Senin, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 1 April 2013 08:55 wib
11.577 views
Penguasa yang Mengajak dan Membawa Kesesatan Rakyatnya
Jakarta (voa-islam.com) Hanya bermodalkan wajah manis, senyum, tutur bahasa yang diatur, retorika dan dukungan media massa, maka jadilah dia sebagai pemimpin atau penguasa yang mulia.
Tetapi, dia itu sejatinya hanya sebagai : "Pemimpin dan Penguasa yang Mengajak dan Membawa Kesesatan Rakyatnya".
Rakyat selalu menjadi korban. Rakyat selalu menjadi fihak yang dirugikan. Rakyat ditipu dan dikelabuhi. Rakyat disihir dengan retorika palsu yang tanpa isi. Rakyat dinina-bobokkan dengan janji dan khayalan yang menggiurkan. Rakyat dicekoki dengan doktrin yang mengikuti hawa nafsu. Sejatinya mereka ini para pendusta.
Rakyat Indonesia adalah rakyat yang paling sengsara. Rakyat yang paling mudah ditipu dan didustai. Seperti tak pernah jera dengan model orang-orang yang sekarang ini tampil di panggung. Bangsa dan rakyat Indonesia sangat bermurah hati, selalu menyediakan panggung bagi para penjahat, penipu dan pendusta.
Ada yang wajahnya sangat nampak sebagai "innocence" (tanpa dosa), gemar berbicara tentang moral, dan mengutip kitab suci, serta kebenaran. Dirinya selalu dikaitkan sosok pribadi yang sangat mulia. Tanpa cacad. Mewakili komunitas kebenaran. Komunitas suci.
Banyak rakyat yang menjadi kagum dan mengeluarkan decak, saat tokoh ini tampil di depan publik. Ternyata tokoh itu yang bertopeng belaka. Ketika kedoknya dibuka, tak lain tokoh ini, sejatinya mewakili para penipu dan pendusta.
Sekarang mereka berusaha menyembunyikan jatidirinya yang asli. Para tokoh dan orang penting itu, risau dan selalu takut. Takut terbongkar kedoknya, dan akan terlihat sosoknya yang sejati.
Karena, di zaman sekarang ini, susah menyembunyikan diri. Hidup seperti di rumah kaca. Sangat nampak dengan jelas. Apapun yang dikerjakan. Tidak ada yang bisa disembunyikan lagi. Tidak bisa berpura-pura.
Tokoh pura-pura dan hanya menjadi pemain sandiwara picisan itu, sekarang hidup mereka penuh dengan risau. Takut kedoknya terbuka di depan publik. Sebuah kasanah yang sangat dengan jelas, membuat rakyat menjadi sadar, dan tahu sejatinya apa yang selama ini tidak tahu. Peristiwa yang ada membuat semuanya menjadi sangat jelas. Rakyat mengerti mereka berhapan dengan penipu.
Ada tokoh dan komunitas mengaku bersih, dan selalu lekat dengan kebenaran, dan seakan menjadi pejuang dan pembela kebenaran. Tetapi, kenyataannya mereka itu, tokoh yang busuk, dan komunitas penuh dengan kepalsuan.
Mereka hanya menampakkan "cashingnya" belaka seakan orang-orang yang mulia, jujur, bersih, dan memiliki kepedulian terhadap rakyat. Ternyata mereka tokoh yang hanya senang melihat kerusakan, dan menjadi pelaku kejahatan nyata.
Mereka menjadi tokoh dan komunitas yang paling korup. Sekalipun asal mulanya meneriakkan anti korupsi. Tetapi, mereka adalah kumpulan orang-orang yang sangat gemar memakan uang, barang, dan harta yang bukan menjadi haknya.
Mereka tokoh dan kumpulan komunitas yang menghalalkan yang diharamkan. Tidak ada lagi dalam kamus hidup mereka itu, antara halal dan haram. Mereka tidak memiliki standar dan patokan hidup yang jelas. Halal, syubhaat, dan haram, bagi mereka sama saja. Mereka terus berlomba-lomba menikmati kehidupan dunia, tanpa merasa risih. Mereka tokoh dan kumpulan orang-orang yang disebut : "kanan-kiri ok".
Jangan salah dalam sepuluh tahun terakhir ini, mereka menjadi komunitas baru, yang disebut : "Kelompok okb". Alias orang kaya baru. Mereka memiliki filsafah : "Meok". Alias makan enak ogah kerja. Mereka ingin sedikit bekerja, mereka tidak ingin capek, tetapi ingin mendapatkan uang banyak.
Mereka ingin menikmati kehidupan dunia, tanpa ragu. Sepanjang hidupnya mereka gunakan memikirkan kenikmatan dunia. Sejatinya mereka barisan kaum hedonis, yang menyusup di seluruh lapisan kehidupan. Termaduk di dunia politik.
Karena itu, jangan salah, jika sekarang ini Indonesia menjadi surganya para koruptor dan anak keturunannya. Mereka tahu korupsi menjadi modus atau bahkan manhaj (methode) bagi kehidupan mereka.
Mereka korupsi puluhan dan bahkan ratusan miliar, plus mengoleksi rumah mewah, isteri dan gundik banyak, dan hanya dihukum lima tahun, kemudian sesudah dua tahun di penjara, mereka bisa bebas, dan mereka menikmati kembali hasil korupsinya.
Tak heran kalau melihat para wajah koruptor, tak satupun mereka nampak wajahnya yang sedih. Selalu senyumnya mengembang di depan kamera. Mereka sudah habis rasa malunya. Mungkin korupsi itu sudah menjadi aqidahnya mereka. Bahkan, tokoh yang sudah jelas-jelas korup itupun, masih dibela habis oleh para anggota di kumintasnya.
Anehnya, model dan tipe orang-orang seperti itu, diangkat tinggi-tinggi oleh media,dan rakyat percaya serta memberikan dukungan mereka. Seakan mereka itu, benar-benar tokoh dan pemimpin yang akan memberikan kebahagian bagi masa depan mereka. Semuanya itu, tak bisa dilepaskan dari peran media. Menyulap dan mengubah, tokoh yang busuk, menjadi tokoh yang harus.
Melalui media polling rating mereka membumbung, dan dikatakan tokoh yang dapat menjadi pemimpin masa depan. Media kafir dengan sangat fasih dan ahli, bagaimana menjadikan tokoh-tokoh busuk itu, kemudian menjadi tokoh yang harum dan wangi.
Mereka datang kepada rakyat dengan wajah yang penuh empati dan keberpihakan. Tetapi, sejatinya mereka itu, para begundal orang-orang kafir, dan menjadi alat penjajah kafir, yang bertujuan ingin menguasai dan menjajah negeri mereka.
Allah Azza Wa Jalla berfirman :
"Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar". QS : al-Ahzab : 67.
Betapa rakyat dan bangsa selalu menjadi korban tokoh-tokoh dan komunitas, yang sejatinya para penjahat dan pengkhianat, dan mereka bukan pembawa jalan kebaikan dan kebenaran yang akan membahagiakan mereka.
Hanya dengan dukungan media kafir, mereka - tokoh-tokoh busuk, pengkhianat, dan pendusta, menjadi pahlawan. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!