing, serta mendidik anak dengan cara baik dan benar kepada khalayak.
Daycare, Gambaran Pengasuhan Ibu yang Tidak Optimal
Tidak mengherankan jika daycare menjadi pilihan bagi para ibu untuk menitipkan anak-anaknya. Orang tua bisa fokus bekerja, bisa menaruh harapan anak-anak terbantu dalam suplemen pendidikan, kebutuhan gizi dan kebutuhan lain yang ditawarkan pihak daycare. Ditambah keamanan yang juga dijaminkan oleh pihak daycare.
Namun, ada hal lain yang lebih penting dari sekedar penitipan anak. Apalagi kebanyakan penitipan anak ada di usia dini, bahkan sejak bayi. Yaitu kedekatan anak dengan ibu-bapaknya, kasih sayang anak yang berpindah pada para pengasuhnya, pendidikan dasar yang belum tentu membentuk karakter iman pada anak-anak dan banyak lagi sisi penting terabaikan yang itu adalah kewajiban orang tua dan hak anak.
Sejatinya, bukan semata kesalahan dari orang tua ataupun dari pihak penyedia daycare, akan tetapi lebih kepada carut marutnya sistem kehidupan akibat penerapan sistem sekular-liberal. Kapitalisasi telah menggeser peran dan fungsi ibu menjadi kaum perempuan yang sibuk di dunia kerja atau di dalam eksistensi mereka. Sehingga anak 'seolah' lebih aman jika dititipkan.
Faktor ekonomi kapitalistik juga berpengaruh besar terhadap nasib anak-anak. Manusia dewasa tersibukkan dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sementara kehidupan anak-anak dialihasuhkan pada pihak-pihak yang mereka juga memanfaatkan peluang usaha untuk merawat anak-anak berupa penitipan.
Dari faktor ekonomi, ibu-ibu didorong untuk bekerja hingga eksistensi diri sehingga tidak bisa mengasuh anak-anaknya sendiri. Demikian pula sisi keterlibatan kaum laki-laki yang sulit dalam mendapatkan pekerjaan. Semua itu memaksa kaum wanita untuk menitipkan anak-anak mereka.
Pihak penyedia layanan daycare mengambil kesempatan tersebut untuk meraih pundi-pundi uang dengan berbagai fasilitas dan program yang menarik untuk anak-anak. Karena bisa saja bertendensi pada uang, mereka lupa amanah anak-anak yang dipercayakan kepadanya. Meskipun juga tidak sedikit daycare yang amanah.
Daya 'gengsi tinggi' juga membuat kaum ibu merasa tidak percaya diri saat berada di rumah dan mengurus rumah beserta anak-anaknya. Merasa 'rendah diri' saat memiliki gelar tinggi, namun 'hanya' menjadi ibu rumah tangga.
Ini bukti jika pengasuhan anak oleh orang tua telah bergeser pada pihak-pihak tertentu dan orang lain. Kewajiban sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh anak-anaknya tidak lagi terlaksana dengan optimal, bahkan bisa dikatakan telah lepas. Sekaligus solusi praktis yang dilematis. Anaklah yang lagi-lagi menjadi korban.
Negara Memperhatikan Kesejahteraan Rakyatnya
Sumber utama munculnya fenomena lunturnya peran dan fungsi ibu dalam masyarakat adalah penerapan sistem sekular-liberal oleh negara. Sebuah sistem mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Jadilah masyarakat yang menjalankan segala aktivitasnya berstandar pada manfaat.
Dalam sistem sekular-liberal kesejahteraan tidak diukur individu per individu. Akan tetapi dihitung perkapita. Sehingga wajar jika karut marut perekonomian mempengaruhi sisi-sisi lain kehidupan masyarakatnya. Seharusnya negara memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara individu per individu. Dalam sistem ekonomi kapitalistik dengan solusi tambal sulam yang menjadi andalannya, tidak akan merubah kondisi kerusakan di tengah-tengah masyarakat termasuk yang menimpa anak-anak.
Kondisi ini jauh berbeda dengan ketika sistem Islam diterapkan. Pasalnya dalam sistem ekonomi Islam, lapangan pekerjaan dibuka seluas-luasnya kepada kaum laki-laki guna pemenuhan kebutuhan nafkah. Meskipun diperbolehkannya perempuan bekerja, namun tetap prioritas aktivitas perempuan atau ibu adalah bertanggung jawab atas rumah tangganya yang di dalamnya termasuk pada pendidikan dasar anak-anaknya. Sehingga, kaum perempuan bisa fokus pada pembentukan karakter generasi yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian pula, ketetapan kaum laki-laki sebagai pemimpin (qawaam) dalam rumah tangganya, bulan karena perbedaan status gender, tapi lebih kepada amanah dari Allah untuk kebaikan manusia.
Negara juga memfasilitasi kebutuhan pendidikan dasar pada anak-anak jika orang tuanya tidak mampu dalam hal pembekalan ilmu agama dan yang lainnya. Bedanya, fasilitas negara bertujuan untuk mendidik generasi penerus agar menjadi generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Bukan sebagai urusan bisnis apalagi diserahkan pada pihak swasta. Karena pendidikan dasar adalah kebutuhan yang sangat penting untuk bekal anak-anak. Waallahu alam bisawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!