Sabtu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Agutus 2013 14:49 wib
10.317 views
Penangkapan, Pemenjaraan, dan Pembantaian Tidak Mengubah Ikhwan
Cairo (voa-islam.com) Sekalipun ribuan anggota Ikhwan telah gugur, dan puluhan ribu lainnya luka-luka, dan ribuan lainnya ditangkap dan dipenjara, tetapi tidak akan mengubah eksistensi Jamaah Ikhwanul Muslimin, ungkap Mustafa Hegazi.
"Organisasi tertutup seperti Ikhwan tidak memiliki tempat dalam masyarakat abad ke-21. Tetapi, Ikhwan telah berubah dari gerakan yang tertutup 100 tahun yang lalu menjadi gerakan yang visioner", tambah Hegazi.
Mustafa Hegazi, penasehat politik Presiden Mohamad Mursi, mengatakan kepada Russia Today, ketika ditanya tentang status Ikhwanul Muslimin. Pendapatnya ringkas dan jelas, dan menjadi pandangan resmi organisasi Islam tertua Mesir, Ikhwanul Muslimin.
Dalam pukulan diarahkan pada kelompok Ikhwan, pasukan keamanan Mesir menangkap Mursyid 'Aam Jamaah Ikhwanul Muslmin, yang ke kedelapan Mohamed Badie, Selasa dini hari, atas tuduhan menghasut kekerasan selama Rabi'ah Al-Nahda Adawiya.
Surat perintah penangkapan terhadap Badie dikeluarkan beberapa minggu yang lalu. Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di kantor berita Anadolu Turki, Jamaah Ikhwan mengatakan bahwa penangkapan Badie "tidak lain hanyalah menyelesaikan utang lama oleh kelompok dan yang mencerminkan niat jahat terhadap Jamaah Ikhwan", tuturnya.
Pernyataan itu mengatakan bahwa Badie "hanyalah salah satu dari anggota kelompok, dan penangkapannya tidak akan melemahkan kelompok atau menghalangi anggotanya untuk melanjutkan perjuangan mereka melawan kudeta", tambhnya.
Segera setelah penangkapan Badie, Jamaah Ikhwan menyatakan bahwa Mahmoud Ezzat, wakil Mohamad Badie, sementara akan menempati jabatan mursyid 'aam (pemimpin tertinggi). Begitu cepat diambilnya keputusan itu, mencerminkan kekuatan dan soliditas Jamaah Ikhwan secara gerakan dan organisasi.
Para analis politik berbeda pandangan dampak dari penangkapan Badie di masa depan bagi gerakan Jamaah Ikhwan.
Kemungkinan-kemungkinan itu, memprediksi anggota Jamaah Ikhwan akan terus melakukan demonstrasi, menuntut pengembalian Presiden Mursi, membuktikan bahwa kelompok ini masih kuat. Sebagian analis berpendapat, generasi kedua kelompok Ikhwan akan memainkan peran penting di masa depan. Namun, analis lain, berpendapat bahwa Ikhwan akan hancur pasca pembantaian dan penangkapan para tokohnya.
Bahkan, analis lainnya, menambahkan kemungkinan generasi kedua akan duduk di meja perundingan dengan pejabat militer, atau benar-benar menghilang dari panggung politik. Kelompok ketiga mengatakan kekerasan akan terus meningkat di kalangan generasi muda dari Ikhwan, dan ini perubahan sikap sesudah aksi damai yang mereka lakukan ditanggapi dengan kekerasan oleh militer.
Pada 16 Januari 2010 Badie terpilih kedelapan panduan tertinggi dari kelompok mengambil alih jabatan pendahulunya Mahdi Akef, sekaarang ditangkap. Anak Badie, Ammar, 38, tewas Jumat lalu selama bentrokan di Ramses dengan keamanan. Badie tidak menghadiri pemakaman.
Sekarang, apakah mungkin untuk memadamkan Ikhwanul Muslimin?
Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada cara menafsirkan peristiwa beberapa minggu terakhir: yaitu terjadinya aksi demonstrasi di Rabaa Al-Nahda Adawiya, tanggal 14 Agustus, demonstrasi berikutnya di Ramses, Masjid Fatah, dan gerakan Aliansi Nasional dalam Mendukung Legitimasi.
"Ikhwan tidak dapat dibubarkan sesuai dengan undang-undang, karena alasan itu tidak muncul melalui jalur hukum," kata Al-Boraai dalam sebuah wawancara dengan al-Ahram.
Menurut Al-Boraai, krisis saat ini tidak akan diselesaikan dengan keamanan atau tindakan hukum. Hal ini membutuhkan solusi politik, dan yang perlu keterlibatan sosial dan negosiasi. Anggota Ikhwan yang ingin tetap aktif dalam kehidupan politik dan yang tidak melakukan kejahatan apapun, harus diterima kembali dan terintegrasi ke dalam masyarakat.
Al-Boraai mengkritik ketidakmampuan pemerintah saat ini untuk menangani krisis. "Di mana kabinet?" Tanyanya. "Kementerian Dalam Negeri sibuk berurusan dengan kekerasan, tapi di mana anggota kabinet lainnya?", ujar Borai.
Al-Boraai mendesak pemerintah untuk memulai negosiasi dengan anggota Ikhwan yang moderat, orang-orang seperti mantan Menteri Pembangunan Daerah Mohamed Beshr dan mantan Menteri Perencanaan Amr Darrag.
Kemungkinan ketiga bahwa Ikkhwan hilang sama sekali dari politik nasional, seperti yang terjadi pada tahun 1955, dan kemudian tahun 1965, ketika para anggota Ikhwan mencari perlindungan di negara-negara lain, terutama di Teluk. Tetapi, ini sangat diragukan jika negara-negara Teluk bisa menerima mereka sekarang ini. Di mana negara Arab Teluk mendukung rezim militer yang menumpahkan darah anggota Ikhwan dan rakyat Mesir.
Skenario keempat, dan yang paling menakutkan kemungkinannya, bahwa jika Ikhwan akan berubah dan gabung dengan kelompok jihad, dan menyebabkan gelombang kekerasan yang mirip dengan tahun 1990-an. Kondisi ini akan membuat seperti yang terjadi di Suriah sekarang ini? wallahu'alam
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!