Senin, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 5 Januari 2015 10:39 wib
15.711 views
Doktrin Toleransi dan Pluralisme, dan Hilangnya Ruh Islam Dari Kehidupan Umat
JAKARTA (voa-islam.com) - Begitu banyaknya Muslim di Indonesia. Disebut Muslim terbesar di dunia. Selalu digambarkan Muslim Indonesia sebagai ‘MAYORITAS.
Kenyataannya mayoritas Muslim itu, sejatinya secara politik, ekonomi, dan budaya, Muslim di Indonesia hanya sebagai ‘MINORITAS’. Banyak Muslim di Indonesia terbuai dan ternina-bobokan dengan julukan sebagai ‘MAYORITAS’.
Jumlah Muslim yang banyak itu, tidak sebanding lurus pengaruhnya di semua lapangan kehidupan. Pengaruh Muslim di bidang politik, ekonommi, dan budaya, tidak nampak .
Di mana perilaku dalam kehidupan sehari–hari dan simbol-simbol Islam juga tidak nampak, bahkan tersingkir dari kehidupan sehari-hari. Justru yang nampak dalam wujud keseharian, ialah kehidupan politik dan ekonomi sekuler (la diniyah), budaya materialisme, dan paganisme muncul di mana-mana.
Ini akibat doktrin toleransi dan pluralisme sudah masuk ke dalam hati dan tulang sumsum Muslim di Indonesia. Toleransi dan pluralisme sudah menjadi agama baru. Orang-orang yang menolak toleransi dan pluralisme dimusuhi dan dianggap sebagai penjahat.
Mereka yang menolak toleransi dan pluralisme itu dituduh fanatik, ekslusif, dan ekstrim. Semua tuduhan itu membuat Muslim itu menjadi takut, menegaskan jati dirinya, dan harus mengubah ‘dhomirnya’ (karakter dasar) mereka seperti orang-orang sekkuler yang ‘la diniyah’.
Muslim harus toleran dengan kekufuran dan kemusyrikan. Muslim harus toleran dengan paganisme. Muslim harus toleran dengan sinkritisme. Muslim harus toleran dengan kemaksiatan dan kedurhakaan terhadap Allah. Muslim harus biasa menerima segala bentuk kejahatan, dan pelanggaran nilai-nilai Islam dan kemanusiaan.
Muslim harus bisa menerima segala bentuk kehiudpan jahiliyah. Tidak boleh menolak dan menentang kehidupan jahiliyah. Sehingga, Muslim hidupnya ‘talbiz’ dengan segala bentuk kekufuran dan kemusyrikan, dan berbagai kemaksiatan dan kedurhakaan.
Muslim harus mau menerima nilai-nilai agama-agama bathil bikinan manusia. Dogma-dogma dan ajaran serta ideologi bikinan manusia. Tidak boleh ‘baro’ (menolak-memushui), dan bahkan harus berdamai alias ‘coekstensi’ (hidup berdampingan) dengan berbagai isme dan agama bikinan manusia.
Muslim harus mengakui atau menyakini tentang wujud-wujud semua agama dan dogma serta ideologi bikinan manusia alias ‘dinunnas’.
Doktrin pluralism ini sudah begitu merasuk dalam jiwa Muslim. Mereka tidak lagi mengatakan ‘la’ (tidak) ketika doktrin pluralisme itu datang. Pluralisme itu sudah menjadi agama baru di Indonesia. Keyakinan baru.
Dengan dalih Indonesia banyak paham agama, aliran ideologi, kepercayaan, dan berbagai kepercayaan. Sehingga, Muslim tidak boleh mengatakan, bahwa Islam sebagai satu-satunya sistem hidup yang memililki kebenaran bersifat mutlak.
Padahal, setiap Muslim wajib meyakini seyakin-yakin terhadap sebagai kebenaran yang bersifat mutlak. Islam satu-satunya petunjuk, sistem hidup, dan harus diyakini seyakin-yakin bagi setiap Muslim. Tidak ada nilai apapun, yang berhak dan layak diyakini bagi Muslim, selain hanya Islam.
Tidak boleh bersikap ‘ambigu’ (mendua). Karena, Islam satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah. Selain agama Islam, ditolak, dan orang-orang yang mengikutinya kelak dikhirat termasuk golongan yang merugi (minal khasyirin).
Seperti dikatakan dalam al-Qur’an surah al-Maidah, Allah Ta’ala menegaskan Muslim hanya boleh menjadi Allah,Rasul, dan orang –orang Mukmin sebagai penolongnya, maka akan beroleh kemenangan.
