Selasa, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 6 Maret 2018 12:57 wib
3.783 views
Politisi: Capres Tunggal Lawan Kotak Kosong, Waraskah?
JAKARTA (voa-islam.com)- Bisa jadi adanya penggiringan opini terhadap calon tunggal untuk posisi Presiden RI saat ini disebabkan karena kelemahan reformasi.
“Orde Baru ketika Pak Harto ditetapkan calon tunggal dikecam tidak demokratis. Era reform demokrasi digiring calon tunggal lawan kotak kosong, waras kah? NKRI dalam bahaya, vacuum kekuasaan,” kata MS Ka’ban, di akun Twitter pribadinya, Senin (5/3/2018).
Sebelumnya kritisi juga datang dari politisi Demokrat, Andi Arief yang menyatakan bahwa isu calon tunggal hanyalah untuk mempertahankan kekuasaan Joko Widodo.
“Saat ini isu calon tunggal hanya untuk selamatkan kekuasaan Jokowi yang hanya diminati 42 persen rakyat. Treshold diakali, partai akan diborong, apakah bisa Jokowi memborong partai?
Sangat tergantung Gerindra, Demokrat dan PKS. Kalau Gerindra dan PKS tergoda, bisa muncul calon tunggal,” kata Andi Arief, salah satu politisi dari Demokrat, di akun Twitter pribadinya, Ahad (4/3/2018).
Menurut Andi capres tunggal tidak dapat terjadi jika suara Jokowi tidak melebihi 50 persen lebih. “Calon tunggal bisa saja terjadi kalau subjek yang mempunyai hak penuh memilih sudah bisa dipastikan 50 plus 1. Soeharto di MPR di atas 50 persen.”
Dalam sistem pemilihan langsung tentu menurut Andi berbeda dengan zaman Orba lalu. Sehingga capres tunggal masih bisa dipertanyakan kekuatannya.
“Saat Presiden dipilih MPR zaman Orba, melawan Soeharto yang didukung pemilih di atas 60 persen tidak ada gunanya, itulah hanya calon tunggal.”
Berbeda dengan SBY kala itu. Menurutnya, walau suara SBY saat itu di atas 60 persen tetapi masih ada lawan dalm pemilihan.
“Saat SBY menurut survei kisaran 63 persen. SBY tidak memborong partai, Mega-Prabowo dan JK-Wiranto muncul sebagai kandidat, alamiah, SBY menang.” Lembaga survei pun menurut Andi tidak dapat dijadikan jaminan karena akan terjadi fluktuatif. “Apakah pemilihan langsung satu orang satu suara munculkan calon tunggal? Apa alat ukur? Survei bisa berubah, bisa terjadi memborong partai.” (Robi/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!