Selasa, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 7 Mei 2013 07:51 wib
13.456 views
Generasi Pemakan Sogok, Suap, dan Mamat
Jakarta, (voa-islam.com) Sekarang tumbuh lapisan baru di Indonesia. Terutama di era Reformasi ini. Lapisan baru dan generasi baru. Mereka ini jenis generasi yang belum pernah ada di masa sebelumnya.
Tetapi, jenis generasi baru ini, bukan generasi yang akan dapat menjadi tulang punggung dan pelopor bagi masa depan Indonesia.
Justeru generasi baru ini, cenderung akan membawa kehancuran di masa depan. Mereka ini tidak bakal mampu menghadapi berbagai kecenderungan baru, persaingan secara global, dan kondisi baru ini memerlukan jenis manusia yang kuat, baik secara moral (agama), keilmuan, intelektual, dan profesionalitas.
Generasi baru ini terdiri jenis manusia manja. Hidupnya hanya dapat diproeksi oleh sebuah sistem. Sistem korup. Hidup mereka hanya bersandar pada hasil rente, hasil sogok dan suap, dan menjadi "makelar umat".Mereka bergaya "borju" (borjuis).
Mereka sangat menikmati uang dari hasil sogok, suap, dan menjadi "makelar". Bukan hanya menjadi "makelar" proyek di departemen-departemen, tetapi yang lebih menyedihkan lagi, mereka menjadi "makelar" umat (si-mamat). Umat menjadi barang dagangan mereka (al umah bido'ah). Sekarang ini di Indonesia ada jenis dagangan (komoditdas) baru, di Indonesia yang paling laku, yaitu umat.
Menjelang pemilu atau pilkada, mereka menciptakan komoditas baru yang bernama umat. Mereka dengan berbagai cara dan methode menciptakan komoditas baru, yang nanti akan menjadi barang dagangan yang sangat laku.
Kalau mereka bisa mengumpulkan umat 7 juta, 10 juta, 15 juta, atau mungkin 20 juta, pasti nilai tawarnya akan sangat tinggi. Mereka bisa menenteng barang dagangan umat kepada siapa saja, terutama mereka yang lapar dengan kekuasaan. Sekarang banyak orang Indonesia, sangat lapar, dan bukan lapar makanan, tetapi lapar dengan kekuasaan.
Para pengumpul umat yang menjadi sangat piawi itu, hanya duduk manis di rumah atau dikantor masing-masing, atau duduk di lobi hotel, vila, apartemen, dan di pedopakan yang ada di lembah, dan mereka yang lapar dan haus kekuasaan itu, mereka mendatangi para "pedagang" umat, sambil menawarkan harta, jabatan, dan kekuasaan.
Tetapi, mereka para pedagang umat, masih tak puas dengan apa yang mereka dapatkan, mereka masih menerima rente, sogok, dan suap. Dengan begitu kondisi itu, lahirlah jenis generasi baru, generasi yang hidupnya hanya ditopang oleh sistem yang korup, hidupnya tergantung oleh rente, sogok dan suap. Tidak hidup diata tetesan keringat dan kerja keras.
Mengapa orang-orang cina menjadi kompetitor baru di area global, karena mereka dari lahir dididik dengan kerja keras. Mereka tidak pernah makan di tempat-tempat "mewah" sebelum mereka menjadi sukses. Mereka makan bubur. Tidak pernah berubah. Mereka lulusan universitas di Amerika Serikat. Mereka tetap bercucuran keringat. Bekerja keras.
Sebaliknya, di generasi baru yang pemakan rente, sogok, suap, dan si-mamat itu, sekarang menjadi "spoil system" (sistem yang dimanjakan). Mereka hanya menjadi "aksesoris", dan tak akan dapat menggantikan sistem bobrok, dan munafik. Karena, generasi pemakan rente, sogok,suap dan si-mamat, akhirnya hidup dengan pola dan gaya sendiri. Selamanya tak bisa memberikan harapan bagi masa depan.
Mungkin mereka hanya bisa memenuhi mall, plaza, hotel-hotel, apartemen, villa, dan tempat-tempat keramaian. Mereka tidak akan bisa memenuhi ruang-ruang kehidupan yang mulia, dan memberikan harapan baru, bagi masa depan. Masa depan umat manusia. Membuat perubahan.
Generasi baru yang hanya bisa menengadahkan tangannya kepada penguasa zalim, para pengusaha culas, dan para pemimpin-pemimpin palsu.
Indonesia tidak akan pernah melahirkan generasi Muhamad al-Fatih yang dapat menaklukan Konstatinopel dengan penuh kebanggaan. Muhamad al-Fatih yang memberikan kebanggaan kepada seluruh Muslim dan Mukmin sepanjang kehidupan.
Tetapi, generasi baru sejenis, seperti Anas Urbaningrum, Nazaruddin, Andi Malaranggeng, Ahmad Fathonah, Luthfi Hasan Ishak, Djoko Susilo, dan lainnya. Mereka hanya menjadi sampah sejarah. Memalukan. Tak memberikan kebanggaan sedikitpun bagi Mukmin dan Muslim. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!