“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat, menunaikan zakat, seraya tunduk kepada Allah”. (QS : al-Maidah : 55)
“Dan barang siapa menjadikan Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh pengikut (agama) Allah itulah yang menang”. (QS : al-Maidah : 56)
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan (yaiitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah, jika kamu orang –orang yang beriman”. (QS : al-Maidah : 57)
Setiap Muslim perlu memahami dan menyadari doktrin-doktin tentang toleransi , pluralilsme, dan berbagai ideologi yang sekarang diyakini oleh manusia, tak lain, semua itu ciptaaan Zionis. Golongan yang paling keras memuhi orang-orang Mukmin.
Tidak ada toleransi dan pluralisme di dalam kehidupan Zionisme dan Yahudi. Justru yang sekarang terpampang dengan gamblang, rasisme dan bentuk-bentuk perbudakan terhadap umat manusia. Ini sudah sangat gamblang tidak perlu dipungkiri.
Zionis-Israel belum lama ini, membuat keputusan politik yang sangat luar biasa, di mana parlemen (Knesset) Israel, mengeluarkan undang-undang baru, yang secara eksplisit dan tegas, bahwa Israel sebagai : YAHUDI. Dengan baru itu, maka meniadakan semua eksistensi golongan yang ada di Israel, termasuk bangsa Arab. Zionis-Israel terus mengusir dan memusnahkan banga Arab dari negeri Yahudi itu.
Di Indonesia, banyaknya Muslim itu, ibaratnya seperti ‘batang pisang’ yang hanyut di sungai. Mungkin juga seperti mayat yang tanpa ruh. Sehingga, tidak bereaksi dengan keadaan yang ada. Melihat berbagai bentuk kekufuran dan kemusyrikan sudah tidak bereaksi.
Melihat kemaksiatan dan kedurhakaan tidak lagi tersentuh hatinya. Toleran. Melihat berbagai ideologi, agama, paham yang menyimpang, tak lagi dianggap bathil. Banyak Muslim di Indonesia tak bermanfaat. Karena tanpa ruh, dan sudah lumpuh. Karena sudah tercekoki dengan doktrin toleransi dan pluralisme.
Bandingkan dengan Muslim Palestina. Terutama di Gaza. Jumlah mereka hanya 2 juta. Tidak sama dengan Muslim Indonesia yang jumlahnya lebih 200 juta. Tapi Muslim Palestina bisa dan mampu menghadapi konspirasi Zionis-Israel, Amerika, dan para pemimin munafiq Arab. Berulangkali Gaza di serang , tapi berulagkali pula, Zionis-Israel yang mengumumkan gencatan senjata.
Negara-negara Arab pernah perang melawan Zionis-Israel, dan paling terkenal perang ‘6 Hari’, tahun l967, dan Arab mengalami kekalahan yang memalukan melawan Zionis-Israel. Karena mereka menggunakan ideologi nasionalisme, ketika menghadapi Zionis. Bukan menggunakan idiologi Islam.
Ini sudah nyata-nyata terjadi. Sampai sekarang Negara-negara Arab, tersungkur di bawah telapak kaki Zionis, dan bahkan para pemimpin mereka menjadi budak Zionis, mengabdi kepada Zionis. Hina-dina, dan tidak lagi memiliki izzah (kemuliaan).
Sheikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas, lumpuh sekujur tubuhnya, hanya kepalanya yang bisa digerakkan. Terkena penyakit jantung yang akut. Matanya rabun. Tidak bisa melihat dengan jelas. Tapi, Sheikh Ahmad Yasin yang hanya bisa duduk di kursi roda itu, Zionis-Israel sangat takut. Matinya Sheik Yasin ditembak dengan rudal. Berkkeping-keping.
Mengapa Zionis begitu takut terhadap Sheik Yasin, laki-laki yang sudah lumpuh dan sakit-sakitan? Karena pendiri Hamas itu, tertanam didalam dirinya keimanan dan nilai-nilai Islam yang kokoh. Inilah yang membuat dia sanggup mengalahkan Zionis.
Barangkali satu-satunya negeri yang bersih dari budaya sekuler hanya di Gaza. Budaya materialisme digantikan budaya cinta kepada akhirat. Budaya yang menginginkan balasan surga. Tidak mencari selain keridhaan Allah. Karena apapun yang ada di dunia ini, hanya akan hina dimata Allah Rabbul, jika tidak diperuntukan untuk mengabdi kepada Rabbul Alamin.
Inilah yang menyebabkan bangsa Muslim Palestina, di Gaza, sanggup bertahan dan menang melawan Zionis. Tidak perduli dengan kematian. Anak-anak yang menjadi generasi baru, kegiatan mereka hanya menghafal al-Qur’an. Barakallahu fikum.
Wahai saudaraku Muslim di Gaza. Berbahagialah kelak di akhirat. Mendapatkan syafaat dan rahmat dari Rabb Yang Maha Agung. Sekalipun, di dunia mendapatkan ujian yang tiada tara. Diperangi kafir musyrik (yahudi dan nasrani). Wallahu’alam.
mashadi1211@gmail.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!