Jum'at, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 20 Oktober 2017 20:53 wib
7.179 views
Budayawan Jaya Suprana Heran dan Gagal Paham kenapa Pidato Anies Diributkan
JAKARTA (voa-islam.com)- Budayawan Jaya Suprana merasa heran dengan keributan yang diakibatkan oleh pidato Anies Baswesan paska dilantik sebagai Gubernur DKI dalam pidatonya. Jaya malah merasa gagal paham dengan apa yang diributkan oleh sekelompok orang soal “pribumi”.
“Setelah mendengar unggahan Youtube tersebut, terus terang saya gagal paham mengenai apa sebenarnya yang perlu digaduhkan dari kata ‘pribumi’ yang cuma sekali muncul di dalam orasi perdana Gubernur Anies. Maklum daya tafsir saya memang rendah maka saya tidak berhasil memahami kenapa kata ‘pribumi’ yang digunakan oleh Gubernur Anis digaduhkan,” demikian katanya, melalui sebuah artikel yang ditulisnya, Jum’at (20/10/2017).
Menurutya, setelah mendengarkan pidato lengkap Anies, Jaya melihat tidak ada hal yang negatif ditunjukkan oleh Gubernur baru DKI tersebut. “Saya makin gagal paham karena menurut daya tafsir pribadi saya, Gubernur Anies menggunakan istilah ‘pribumi’ dalam makna positif, bahkan konstruktif dalam konteks sejarah Jakarta ditindas kaum penjajah yang sebaiknya tidak dilanjutkan di masa kini dan di masa depan.”
Sehingga ia menilai Anies berbuat demikian. Malah ia menduga adanya oknum tertantu yang hanya ingin membuat gaduh di kepemimpinan Anies. “Rasanya mustahil bahwa para penggaduh memang ingin melestarikan penindasan rakyat di Jakarta. Maka saya mencoba menelaah apa sebenarnya makna kata “pribumi”.
Ini penggalan yang diributkan oleh orang atau kelompok yang menganggap Anies Baswedan rasis: “Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat. Penjajahan di depan mata selama ratusan tahun. Di tempat lain penjajahan mungkin terasa jauh. Tapi di Jakarta, bagi orang Jakarta, yang namanya kolonialisme itu di depan mata.
Dirasakan sehari-hari. Karena itu, bila kita merdeka maka janji-janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta. Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan, kini telah merdeka. Kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Jangan sampai, Jakarta ini seperti yang dituliskan dalam pepatah Madura; Itik se atellor, ajam se ngeremmih. Itik yang bertelur ayam yang mengerami. Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan, mengusir kolonialisme, kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di Ibu Kota ini’. (Robi/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!